Selasa, 25 Agustus 2009

Bila aku terlahir sebagai laki-laki


Aku membayangkan rambut yang kupotong cepak tapi tidak terlalu pendek, badan tinggi warna kecoklatan dengan keringat sehabis bermain futsal. Uhmm..bagaimana aku bila terlahir sebagai laki-laki?

Secara fisik, yang jelas aku pasti akan lebih suka dipersepsikan sebagai laki-laki dengan kategori ”ganteng”, daripada kategori ”tampan”, ”cakep”, ”keren” atau lainnya ehehehe.

Kenapa? bukan sesuatu yang harus kujawab :)

Aku ditakdirkan menjadi perempuan, apakah karena memang telah ditakdirkan Tuhan aku menjadi seorang perempuan? Apakah Bapak Ibuku dulu mengharapkan anak pertamanya lahir sebagai seorang laki-laki atau perempuan?

Bila aku seorang laki-laki, ingin jadi apa aku? seperti apa aku? wanita seperti apa yang ingin kuhabiskan hidup bersamanya?

Rasanya tidak begitu sulit membayangkan jadi laki-laki, hehe entah, karena mungkin hormon androgen yang diturunkan ke dalam tubuhku porsinya agak berlebih ehehe..

Laki-laki..uhmm, oh ya kau tahu beda antara laki-laki dengan pria? Atau perempuan dengan wanita?ehehe, aku butuh jawaban serius, bukan main-main :p

Sudahlah, kutinggalkan saja teka teki ini untuk kalian..

Bila aku menjadi laki-laki, ingin rasanya mengobati kehausanku akan petualangan dengan pergi kemanapun yang aku inginkan, menikmati perjalanan dengan banyak pembelajaran. Bepergian ke berbagai tempat, berkenalan dengan manusia berbagai jenis, ras, agama dan kebudayaan. Toh laki-laki sedikit mempunyai kebebasan yang lebih dibandingkan perempuan. Keluar malam, nongkrong sambil minum kopi sambil berdiskusi tentang politik, bola, wanita, apa saja...Mencari dunia spiritulitas bersampankan pengetahuan dari berbagai sisi, buku, ustadz dan mendasarinya dengan pengalaman spiritual yang mencari, mendalami, dan menemukan sebagai lingkaran perjalanan yang tak pernah putus.

Menemukan daya hidup yang penuh dalam pekerjaan dan mendedikasikan kemampuan dan kemauan di dalamnya, dengan keinginan bahwa bermanfaat bagi orang banyak sejatinya adalah berbaik hati pada diri sendiri. Menemukan bahwa saat memberi adalah menerima pada saat yang bersamaan, dan bahwa bila neraka dan surga tak ada, berbuat kebaikan adalah kebutuhan untuk dirinya sendiri, bukan untuk Tuhan, orang lain, keluarga atau siapapun.

Lalu saat beranjak dewasa, wanita seperti apa yang ingin kunikahi? Wah..wah...ini menarik!. Wanita yang pada matanya kurasakan panggilan dan keyakinan bahwa bersamanyalah ingin kuhabiskan sisa hidup bersama...fufufu lebay. Cinta yang menyulutku dalam kegilaan cinta sekaligus membingkainya dengan rasionalitas pada saat yang bersamaan. Wanita yang cantik karena aku mencintainya, bukan aku mencintainya karena ia cantik.

You don't love a woman because she is beautiful, but she is beautiful because you love her”.
Wanita yang ingin kubersamanya belajar untuk menikmati hidup sebagai sebuah berkah, dengan membesarkan anak-anak kami, dimana ada titipan asa dalam perpaduan jiwa-jiwa kami.

Tik..tik..tik...sebentar, bila kucerna kembali sepertinya sama saja...sama saja aku menjalani hidup sebagai seorang perempuan. Jadi, begitulah hidup yang ingin kujalani..entah aku terlahir sebagai seorang laki-laki ataupun perempuan. Tentu saja tetap ada perbedaan norma dan batas-batas, tapi ternyata setelah ditelisik esensinya, tak ada bedanya..

Ternyata!

Uhm sebentar ada beberapa hal yang membuatku penasaran, bila aku terlahir menjadi laki-laki apakah aku akan terobsesi untuk mempunyai tubuh yang bagus? Apakah aku akan mempunyai kecenderungan untuk melirik-lirik, bermain mata dan hati dengan wanita walau aku sudah punya seseorang? Apakah aku juga aku menangis dan sedih saat tim sepakbola kesayanganku kalah bertanding?Apakah benar kata orang kalau laki-laki lebih memakai rasionalitasnya sedang perempuan lebih memakai perasaannya..ufff bukan ungkapan klise yang butuh jawaban ya atau tidak, tapi aku ingin berada dalam tataran ”mengalami”. Kalau dulu Kartini berhasil memulai tonggak emansipasi wanita hingga dimulailah revolusi tentang peran ”keperempuanan” dalam tatanan masyarakat, pernah kau pikirkan sudah sejauh mana revolusi kini telah berlanjut??

Laki-laki atau perempuan, Mars atau Venus? Ahaha bahkan namaku saja berarti laki-laki hufffttt..but i luv it!! :)

Menjadi laki-laki atau perempuan, bukan wujud dan jenis gender yang menjadi soal, tapi aku lebih memandang bagaimana masing-masing individu sebagai manusia yang menjalani hidupnya dengan kemanusiaannya.


source of pic : http://www.safaids.net/files/5/gender.jpg


Previous Post
Next Post

1 komentar:

  1. Membaca tulisan ini serasa terseret ke alam phikiran penulis..
    Aihh..
    Begitu banyak pertanyaan, tapi dijawab sendiri di kalimat penutup..
    Manusia sama dimata Tuhan..

    BalasHapus