Kamis, 08 Maret 2012

Orang-orang Tak dikenal, Es Krim Kopi, dan Hujan Gerimisku

“Pekalah..pekalah pada alasan yang dititipkan Tuhan pada senyum orang tak dikenal yang tiba-tiba melengkung berbinar padamu, pada perhatian-perhatian orang terkasih yang menerbitkan semangatmu, atau mungkin pada seporsi es krim kopi yang menyapamu-- hai manisku, aku merindu binar matamu, dimana kulihat betapa berwarnanya hidupmu (Siwi Mars Wijayanti, 8 March 2012)


Hujan masih terus menderas di luar jendela kamarku, suaranya itu, mungkin salah satu suara yang selalu saja kurindui. Kini baru kutahu, ternyata salah satu yang membuatku rindu pada hujan adalah suaranya. Suara derai-derainya yang jatuh menimpa atap, menimpa daun-daun, ataupun permukaan lainnya mencipta sebuah melodi tersendiri, melodi hujanku.
Apa kabar hidup? Humm..masih di antara “peperangan” yang masih saja kuperpanjang, meragu mengambil keputusan. Bolak balik, maju mundur, ehehe...mungkin itulah yang membuat segala macam rasa masakan kehilangan rasa enak, dan membuat badanku mengurus seketika. Aku selalu berani memerangi apa dan siapa saja, segala macam tantangan mana saja, “medan peperangan meraih impian besar” apa saja, tapi ternyata menjadi begitu peragu saat berperang dengan diri sendiri. Aih, ini sejenis “peperangan” baru yang masih butuh banyak belajar untuk bagaimana mensikapinya. Dan karena itu pada sebuah kalimat kusampaikan padaNya :
“ Tuhanku, terimakasih atas kepercayaan dan kesempatanMu mencobaiku dengan ujian ini”

Dan sadar atau tidak, itu membuatku aku kehilangan binar. Mungkin hilang ditelan lelah dengan ritme bolak balik tak pasti itu, mondar mondir di kepalaku, dan hatiku, terkadang, sering. Saat semuanya tak lagi sederhana, upaya penyederhanaan terkadang mengarah pada upaya-upaya melarikan diri, menghindarkan diri, penundaan dan semacam pengalihan isu.

Kau pasti pernah hilang binar, pernah merasai masakan kehilangan rasa enaknya, dan menyadari bahwa rasa enak makanan itu bukan sepenuhnya kuasa lidah. Saat engkau meredup, dan seolah ingin menepi sejenak. Penyakit “redup” ini nampaknya hampir pasti pernah menghampiri setiap manusia, bahkan A Fuadi pada buku “Ranah Tiga Warna”nya pernah menuliskan di adegan setelah ia kehilangan harapan pada Raisa, gadis yang dicintainya :
“Beberapa minggu setelah wisuda itu, badanku rasanya masih lunglai. Aku masih sering terkejut-kejut sendiri setiap mengingat hari ini. Lama aku tidak tahu rasa rendang yang tidak enak”
Ehehe..tertawailah, tertawailah keredupanmu bila engkau masih sanggup untuk tertawa. Tapi hidup beberapa akhir ini mengajariku untuk peka. Pekalah, mungkin Tuhan mengirimkan seribu ataupun lebih alasanNya untuk mencipta lagi binarmu.
Alasan itu salah satunya kutemui pada seorang mahasiswa yang untuk kali pertama melihatku hadir kembali di kampus, ia nampak kaget, mungkin karena disangkanya aku masih di Glasgow. Jujur, aku tidak terlalu hapal namanya, tapi aku ingat wajahnya. Semula dia tengah duduk-duduk di sofa lobi kampus bersama mahasiswa-mahasiswa lainnya. Mahasiswa lain nampak hanya tersenyum menyapaku yang tengah melintas ke arah Bapendik untuk mengurusi surat ijin penelitianku. Tapi entah mengapa si anak itu –aku masih tidak ingat siapa namanya-tiba-tiba bangkit dari duduknya dan menghampiriku,
            “ Ibu apa kabarnya? Kapan pulang?” Tanyanya dengan muka yang nampak begitu berbinar, jelas terbaca dari raut mukanya. Aku segera menghentikan langkah dan menjawab sapaannya. Kujawab pertanyaannya, dan kemudian dengan begitu bersemangat ia banyak bertanya-tanya, terutama tentang studi di luar dan pengalamannya. Binar matanya itu berkilat-kilat, tak bisa kusangkal mempengaruhiku, menularkan binarnya padaku. Betapa jawaban-jawabanku membuatnya nampak begitu bersemangat, aku menjadi silau. Ironi terasa, tak tahukah wahai mahasiswaku yang sampai saat ini belum kuingat namanya itu, sebenarnya engkau terbalik saat berkata:
            “ Wah ibu membuat saya bersemangat, saya terinspirasi pengen kayak ibu, sekolah ke luar negeri, hebat” katanya dengan binar yang tak jua berubah.
Engkau terbalik sebenarnya, Engkaulah yang justru membuatku bersemangat, anak muda!!
Begitupun saat, kubuat status di FB, kala itu energiku sebenarnya sudah kedip kedip tanda lowbatt :
**Tuhan ternyata selalu punya cara utk membuat manusianya selalu punya alasan untuk melengkungkan senyuman, mencipta lagi binar, dan membuat terang keredupan..happy weekend, kawan :)
Lalu komen pertama dari seorang sahabat menuliskan :
“And u always help me to find te way to create that smile mba e...happy week end too! :)
Ajaib, bagaimana aku tidak merasa malu bila terus menerus meredup..??

Lalu mungkin juga Tuhan menitipkan alasan untuk mencipta lagi binarku pada orang-orang yang dengan ajaibnya menuliskan kalimat-kalimat yang terkadang terasa berlebihan bagiku :
“itulah rasanya setiap kali menikmati tulisan yang lebih mirip suplemen ini—(Blogku ini maksudnya)”
Es Krim Kopi Brazilku
Padahal sering kali tulisan-tulisanku hanya berupa curhatan efek katarsis untuk sebuah terapi gundah hati. Tapi ajaibnya, ada saja yang bisa membuat mereka betah untuk kembali lagi. Nah, bukankah Tuhan sudah terlalu banyak menitipkan alasan-alasanNya untuk membuatku berbinar lagi?
termasuk menitipkannya pada seporsi es krim kopi yang kunikmati sore ini. Sendiri di kursi toko es krim “Brazil” seperti biasanya, tak usah kulihat daftar menu langsung saja kupesan menu favoritku, yang nampaknya belum pernah berganti “ es krim kopi satu ya mba”, bila kuhitung entah berapa kali dalam hidup aku mengucapkan kalimat itu. Dan sebanyak itu pula, rasa es krim kopiku itu mampu mengalihkan semua gulanaku. Apalagi saat ia menyapaku, Manisku.. aku merindu binar matamu, dimana kulihat betapa berwarnanya hidupmu
Aku malu, lalu sedetik kemudian berkata pada dunia, “ Apakah kalian semua rindu binar-binarku? Di depan es krim kopi ini aku berjanji..karena kalian semualah, aku ingin berbinar..bersinar lagi!! pasti” (dalam hati..enggak teriak kenceng-kenceng di situ ;p)
Lalu iseng kubuka update status FB rekan-rekan melalui ponselku, dan kubacai status seorang sahabat
kalo lagi susah, sakit, gagal, sedih, apalagi rugi. inget aja kata Joker musuhnya Batman: "Why so Serious?" (•Ë†Ë†•)
Lalu diam-diam kubisik-bisik pada Tuhan, karena malu akan terdengar oleh si es krim kopi, “Tuhanku, iya...iyaaa...aku pahaaaam, dan siap bersinar lagi, bukti syukurku pada hidup yang kau hadiahkan padaku ***

--Hujan gerimis di luar jendela masih ritmis menemani malamku, mungkin suara dan derai-derainya yang indah itupun turut menyumbangkan alasan untuk membuatku melengkungkan senyuman dan berbinar lagi, terimakasih...
GBI, 8 Maret 2012. 23.18. dan tawa renyahmu di seberang tadi itupun juga sepertinya titipan Tuhan juga agar aku berbinar dan banyak makan lagi hihi..



Previous Post
Next Post

6 komentar:

  1. Senioor, bisa bantu saya.
    Saya masih baru di dunia Blog, gimana sih caranya biar bisa bikin tulisan yang berbobot dan gak bikin bosen..
    Terimakasih

    BalasHapus
  2. hai niia...*sederhana saja, rajin rajinlah terus menulis, tuangkan apapun ide di kepala dalam baris-baris kalimat, nanti lama-lama akan terbiasa, dan saat kau menulis akan semakin lancar. Isi/kontent tulisan bisa disesuaikan dengan minat. Plus banyak membaca..saat membaca, saat itupun engkau belajar bagaimana menulis dengan baik..
    *saya pun masih terus belajar menulis, so semangat ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasiih buat masukannya, sampai saat ini aku masih ngerasa kalu tulisan"ku ga hidup..

      Hapus
  3. Mbaaaakkk..suka dengan status temannya itu; Whya so srious?
    Boleh kukutip untuk kujadikan statusku mbak? :D

    BalasHapus
  4. @niakudo : tetep nulis dan bersemangaaat..nikmatilah proses menulis itu sendiri..nanti tulisanmu akan berkembang dengan alamiah :)

    BalasHapus
  5. @mba Fardelyn hacky :yupieee...silahkan :)

    BalasHapus