Selasa, 26 November 2013

Ritual Pagi





Lampu-lampu kamar di flat seberang jalan masih gulita, hanya ada satu kamar yang terlihat lampunya menyala. Pagi masih dini walau jam sudah menunjukkan jam 7 pagi. Musim dingin membuat gulita makin lama mendekapi hari. Waktu masuk subuhpun masih kunanti. Akhir-kahir ini suhu dingin sudah makin harus diakrabi. Kaus tangan, syal hangat, coat, dan kadang penutup kepala karena kerudung masih terlalu tipis untuk mengalahkan rasa dingin, dan kadang angin. 
Kau selalu di hatiku,
Bersemi di dalam kalbu
Dari semula hingga akhirnya kasihku kuserahkan
Lagu kau selalu di hatiku mengalun lembut dari serentan lagu kenangan yang kuputar di Youtube laptopku. Hii berasa seperti tahun 80an rasanya.
Tiba-tiba otak sudah berderet-deret selintasan pikir : “hari ini ada meeting dengan supervisor, ada labwork yang harus dikerjain, harus nulis discussion untuk satu chapter yang harus segera disubmit, eh deadline untuk project tentang kita itu tanggal 30 November ya? Kirim contoh proposal riset ke mita lupa terus, hari ini kirim ya sekalian nanya resep siomay” ..bla..bla..blaa..kok banyak yaa...
Hehe pernahkah kalian bangun pagi dan langsung berasa stress sebelum mengerjakan aktivitasnya hari ini? Udah ngeluh duluan karena kebayang beberapa hal yang harus dikerjakan?
Ah manusia ya..enggak ada kerjaan bingung, kebanyakan kerjaan juga bingung hihi. Saya juga sering begitu. Padahal ingin sekali belajar mengawali pagi dengan rasa syukur,
Terimakasih diberikan satu hari baru lagi..
Mengucap itu ada rasa “adem” dalam hati. Bahwa walau apapun yang terjadi kita harus berterimakasih karena masih diberi kesempatan hidup hari ini.
Terimakasih diberikan satu hari baru lagi..
Kadang kita bangun pagi, pergi kerja, pergi ke sekolah/kampus seperti sebuah rutinitas yang sama. Padahal tak ada satupun hari yang sama bukan? Tapi susah ya untuk menyadarinya ehehe. Setiap bangun pagi, memulai hari tentu saja hari yang baru, waktu yang baru bahkan diri kita yang baru.
Tapi kebanyakan dari manusia mengawali hari dengan keluhan, baik terucap ataupun selintasan dalam pikir. Apalagi kalau sudah buru-buru, bangun pagi kesiangan dan harus menyiapkan ini menyiapkan itu, buru-buru berangkat. Ah, saya enggan bila mengawali hari dengan terburu-buru.
Saya suka menyesapi secangkir coffee latte, suka mengecek-ngecek email, mendengarkan lagu, memasak sarapan dan menyiapkan apa yang harus dibawa ke kampus.
Saya suka pagi. Pagi yang ajaib dengan kebaruannya, dengan udara-udara yang dengan sadar kita hirup. Pagi dengan sempat bersyukur, atas sebuah hari yang baru
Terimakasih atas hari yang baru, atas hidup yang baru, kesempatan baru
Sesederhana itu
Tapi saya pun seringkali alpa.
Bahwa saat pagi menjelang, hari barupun datang. Terimakasih.

Glasgow, 26 November 2013

Previous Post
Next Post

9 komentar:

  1. wah.. ternyata coffe memberikan semangat pagi..
    sip.. aku suka ngopi pagi, merenungi pikiran dan perasaan..
    salam kenal kakak...

    www.makruf.com

    BalasHapus
  2. ehehe para penggemar kopi..salam kenal juga :)

    BalasHapus
  3. Pagi itu ajain,patut disyukuri, manusia selalu ada banyak keluh kesah, tapi pagi adalah hal yang selalu dinanti...

    BalasHapus
  4. iyaps..selamat belajar mensyukuri setiap hari baru, cheers :)

    BalasHapus
  5. Selamat Pagi, Siwi! Terima kasih, sudah mengingatkanku mensyukuri hari baruku.

    BalasHapus
  6. yuhuuu terimakasih juga sudah mampir baca :)

    BalasHapus
  7. Selalu suka dg tulisan kakak :') Sederhana namun diikat makna yg tak sesederhana diksi...

    BalasHapus
  8. Selalu suka dg tulisan kakak :') Sederhana namun diikat makna yg tak sesederhana diksi...

    BalasHapus
  9. ehehe wauwww melambung tinggi dan berbunga bunga baca komennya
    # tsaaaahhaha :D
    tengkiu ya mampir-mampir bacanya :)

    BalasHapus