Senin, 18 Maret 2013

Mempertanyakan Hidup




Mataku melihat judul buku itu di antara beribu judul buku di Gramedia Amplas Jogya, buku itu pasti memberikan signal untuk kubacai. The Celestine Vision–James Redfield, itu judul buku dan penulisnya. Celestine? Umm saya teringat The Celestine Prophecy karya Redfield juga. Lanjutannya kah? Atau buku ini berhubungan dengan The Celestine Prophecy? Iyah, ternyata benar. Buku ini semacam karya non fiksi yang berhubungan dengan The Celestine Prophecy. Sementara karya fiksi lanjutannya berjudul “wawasan ke sepuluh” melanjutkan ke-9 wawasan yang diutarakan dalam buku yang pertama.
Lalu berpindahlah akhirnya buku itu ke tanganku, Buku itu yang memilihku, atau aku yang memilih buku itu? # rumit amat sih saya ehehe..;p
Dan akhirnya malam itu, saya membeli dua buku yang telah dengan sengaja memilih saya untuk membacainya#pede. The Celestine Vision dan Dunia Sophie-nya Jonstein Gaarder, di sela-sela lagunya Taylor Swift yang diputar di Gramedia dan seketika blip, dunia berhenti beberapa menit. Lalu suaranya Taylor swift tiba-tiba berubah jadi suaranya seseorang yang pernah menyanyikan lagu ini untuk saya.
Romeo take me somewhere we can be alone
I'll be waiting all there's left to do is run
You'll be the prince and I'll be the princess
It's a love story baby just say yes
Aih lost focus! #abaikan.
The celestine Phophecy, The celestine vision, Dunia Sophie. Buku-buku aneh, mungkin itu label kebanyakan orang. Ahihihi begitulah, karena saya punya hobi mempertanyakan hidup. Dan biasanya buku-buku itu secara ajaibnya mendatangi saya. Tuhan menjawab apa yang saya tanyakan. Pertanyaan saya beberapa dijawab lewat buku, beberapa lewat orang yang hadir dalam hidup saya. Dengan begitu saya menyadari hidup saya. Sampai mana, untuk apa, dan apa selanjutnya.
Beberapa saat yang lalu, dalam perbincangan dengan seorang teman lama tapi baru (berteman lama di FB tapi baru kali ini bertemu). Dengan spontan saya lontarkan pertanyaan saat ia bercerita tentang alur pekerjaannya
            “ Nggak tau juga, alur kerjaan saya zig zag, nggak cocok sama keilmuan saya” paparnya.
            “ Trus motifmu apa melakukan kerjaan yang sekarang ini?” spontan pertanyaan itu yang terlontar dari mulut saya.
Dia sedikit terpengarah, mungkin tidak menyangka akan mendapat pertanyaan begitu rupa.
            “ Ahaha nggak tau juga” jawabnya. Saya tersenyum, karena saya tahu setelah itu, nanti atau beberapa hari kemudian dia akan memikirkan pertanyaanku tadi itu.
Bagaimana mungkin seseorang tidak tahu mengapa/motif melakukan pekerjaan/profesi tertentu? Ah, tapi itu banyak terjadi di sekeliling kita. Hey kamu pasti sudah tahu motifmu bukan? Bahkan bila kamu melakukan demi motif uang sekalipun. Kamu harus tahu. Untuk apa? Untuk memberi makna hidupmu. Seperti arah kompas yang ingin dituju, seperti tujuan dalam setiap penelitian, setiap penjelajah dan setiap peneliti harus tahu itu.
Seandainya manusia sedikit saja menyediakan waktu untuk mempertanyakan hidup, sebelum ia “berlarian” lagi.
Saya mulai mempertanyakan hidup saat mewujudkan impian saya dulu. Setelah impian saya sudah terwujud, saya diserang pertanyaan seperti, jadi untuk apa ini semua? Buat apa? Selanjutnya apa? Lalu dengan ajaibnya saya menemukan buku “The Alchemist”nya Paulo Coelho. Jadi memang buku itu sangat berpengaruh pada hidup saya, bukan karena bahasanya, ceritanya, atau lainnya. Tapi karena melalui buku itu Tuhan menjawab pertanyaan saya.
Sejak saat itu saya mempunyai kebiasaan untuk mengamati kebetulan-kebetulan yang terjadi dalam hidup, mengamati semesta merangkai kejadian demi kejadian dan membacai pertandanya (jreeng..bahasanya absurb yah). Seringkah kalian mengamati kejadian yang dilabeli orang sebagai peristiwa “kebetulan”? bila sering-sering mengamati, engkau akan menyadari hidupmu adalah susunan kejadian ajaib. Saya, dengan jujur sering “gemes” dengan Tuhan dengan “permainan” kejadian-kejadiannya.
Sebelum buku The Alchemist, saya sudah terpengaruh oleh beberapa buku-nya Gede Prama, Dee dan Covey, tapi baru saat The Alchemist datang dalam hidup saya, saya semakin sering bertanya, berbicara dan mencari tahu tentang hidup.
Setelah itu saya bertemu dengan seri-seri buku The Secret, kemudian mengenal bahasa semesta, terpesona dengan The law of atraction yang banyak mempengaruhi hidup saya. Saya merasa hidup saya semakin seperti anak tangga, seperti perjalanan. Kadang bingung mencari arah, kemudian Tuhan memberikan jawaban. Kadang setelah tahu jawabannya, saat saya meneruskan perjalanan saya bisa saja tiba-tiba melupa apa yang telah saya diketahui sebelumnya. Dalam artian lupa tidak saya jadikan sikap hidup lagi.
            “ Semesta merespon apapun yang kita pancarkan”. Secara teori saya mengerti itu, tapi dalam perjalanan, dalam bawah sadar saya sering memancarkan signal-signal negatif, sehingga semestapun merespon serupa. Hidup perlu disegarulangkan, untuk merekap lagi pelajaran-pelajaran yang lalu.
Dan akhir-akhir ini, saya banyak mengambil jeda untuk kembali me-recall pelajaran-pelajaran saya. Setiap orang mempunyai tahapan pembelajarannya sendiri-sendiri, saya percaya itu. Kadang jiwa saya memberikan signal bahwa saatnya jiwa saya disegarkan. Guru akan datang saat murid sudah siap. Dan biasanya saya ke toko buku dan membiarkan ada buku yang dengan sengaja bertemu dengan otak saya. Seperti senin minggu lalu, usai riset lapangan saya sempatkan ke Gramedia Purwokerto. Jiwa saya akhir-akhir ini lelah karena terus menerus berlarian. Niatnya ingin mencari buku “Sewindu”nya Tasaro GK tapi ternyata masih belum liris di toko buku. Dan akhirnya “The Magic”nya Ronda Bryne memilih saya untuk tahu tentang kejaiban syukur. Sekali lahap buku itu langsung bikin jiwa jadi segar. Ya ampun, selama ini sudah tahu tentang syukur, dari kecil diajari syukur, di pelajaran agama juga dikasih tahu soal bersyukur. Tapi baru sekarang ini saya “paham” ajaibnya daya syukur dan efek-efek luar biasa yang bisa diciptakannya. Aih gila, andai lebih banyak manusia yang baca buku ini dan tahu “rahasia” ini, makin banyak hidup-hidup yang tercerahkan.
Dan kemarin The Celestine vision berhasil membuat otak saya nggak mau istirahat sebelum bacaan buku itu selesai. Sudah larut hampir dini hari, mata sudah ngantuk tapi otak nggak mau istirahat saking excited-nya. Kayak nemu “rahasia” rasanya ehehe. And again, Tuhan memberikan jawaban tentang suatu hal yang sedang saya alami. Sebenarnya pembelajaran berulang, karena pelajaran yang dulu sudah saya tahu dari The Celestine Prophecy banyak saya lupakan (atau saya ingat tapi prakteknya sulit xixi). Tuhan kasih remidi sepertinyaaa ahaha..
Oh ya, tentang buku The Celestine Prophecy. Saya semakin takjub tentang bagaimana buku itu bisa ada di tangan saya. Buku itu diberikan sebagai hadiah dari Widuri, sahabat baik saya. Dan ternyata buku itu ingin saya tahu tentang ke-sembilan wawasan itu. Dan salah satu poin yang dulu saya baru belajar adalah tentang “ketergantungan energi”. Hal tersebut pernah saya baca di tulisan Dee lewat kalimatnya “kita harus menjadi utuh dulu untuk bisa mengutuhkan orang lain”. Dan hal itu menginspirasi saya membuat cerpen berjudul “Cinta di antara dua huruf O”. Saat itu saya mengalami ketergantungan energi kronis karena ujian sebenarnya mengenai “penuhnya” diri manusia teruji benar dalam suatu hubungan. Setelah saya tahu ilmu “perebutan energi” itu saya sembuh. Tapi kemudian penyakitan lagi ahaha..
Lalu The celestine vision kemarin itu datang datang dalam hidup saya untuk kasih kuliah lagi. Saya cuma senyum-senyum nyengir, walau otak saya terus berpikir. Ada banyak hal dalam buku itu yang mempesona otak dan jiwa saya. Dan makin membuat saya sadar, ternyata “kitab-kitab”nya orang-orang yang saya kagumi nilai hidupnya itu hampir semua sama bacaannya. Mereka sudah terlebih dahulu mengetahui tentang “rahasia-rahasia” itu. Hidup ternyata bisa menjadi begitu ajaibnya. Saya rasanya kayak nemu harta karun! Ehehe..lebay terus-terus ternyata nagih juga!
Kini saya mengutuh kembali, penuh kembali. Setelah tahu rahasia energi, ternyata energi itu bergender kawan, ada gender laki-laki dan perempuan, dan kamu akan mengutuh bila sudah bisa mampu mengaktifkannya. Life is Magic, Miracle bila kita menemukan rahasiaNya!
Ah baiklah, kalian sudah protes : ngomongin apa sih  ini dari tadi? Ahaha..kabur ah. Selamat sore, selamat menjalani hidup kalian yang ajaib, kawanku! Kapan-kapan saya meracau tentang hal ini lagi.

Ndalem Pogung, 18 Maret 2013.

Previous Post
Next Post

2 komentar:

  1. terimaksih telah dan slalu memancarkan energi positif #peluuuukkk

    BalasHapus
  2. ehehe biar hidup terus menerus ajaib, lupi. Terimakasih juga untuk semuanyaaaa termasuk pie susunya #eh...peluk juga :)

    BalasHapus