Minggu, 11 Oktober 2015

Aisha, Seberapa Jauh Kita Kenal Dia?




Aisha, nama itu semenjak sekitar dua bulan lalu begitu menarik perhatian saya. Salah satu sahabat baik saya bercerita kalau ia memesan kindle buku “ Aisha, the wife, the companion, the scholar” dari amazon dan sedang merampungkan membacainya. Dari ceritanya itulah saya jadi tertarik untuk membacai tulisan tentang Aisha dari berbagai sumber. Hik malu memang, pengetahuan saya tentang salah satu isteri Rasullah SAW ini sangatlah sedikit. Seringkali yang sering terlintas selama ini, ya hanya Aisha-isteri Rasullah SAW yang dinikahi dalam usia yang sangat muda. Kemudian sedikit cerita tentang tuduhan perselingkuhan Aisha yang diceritakan dalam An-Nur. Lainnya nggak banyak ngerti hahaha..hiks.. ya perempuan muda yang dinikahi dalam usia yang belum dewasa memangnya bisa apa sih? Kasarnya begitu ya yang sempat terlintas..ya ampuuun parah ahah.

Nah..nah, ternyata setelah membaca tulisan-tulisan mengenai Aisha, saya gantian malah jatuh cinta berat. Keren banget ini perempuan, batin saya. Ternyata si perempuan muda ini memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah islam dan juga pergerakan perempuan dalam islam. Dan apalagi kisah cintanya sama Rasullah SAW ya yang sering kali bikin lumer ehehe. Karena di antara isteri-isteri Rasulullah SAW, selain Khadija, Aisha-lah isteri yang paling dicintai dan disayangi Muhammad SAW. Dari tulisan-tulisan yang saya bacai jelas sekali adanya equal relationship dalam pernikahan Rasulullah SAW dan Aisha. Padahal rentang usia mereka itu jauh banget ya, karena mereka menikah saat Rasul berusia 55 tahun, sedangkan usia Aisha sekitar 7-10 tahun, karena banyak sekali sumber yang menyebut usia yang berbeda-beda. Kenapa selama ini yang ditonjolkan adalah cerita pernikahan yang sangat muda ini ya? jadi selintas mengesankan kalau islam mendukung pernikahan di bawah umur. Padahal tidak demikian, bahkan Aisha tetap tinggal bersama orang tuanya, Abu Bakar dan Umm Ruman selama beberapa tahun sebelum akhirnya hidup bersama Rasullullah SAW. Konon pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Aisha ini dimaksudkan untuk mempererat hubungannya dengan Abu Bakar yang bermakna politis, dan secara budaya arab hal itu sering dilakukan dengan pernikahan.

“ In mecca, where belief, self sacrifice and bravery were so necessary, He gave him Khadija; In Medica, where the requirement of knowledge, intellegence and reasoning were felt, He bestowed him, Aisha. ( Aisha, the wife, the companion, the scholar)

Yang paling menarik dari sosok Aisha adalah kombinasi antara kecantikan, kecerdasan dan kematanganya walau di usia muda. Seperti disebutkan di beberapa tulisan bahwa Muhammad and Aisha had a strong intellectual relationship. Aisha merupakan salah satu dari 3 isteri nabi (dua lainnya yakni Hafsa dan Umm Salama) yang hafal Al Qur’an. Karena intelektualitasnya itulah Aisha dijuluki “Mother of Believer”. Ia juga menarasikan 2210 hadits yang tidak hanya mengenai kehidupan pribadi Nabi Muhammad SAW, tapi juga hal-hal seperti warisan, ziarah dll. Beberapa sumber juga menyebutkan kalau ia juga mempelajari beberapa bidang keilmuan seperti kedokteran dan kesusastraan. Whoah, mengagumkan sekali sih menurut saya.

Dari beberapa tulisan yang saya baca, Aisha juga digambarkan manusiawi seperti pernah cemburu terhadap isteri-isteri nabi yang lain, mendebat nabi kala ada hal yang tidak sesuai dengan pemikirannya. Kalau kisah tentang romantismenya dengan Nabi banyak bertebaran dimana-mana. Saya sih bayanginnya kalau mereka berdua tuh saling cinta banget, dan Nabi Muhammad SAW sepertinya can’t help fallin in love with her. Panggilan kesayangan beliau kepada Aisha pun unyu banget : “Aisy”. Kalau mau belajar menjaga keromantisan rumah tangga, sepertinya kisah Nabi Muhammad-Aisha ini harus banget dijadikan rujukan *kode ahah.  Ya soalnya ada banyak kisah-kisah yang membumi banget seperti kala Rasullullah SAW lomba lari sama Aisha, kala menggendong Aisha pas mau nonton pertunjukan, ataupun hal-hal yang sederhana seperti menyisirkan rambut atau mengoleskan krim ke tubuh Rasulullah. Dan pada akhirnya pun Rasulullah SAW di akhir hayatnya saat sakit-sakitan pun meminta ijin pada isteri-isterinya yang lain untuk dia bisa beristirahat di rumah Aisha, dirawat dan pada akhirnya meninggal di pangkauan Aisha. Aih, indah banget sih kisah cinta beliau berdua.

Sepeninggal Rasullullah SAW, peran Aisha sangat terasa terutama sebagai rujukan utama tentang praktik ibadah Nabi, dan banyak mengungkapkan sunah-sunah Nabi Muhammad SAW. Coba deh baca-baca tulisan yang menyebutkan praktik-praktik ibadah Nabi Muhammad SAW hampir sebagian besar dikisahkan oleh Aisha. Kenapa bukan oleh isteri-isteri lainnya coba? Mungkin inilah keistimewaan Aisha dengan intelektualitas dan memorinya yang kuat.  Salah satu kontribusi intelektualitasnya yakni menjadikan teks verbal islam menjadi bentuk tertulis yang menjadi sejarah resmi islam. Beberapa kisah juga menyebutkan peranan politiknya pada tiga kekhalifahan yakni Abu Bakar, Umar dan Uthman. Ah, perempuan ini ternyata sangat memikat hati. Dan akhirnya saya pesan buku “Aisha, the wife, the companion, the scholar” via amazon dan tengah menunggu kedatangan buku itu di tangan saya. Habis penasaran berat dan pengen tau lebih banyak aja sih. Nanti kalau bukunya sudah datang dan sudah saya baca, InsyaAllah saya bagikan reviewnya. Semoga semakin banyak perempuan-perempuan yang terpesona untuk meneladani keistimewaan perempuan kesayangan Nabi Muhammad SAW, Aisha. 

 10 October 2015. Glasgow menjelang tengah malam
 
Previous Post
Next Post

2 komentar:

  1. aisha keren ya, mba. masya Allah. paket komplit karena ceras dan jadi istri idaman :D

    BalasHapus
  2. heheh iya Ila, semoga kita semua bisa menjadikannya sebagai tauladan baik :)

    BalasHapus