Rabu, 18 Januari 2012

Nota Protesku padaNya Tempo Hari


Pasti membacai judulnya saja dahi kalian sudah berkerut-kerut, apa maksudnya ada pakai nota protes segala?. 
Ehehe, tenang saja, tidak semengerikan seperti yang kalian kira, ini hanya kisah biasa saja, antara hamba dan Tuhannya. Walau jujur saja, sebenarnya aku tak begitu sering mengajukan nota protes terang-terangan seperti ini padaNya, biasanya cukup dalam hati saja, atau mengingkari diri bahwa sedang melakukan aksi protes padaNya. 
Walau yang sebenarnya entah terangan-terangan ataupun dalam hati, tetap saja semuanya terang bagiNya.Tapi setidaknya, bila aku protes diam-diam, aku masih merasa agak sopan padaNya, dengan sembunyi-sembunyi menyimpan protesku padaNya. Jadi memang nota protesku tempo hari itu sungguh tak biasa, entah kenapa tak tahu pasti sebabnya.
Mungkin karena matahari Glasgow yang terus saja malu-malu, mungkin karena kebanyakan sarapan, atau kelebihan dosis merasai rasa yang tak perlu, hingga memuncakkan rasaku hingga berani melontarkan nota protesku pada Gustiku.
Tak usah kusebut perihal pasal-pasal nota protesku itu, pertama, ini pasal-pasal yang tak laik untuk dibicarakan sebenarnya, dua, mungkin bila kusebutkan dan kalian membacainya, berisiko akan tertawa tiada hentinya, atau malah menangis sejadi-jadinya ahaha, dan ketiga, ini hubungan pribadi antara aku dan Gustiku, tak usahlah kalian banyak tanya. 
Singkatnya, aku ngambek padaNya, atau istilah kerennya “mutung” ehehe. Mungkin sama kalau aku pura-pura ngambek pada manusia si penghuni bulan itu, dengan satu kalimat
            Nggak mau main lagi!”
Tapi bedanya, kemarin itu kubilang itu pada Gustiku, kalian bisa perkirakan betapa tidak sopannya diriku. Setelah beberapa detik berselang setelah kulontarkan nota protesku itu, sudah kutekadkan dalam hati, jenak-jenak dalam kepalaku, sudah bulat keputusanku, aku mau protes begitu. Sepulang dari course, ke flat sejenak untuk makan siang, dan mendapati sahabatku bulannya kuning menyala, lalu aku ngobrol dengannya, dan ternyata dia pun sedang ngambek juga. Tapi ngambeknya versinya adalah protes diam-diam. Tapi jangan khawatir, protes kami paling parah ditandai dengan menertawai diri sendiri, maka kalimat yang muncul di layar ajaib yang mengkoneksikan waktu yang berbeda, dan jarak yang entah berapa jauhnya itu, adalah tulisan-tulisan manusiawi semacam : 
Mari tangisi saja semuanya, lalu tertawakan saja juga semuanya... 
Tak lupa baris berikutnya kutulis pula :
Tapi paling sebentar lagi lumeeeeer

Begitulah manusiaaaa

Protesan

Lumeran

Aneh

Diakhiri dengan ikon ketawa guling-guling, begitulah kawan, protesku bukan doa yang mengacam. Tak berani aku padaNya, lebih tepatnya tak laik berucap dan berbuat tidak semestinya. Kubawa protesku itu menuju lab siang itu, karena harus segera mengerjakan reaksi PCRku. Lalu tepat baru saja duduk di kursi lab dan membuka komputer, sudah kujumpai posting di wallku, dari seorang sahabat, yang begini bunyinya : 

"Bersabarlah menghadapi beragam pertanyaan hidup yang tak terjawab, dan cobalah bersahabat dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Bisa jadi, tanpa disadari, hidup kita akan mulai mendekati jawaban yang selama ini kita cari." ~ Rainer Maria Rilke
 * Copas dari Reader's Digest Indonesia,  Colek Siwi Mars Wijayanti
Aku tersenyum, agak kecut walau tetap manis hihi. Hummm, mulai curiga. Dalam hati bilang : Huuumm..cepat sekali Engkau meresponku, Tuhan. Lalu kubalas postingan itu, dengan ujung cerita yang jauh dari awal postingannya, yakni diakhiri dengan janji dan harapan, semoga nanti bisa berjumpa di Bandara kala kupulang. Bila diamati, rute persahabatan memang bisa jadi terkadang aneh, rantai berantai, kalau rantainya cocok dan nyambung, daun kelor tiba-tiba bisa jadi selebar dunia, begitulah kisah persahabatanku dengannya.
Lalu setelah kerjaan lab selesai, kubawa protesku dan hati abu-abuku itu pulang ke flat. Dan saat nota protesku itu bertemu laptopku jadilah protesku itu malamnya berubah wujud jadi puisi, persis tepat sebelum posting ini. Bukan puisi mungkin, lebih tepatnya racauan yang kunamai puisi. Protesku padanya memang tak seperti protes-protes mahasiswa yang berorasi bersama ribuan massa, membawa spanduk dan membakar ban bekas dimana-mana, atau tidak serupa dengan protes memplester mulut dan tidak makan, karena aku sedang hobi masak dan tentu saja menghabiskannya. Protesku itu, hanya tak ingin lagi memikirkan hal-hal yang membuat kadang setengah gila. Yang sanggup membuatku bangun pagi dan tiba-tiba tersenyum di pagi buta, lalu tiba-tiba berubah menjadi seperti ditimpuki mendung abu-abu muda, lalu langitku menggelap seketika. Rupa-rupa rasanya, seperti lagu balonku ada lima (ahaha pasti mikir hayoo,). Makanya aku protes, dengan membabi buta dengan mengalihkan energiku untuk  lebih memikirkan dunia, sesama, atau apalah namanya, agar aku diberi lupa. Melupa, diberi lupa, berupaya lupa.
Tapi entah mengapa kali ini lagi-lagi nota protesku ditanggapi cepat tanggap olehNya. Karena setelah  puisi yang tak jelas rimanya itu kuposting, tangan-tanganku digerakkan untuk membacai tulisan-tulisan Prie GS. Budayawan asal semarang yang selengean dan rada nyentik  itu memang punya ciri khas dengan gojekan, sentilan dan tulisannya yang sederhana tapi mengena. Hasilnya, tak henti-hentinya aku terkikik-kikik membacai tulisannya, tertawa membacai kisahnya dan sekaligus menertawai diri sendiri. Beginilah ajaibnya tulisan, orang bisa tertawa atau menangis hanya lewat perantara kata. Lalu diam-diam aku iri padanya, jujur sekali ia berkisah, sederhana terkadang temanya tapi mengena, terkadang kisah ironi menjadi penuh tawa, dan bahasannya soal-soal dunia yang tak lagi sekedar teorema.
Aku sendiri tidak tahu yang mana dari tulisannya yang tiba-tiba membuatku menarik kembali nota protesku itu. Banyak sekali kubacai tulisannya sampai aku lupa waktu, dan terkikik hingga terbahak-bahak, karena polos dan jujurnya ia bercerita. Dan seketika aku paham apa maksudNya, respon cepat tanggapNya, dan akhirnya kubilang...
“ Eehehe Tuhanku yang Maha baik, dan Maha menggemaskan, hambaku ini, aku..aku mau main lagi! piss..baikan ya..selamat malam.

*Tulisan ini juga untuk seorang sahabat yang nota protesnya belum dicabut juga, karena terakhir kali dia bilang : aku sedang setengah gila dan tidak bisa tertawa. Baiklah kawanku, baik-baikilah hatimu, pertama dengan memakan makanan yang menyenangkan hatimu, lalu tidurlah tepat waktu, senangkanlah dirimu, misalnya dengan minum teh hangat madu, beri kesempatan bagi sang waktu yang bekerja pada hatimu, siapa tahu bisa melumerkan yang beku. Selamat hidup kawanku, Tuhan selalu bersamaMu entah kau ngambek, protes, sedikit marah tapi tetap ingatlah jangan berhenti menyembah. 
Karena kau ibaratkan saja hubunganmu dengan manusia tercintamu, setidaknya menurut pengalamanku, bila aku protes dan pura-pura ngambek nggak mau main lagi, ia malah tersenyum dan tertawa. Mungkin juga Tuhan senang manusia-Nya kadang bertanya, protes, pura-pura ngambek lalu kembali lagi padaNya. Mungkin begitu kiranya? Entahlah, mungkin hubunganmu denganNya punya kisah yang berbeda. Bila aku makin mesra denganNya gara-gara protes tempo hari, bagaimana dengan kalian semua?jangan-jangan telah lama kalian tidak menyapaNya, bincang-bincang, atau sekedar berkirim berita padaNya, syukur-syukur berkirim doa untuk orang-orang tercinta. Semoga saja bertambah mesra, bila ada onak duri dan kerikil di sepanjang jalannya, itulah memang rasa jalan cinta, termasuk cinta padaNya***

Glasgow 17 January 2012, hampir jam 1 pagi...humm berarti 18 January ternyata ;p

Previous Post
Next Post

2 komentar:

  1. serrringg, aku juga serring begini. mutung, tanpa sebab musabab. barangkali karena sampai hari ini, aku masih belum menjadi 'tuan' atas segala rasa di diriku sendiri .. huahaha

    BalasHapus
  2. hiyaaa..begitulah manusia, tapi seru jugaaa..*kalo sudah bisa menjadi tuan akan segala rasa, mungkin lebih stabil ya..tapi adakalanya..ada suatu rasa, suatu saat..ketika kita kehilangan kendali hihi ;p

    BalasHapus