Jumat, 06 September 2013

Tentang Endorsement : Nada Tjerita




Minggu siang beberapa hari lalu, sebelum  berangkat ke lab sahabat saya Manunggal Kusuma Wardaya atau biasa disingkat MKW mention di twitter untuk minta endorsement buku barunya yang akan segera terbit. Dia itu rekan dosen di Unsoed, namun beda fakultas yakni mengajar di Fakultas Hukum. Saat inipun dia sedang menempuh studi doktoral di Universitas Nejmegen, Belanda, tapi seringkali dia kabur ke Indonesia untuk berkumpul dengan keluarga dan krucil-krucilnya. Menjadi maklum bagi saya, karena studinya di bidang hukum tentu saja tidak terikat kerja laboratorium seperti riset saya.
 Kali ini ia sedang menggarap projek untuk menerbitkan buku pertamanya dengan judul Nada Tjerita yang akan diterbitkan penerbit Indepth Publishing, Lampung. Caranya minta endorsement juga unik, serupa dengan gayanya yang selenge’an itu. Dia kirim email singkat dan batasan waktu yang super singkat pula. Dududuuh kelakuan memang.
Ini PDF nya,
Tolong kasih satu dua kalimat singkat endorsement ya, sekalian identitasmu (Penulis buku bla blabla dst itu)
Ditunggu dalam beberapa jam ini. Awas nek kesuwen ora usah san gawe hahahaahax.
I want to have your name on the back cover of my book.
Greetings
Awas nek kesuwen ora usah san gawe (ini bahasa super ngapak yang artinya : awas kalau kelamaan nggak usah sekalian!). Hihi begitulah gaya bahasanya. Kadang-kadang beberapa orang yang membaca gaya bahasanya mungkin bisa tersinggung dengan kalimatnya yang ceplas ceplos itu. Tapi bagi saya tidak terlalu masalah. Saya menganggap dia itu berbahasa preman berhati roman. Jadi hanya bahasanya saja yang terdengar ceplas ceplos dan mungkin kalau berkomentar nyelekit.

Akhirnya saya menunda untuk berangkat ke lab untuk membaca cepat naskah yang dikirimkan ke email. Untung beberapa chapternya sudah pernah saya baca sebelumnya melalui blognya, jadi mempermudah saya untuk mengerti sekilas buku barunya tersebut. Jadi kurang dari satu jam saya selesai membaca cepat, dan kemudian membuat endorsement. Entah karena sedang gila-gilanya makan atau entah karena apa. Kenapa kalimat endorsement saya jadinya begini :

Membaca Nada Tjerita itu seperti melahap berbagai menu makanan yang tidak hanya bergizi tinggi bagi jiwa dan cara pandang hidup, tapi sekaligus juga lezat dinikmati dari kisah per kisah. Bersiaplah menyantap setiap menu cerita apik sampai hidangan terakhirnya!

(Siwi Mars Wijayanti. Penulis buku Koloni Milanisti-Leutika Prio, kontributor buku The jilbab Traveler-Asma Nadia Publishing).

Lihatlah? Sepertinya nafsu makan dan berat badan juga mempangaruhi perbendaharaan kalimat saya ahaha. Tapi sebenarnya memang begitulah gambaran saya pada buku Nada Tjerita karya MKW sahabat saya itu. Komplit dengan berbagai kisahnya yang kadang sederhana namun tetap membukakan kita akan cara pandang baru. Kumpulan kisah-kisahnya tentang belanda, Australia, ataupun sudut-sudut Indonesia dengan berbagai warna warni kisah yang dibawakannya. Sajian yang cukup lezat dan lengkap. Hingga walaupun sudah dikirimi naskah lengkap versi pdf ubukunya, namun tetap saja saya ingin membeli buku versi hardcopynya. Saya masih penggemar buku hardcopy karena membaca buku nyata memberikan sensasi tersendiri dibandingkan membaca softcopy/online.
Oh ya, setelah melihat cover jadinya. Eh eh..nama saya bersanding dengan nama-nama besar seperti bapak Ahmad Tohari dan Ardian Kresna. Uhuk semacam grogi sedikit, eh siapa sih saya? Ahaha sempat terasa seperti itu.
Beberapa kali saya memberikan kalimat endorsement untuk sahabat-sahabat saya sesama penulis karena ternyata berada dalam satu komunitas akan meletupkan energi untuk berkarya. Kadang bila sedang bad mood, menghadapi writer block, nggak tau apa yang mau ditulis, bila mempuanyai kontak dengan orang-orang dengan passion yang sama, tak terasa akan membuat kita bersemangat.
Seperti juga endorsement kali ini, selain apresiasi saya terhadap karya sahabat saya tersebut, hal ini juga merupakan lecutan semangat bagi saya untuk terus berkarya lagi. Membaca naskah lengkap buku yang masih di dapur, masih “kebul-kebul” dan siap dihidangkan itu memberikan semacam dorongan untuk menyelesaikan buku saya juga. Pengen segera menerbitkan buku tunggal lagi, sungguh ingin melahirkan lagi. Mungkin seharusnya penulis itu mempunyai jangka waktu berapa lama hingga ia harus melahirkan, untuk memicu produktivitas. Saya masih bergelut dengan naskah buku ilmiah saya yang sudah disetujui pihak penerbit namun belum juga bergerak halamannya ahaha. Jadi, marilah bersemangat kembali!



Previous Post
Next Post

2 komentar:

  1. Wah, makin keren aja dirimu mbak Siwi. Makin mantap.
    Btw, baru menyadari, ternyata blog ini udah ganti template :D

    BalasHapus
  2. ehehe makasih mba. iyah udah ganti template lumayan lama tapi hampir mirip-mirip si, cuman ini hanya 2 kolom saja :)

    BalasHapus