Jumat, 29 Maret 2013

Pertanda



Sudah sejak lama saya selalu memperhatikan kejadian-kejadian kebetulan, dan ingin selalu berusaha menyadarinya. Tuhan mungkin berbicara melalui pertanda kejadian kebetulan. Tuhan ingin membincangiku, Tuhan ingin menyampaikan sesuatu padaku, begitu pikirku. Apa saya kemudian menjadi manusia yang terlalu berlebihan mensikapi kejadian kebetulan ini? Mungkin ehehe.
Tapi entah kenapa saya sangat menikmati “permainan” ini. Saya jadi merasa terkoneksi secara nyata dengan Tuhan. Kadang berakhir dengan senyum mengerti akan rencanaNya, kadang geregetan tingkat tinggi, kadang takjub setengah mati, namun kadang juga nggak ngerti sama sekali ahaha. Tapi ini salah satu cara saya merasa terkoneksi denganNya. Seperti ketauhidan manusia yang bisa dicapai dengan melihat alam semesta, dan kejadian-kejadianNya dalam hidup kita bukankah bagian dari alam semesta yang sebenarnya begitu nyata?
Oke, saya meracau lagi ahaha..siapa suruh membacai blog ini LOL.
Beberapa saat lalu saya ke toko buku Gramedia, kemudian menemukan bukunya Paulo Coelho yang berjudul “seperti sungai yang mengalir”. Karena saya sudah punya versi English yang saya beli di Glasgow, saya memang tidak berniat membelinya. Saya hanya ingin membacanya saja karena ternyata memang lebih enak baca dalam bahasa Indonesia ehehe. Lalu asiklah saya dengan posisi bersila di lantai membaca halaman demi halaman. Lalu tibalah pada kalimat : “kenapa manusia harus memakai dasi?”
Eits, waktu membeku di situ, mata saya juga berhenti di tanda tanya itu. Lalu sebuah rekaman terputar di ingatan saya. Dasi! Kata itu mengingatkan saya pada mimpi saya semalam sebelum ke toko buku itu. Cerita di mimpi saya tak begitu jelas, tapi kejadian yang saya ingat yakni saya sedang membuka tas saya, lalu tiba-tiba menemukan sebuah dasi. Dan saya tahu siapa pemilik si dasi ini (dalam versi mimpi saya). Saya mengambil dasi itu, dan berpikir “ umm, dasinya ketinggalan di tas saya”.
Sebelum saya membaca kalimat itu, saya tidak ingat mimpi itu sama sekali dan biasanya memang saya tidak terlalu mengingat-ingat mimpi saya, bunga tidur, pikirku. Tapi begitu saya menemukan kata “dasi” di buku-nya PC, saya teringat mimpi saya itu. Dan kemudian saya meneruskan membaca lagi, dan ow oww..pada bab berikutnya, saya nemu kata Dasi lagi, ih kenapa sih lagi-lagi Dasi? *sok protes.
Dan tiba-tiba, ada orang yang pertama kali saya kenali dari sepatunya yang terlihat di samping saya yang tengah duduk bersila. Saya mendongak, dan orang itu adalah si pemilik dasi dalam mimpi yang dasinya ketinggalan di tas saya.
Trus apa maksudnya? Enggak ngerti ahahaha..
Seperti juga kamis minggu lalu, pas mau ngaji surat Yasin ritual setiap malam jumat, saya membuka Al Qur’an dan mencari-cari halaman awal surat Yasin. Biasanya sudah saya beri penanda dengan kertas lipat agar mudah dicari karena surat itu sering saya baca. Namun malam ini entah mengapa penandanya tak terlihat, biasanya ada di sela-sela helaian Al Qur’an itu. Maka, saya membolak balik beberapa helai halaman untuk mencari penandanya. Lalu ups, ada sehelai kertas berwarna putih kebiruan menyisip di antara helaian halaman Al Qur’an itu. Kuambil dan kuamati kertas kecil tersebut, ternyata sebuah print tiket travel. Kubaca detailnya, aku terhenyak beberapa saat dan entah mengapa tiba-tiba merinding. Mataku menelusuri detail tiket perjalanan itu.
Tujuan : ----- ini kali kedua saya mengunjungi kota itu sejak tahun 2009 lalu.
No.kursi : 4
Nama : SIWI.MS
Telp : -/081327236277 (no hpku masih no lama yang kini telah hangus)
Alm. Jemput : Jl. Riyanto no 5D sumampir (ini alamat kosnya yang lama)
Almt antar : -------ini daerah rumah teman prajab saya, karena saya belum terlalu ngerti kota tujuan saya ini. Dan teman saya ini bersedia ditumpangin dan akan mengantar ke lokasi tujuan saya ke kota tersebut.
Tiket : 70.000 (Rp.)
CS0 : TEGUHPWT
Dan yang paling kuamati yakni tanggal perjalanan itu. Ada di paling atas detail tiket tersebut
Jul 23 2010/7:00 am
Saya rasanya dilempar ke mesin waktu. Tak hentinya saya merinding memegangi tiket itu. Saya langsung ingat untuk apa saya memesan tiket tersebut, dan dahulu saya tidak pernah mengira bila tiket itu, perjalanan itu, akan menjadi salah satu bagian penting dalam hidup saya. Saya memang ahli “sejarah” tapi tak terlalu gila untuk mengoleksi lembar-lembar tiket travel. Saya tidak pernah menyimpan tiket travel. Apalagi saat melakukan perjalanan tersebut, saya tak pernah menyangka bila itu akan menjadi sesuatu yang istimewa.  Semenjak lama saya mencari tahu sebenarnya kapan tanggal pastinya saat itu, setelah tahun-tahun berlalu dan mengingat peristiwa itu sebenarnya adalah saat yang sungguh istimewa dalam hidup saya. Dan tiba-tiba, sebuah tiket travel nyelip di antara helaian Al Qur’an. Well, sebut saja kebetulan bila memang ada kejadian kebetulan di muka bumi ini!
Apa maksudnya ini? Tanyaku dalam hati. Spontanitas otak permainan kebetulan langsung menyerangku. Kenapa musti tiket itu yang terselip di antara helaian Al Qur’an? Dan tiket itu di situ selama bertahun-tahun. Al Qur’an itu saya bawa pulang ke rumah saat saya pergi ke Glasgow, karena terlalu besar dan berat untuk dibawa. Ke Glasgow saya membawa Al Qur’an kecil agar lebih ringan dan ringkas. Dan saat saya pulang dan ngekos di Jogya beberapa bulan ini, saya bawa lagi Al Qur’an tersebut ke Jogya. Lebih dari tiga tahun tiket itu tersembunyi di sana, dan kini menjadi satu-satunya tiket travel yang saya simpan.
Pertanda sesuatukah? Ah saya berlebihan. Mungkin kebetulan saja, mungkin juga tidak. Selain itupun, saya masih menyimpan beberapa pertanyaan yang sedang menunggu jawab. Kadang berakhir dengan jawaban, kadang berakhir dengan pertanyaan itu sendiri, atau kadang mengarahkan saya pada pertanyaan yang lain atau bahkan berakhir tanpa apa-apa. Tapi saya menikmati pertanyaan-pertanyaan saya, proses menunggu, mencari jawab, dan begitulah cara saya menikmati terkoneksi secara nyata dengan Tuhan dalam hidup.
Selamat membacai pertanda, kawanku. Bila kau (mau) percaya. Bila tidak, abaikan saja. Why so serious? Ehehe.
Terimakasih telah membaca racauan saya pagi ini. Selamat pagi!


Ndalem Pogung, Jogya 29 Mar 2013. 10.11.am

Previous Post
Next Post

4 komentar:

  1. kadang pertanda adalah penanda takdir berikutnya ya, mba siwi :)

    BalasHapus
  2. @Ila Rizky Nidiana : mungkin saja begitu ehehe :)
    @Arian Sahidi : manggut-manggut ngerti apa nggak ngerti? ahaha

    BalasHapus