Selasa, 29 April 2008

Scusami...Kakito!!!


Oggi e..brutto tempo per me... huks...nggak dapet tiket buat nonton derby della Madoninna akhir minggu ini.huaaa Milan Vs Inter... sono molto triste..tiket udah sold out!! yah..gimana lagi...rada merasa bersalah, harusnya udah nyari tiket buat pertandingan itu sejak awal-awal kedatanganku ke Itali...tapi..yup terlenakan keadaan.. Hal-hal baru setiap hari menyapa dengan cepat, menyita energi..menyerap sebagian waktu.. Huks..Scusami..kakito! Pertandingan tinggal tersisa 3 partai, partai kandang melawan inter, tandang melawan Napoli dan pertandingan terakhir partai kandang melawan Udinese.Satu-satunya kesempatan, nonton Milan Vs Udinese di partai terakhir Liga Itali..harus!! kali ini nggak boleh buat kesalahan lagi!!
Ahh...sepertinya harus pergi nonton di luar untuk menyaksikan partai super penting Milan Vs Inter, soalnya di sini stasiun TV nggak nyiarin langsung Lega Calcio..ironis ya..padahal kalo di Indonesia, aku bisa dengan nyaman nonton bola setiap akhir pekan..he..emang orang indonesia sukanya gratisan, sebaliknya di Itali...nggak ada yang gratis, ada ongkos duduk kalo makan di luar, bayar plastik bawaan kalo belanja...Wew..gitu deh...
Buat temen2 yang menitipkan impian ke San Siro...Maaf belum bisa kesana pas derby...tapi pasti tgl 18 Mei'08 akan kubawa impian-impian kalian bersamaku.. Brava Milanisti!!! Harus dapet zona champhions at least!! Kurang 2 poin melewati la Viola...
Kakito, ti aspetto il tuo gol nella partita Milan Vs Inter...Buon Fortuna!!

Rabu, 23 April 2008

Gubbio and Montefalco...

Venerdi, 18 Aprile'08

Hmm..fa brutto tempo! Cuaca buruk! mendung dan gerimis..padahal sudah masuk musim semi. Tapi tetap tidak menghalangi niatan kami sepulang kuliah untuk berpetualang ke Gubbio. Sebuah kota tua yang bisa ditempuh sekitar 45 menit perjalanan naik mobil dari Perugia. Setiap perjalanan menjelajahi itali adalah sengatan-sengatan rasa saat memandangi tempat-tempat yang selalu memanggilku untuk melihatnya.
Ah..aku teringat andrea hirata dengan edensornya...
Untunglahglah gerimis mereda, dengan modal mengunjungi tempat info wisata Gubbio yang memberikan kami buklet dan peta wisata Gubbio, kami mulai menjelajah. Mulai dari Palazzo Grande, dimana saat itu terlihat wisatawan-wisatawan seperti kami mengagumi pesona bangunan sejarahnya. Daniel, teman kuliahku yang paham benar dengan arsitektur dengan fasihnya menerangkan perbedaan arsitektur bangunan yang kami lihat. Hmm..interessante! Menarik! saat ia menerangkan perbedaan gaya gotik dan gaya romano.
kemudian kami mengunjugi Museum Diocesano, dengan tiket masuk 2,5e (untuk mahasiswa)..hmm..memang tidak bisa dilewatkan. berbagai kisah-kisah bersejarah dan lukisan-lukisan kuno melintas di depan mata. Setelah puas berkeliling, kami meneruskan penjelajahan kami ke Palazzo Ducale, dan ke Roman Theather. Wah, roman theather seperti colosseum mini..walaupun belum sempat ke Roma untuk jalan-jalan tapi liat roman thather seperti aku dapat membayangkan kemegahan colloseum. Dan saat temanku yang dari jepang mengatakan
" Buon Giorno, Principessa..hmmm
Ah, Itali...apa yang tidak indah disini he..he..
Setelah mampir minum kopi disebuah pizzeria di tengah taman, kami meneruskan perjalanan ke montefalco. Montefalco sering dikenal dengan la citta di Vino e olive.."Kota anggur dan minyak olive" yup, karena di daerah ini memang terkenal dengan produksi wine dan olive oilnya. Kota ini terletak di pengunungan, dari Gubbio sekitar 30 menit perjalanan. Lanskap yang menakjubkan di sepanjang jalan membuat perjalanan terasa singkat. Montefalco memang sebuah kota kecil yang jarang dikunjuangi wisatawan, tapi tetap saja menawan. Dengan hijaunya hamparan pepohonan dan kastil-kastil tua yang menyimpan kenangan, montefalco menangkup keduanya dengan sempurna. Kami berkeliling di daerah centro, melihat-lihat palazzo dan naik ke tempat tertinggi untuk melihat umbria(daerah perugia, Gubbio dan sekitarnya) dari atas. Angin menghilangkan rasa penat seusai berkeliling, dan setumpuk kenangan serta penggalan rasa dari perjalanan ini membuatku pulang dengan berbinar.
Baru sore harinya kami pulang ke Perugia, Ah.."pulang"..yap, aku merasa pulang ke Perugia!!




Selasa, 22 April 2008

Buon Compleanno, Mio Kakito!!


22 Aprile 00.30-Piazza Danti 21, Perugia

Buon Compleanno, mio Kakito! Complimenti e Auguri

Ascolta il tuo cuore...





" ASCOLTA IL TUO CUORE...

ESSO CONOSCE TUTTE LE COSE"


Dengarkanlah kata hatimu, dia tahu segalanya..begitulah kira-kira sari pati yang diungkapkan Paolo Coelho dengan karya The Alkemist-nya. Tuhan telah menyiapkan jalan yang mesti dilalui masing-masing orang, kita tinggal membaca pertanda-pertanda yang ditinggalkanNya. Begitupun dengan kali ini, saat aku mencari dengan terus menanyakan pada hati, apa yang kucari dengan berpetualang sejauh ini?
Dan alkemist menjawabnya dengan meninggalkan banyak kata "aha" penuh pemahaman pada akhirnya. Aku, ingin tetap seperti Santiago si gembala itu yang terus mendengar kata hatinya, mempunyai keberanian dan keteguhan untuk mewujudkan impian-impiannya. Dan kini, aku di sini, di tempat yang selalu memanggil-manggilku sejak bertahun-tahun lalu. Dengan banyak pembelajaran di sepanjang jalan, aku percaya bahwa setiap detik pencarian adalah pertemuan dengan Tuhan. Dalam perjalanan mewujudkan mimpi inilah aku belajar berjalan ke dalam diri, hingga aku tahu seberapa jauh aku mengenal kehidupan.
Aku bertanya, dan jawaban-jawaban itu akan kutemukan dengan caraNya yang menakjubkan. Aku lebih meneguhkan jalanku di jalan islam saat beberapa minggu ini entah berapa puluh gereja kumasuki, hatiku tergetar mendengar merdunya jawab salam dari penjual kebab Lebanon, merindukan suara adzan saat kini tiap jam kudengar lonceng gereja. Kumencari esensi keislamanku saat bertukar pandangan dengan seorang pastur saat rehat pelajaran di kelas.
Setiap jawaban yang kutemukan adalah langkah-langkah dari perjalananku ke dalam diri. Aku ingin hidup dengan saripati hidup...bukan hanya hidup yang mengalir tanpa esensi.
Kini, aku bisa tersenyum untuk mengerti apa yang kucari dengan petualangan sejauh ini...
dan ingin selalu mendengarkan hatiku bicara, sebab hati berasal dari jiwa dunia.....


Vietato Innamorare...

Vietato Innamorare...
Aku ingin melihat apa yang dia lihat di balik kacamatanya..
Dunia antah berantah yang tak tersetuhkah?
Apa ia punya syaraf rasa, yang getarnya dikenali oleh hati?
Atau memang ruang itu hanya untuk Tuhan-Nya
Aku tergerak bertanya..
Apa yang meneguhkan hati untuk berjalan lurus di rumah Tuhan-Nya
Ah, con lui..vietato innamorare..

-Pallazo Gallenga, aulaVII,21 aprile'08-

Kamis, 17 April 2008

Pencarianku........



-Kita tidak boleh berhenti menjelajah. Dan akhir dari penjelajahan kita adalah untuk tiba dimana kita memulai dan untuk menyadari tempat tersebut untuk pertama kalinya-

T.S Elliot

Langkahku dalam menjelajah mencari jawaban telah membawaku ke tempat-tempat yang jauh. Mempercayai energi dari ekstrapolasi mimpi mimpi, dengan berpeluh mencoba melihat setiap pertanda yang di berikan Tuhan. Namun setelah ada di tempat dimana ia selalu memanggil manggilku...aku diterpa kehampaan pada awalnya.

Kepala terasa beku karena sesampainya ke tempat yang selama ini menjadi pusat mimpi, aku merasa kosong. Merasa jauh dari apa yang selama ini kucari...aku melangkah di tempat, dan beberapa lama tak jua mengerti jawabanMu. Hatiku bertanya, apa yang kucari dengan menjelajah dan berkelana sampai sejauh ini..dengan berpeluh, airmata, merasa dunia terbalik dan pernah merasa ditenggelamkan dunia. Apa harta karun yang tersembunyi di balik ini...???
Aku tidak menemukan jawaban..kuruntut semua peristiwa, menyibak semua pertanda. Tapi aku yakin akan menemukan jawaban bila aku terus mencarinya. Kini, dibenturkan dengan sebuah lingkungan, bahasa, kultur dan nilai hidup yang sama sekali berbeda membuatku mengalami sentilan sentilan hati. Aku masih mencoba untuk terus belajar mengenali tapak tapakMu, dimana aku harus mengerti tentang apa yang ingin Engkau sampaikan.
Disini, Perugia...kutambatkan pertanyaan dan aku terus menapaki pembelajaran ke dalam diri. Bila memang tidak ada kejadian yang kebetulan, aku yakin akan menemukan makna, jawaban dan kejutan Tuhan.


















Rabu, 16 April 2008

Di Balik Jendela Kastil itu...


-11 Aprile'08- 00:29.Piazza IV Novembre

Awalnya ajakan roomateku untuk keluar rumah kutanggapi dengan enggan, udara di luar pasti sanggup membuatku beku. Tapi dengan antusias dia mengatakan " Ayo, kamu harus melihat kehidupan Perugia saat friday night" matanya bersinar-sinar seperti ingin menunjukkan dunia baru padaku. Akhirnya dengan sweater tebal, dan lengkap dengan sarung tangan aku keluar bersama 2 orang temanku. Wah, ternyata di balik pintu keluar rumahku terlihat dunia baru, dunia mereka yang selama ini jauh dari bingkai kehidupanku. Orang penuh sesak di piazza IV Novembre, duduk-duduk di Duomo, atau berkeliling disekitar fontana maggiore. Kami dengan susah payah melewati meraka yang tengak asyik dipeluk hedonisme. Mataku melihat kehidupan yang sama sekali lain, pikiranku dipaksa meruntuti dan mengerti bagaimana mereka memandang hidup, hatiku tiba-tiba mengarahkanku melihat jendela-jendela tinggi di piazza IV Novembre dimana aku yakin di sana Gregorio Park sedang berkutat dengan buku-buku teologinya.

Sebuah kontradiksi kontras di tempat yang sama. hanya di luar jendelanya.

Adakah pelajaran-pelajaran keTuhanan yang diterimanya telah mampu melihat dan memandang hidup bukan semata pelayanan bagi orang-orang yang telah melihat Tuhan pada setiap jejak langkahnya...

Semoga pemahamannya telah cukup dalam untuk mengerti dengan hati ada banyak dunia yang saling berkontadiksi...

Dia, mungkin masih sama denganku...yang tengah belajar melihat hidup yang berwarna. Bukan untuk mengubah nilai yang telah diyakini, namun warna itulah yang memberikan pencerahan dalam memaknai hidup.

Selasa, 15 April 2008

Perugia..la bella citta..


Perugia masih dingin, walaupun musim semi datang mengganti bekunya musim dingin. Angin perbukitan yang kencang, kadang menyurutkan langkah saat mendaki jalan-jalannya yang terjal. Tapi, Perugia..masih tetap saja menyimpan pesona, gabungan bangunan kuno yang dibiarkan menyimpan kisahnya, pohon-pohon kering sepanjang jalan, dan bunga-bunga yang mulai bersemi. Dan di bawah sana, nampak kastil-kastil berdiri kokoh di antara pepohonan hijau, angin bertiup kencang, menyampaikan salam mimpi-mimpi. Dia berkata- Kurasakan energi yang tersimpan dari jiwamu, dengan penuh keteguhan hati membawamu kemari. Sudah kuleburkan mimpi-mimpimu yang membawamu ke tempat yang jauh, dan kusampaikan pada seisi jagat raya yang telah bersatu padu mewujudkan mimpi-mimpimu.
Jauh langkah kaki memperturutkan kata hati, seguire che mio cuore ha detto..
Dan aku..ingin seperti Santiago di alkemist yang terus berani berjuang mewujudkan impian-impiannya

Senin, 03 Maret 2008

VISA - A Long StoRy

19 Feb’08-04:30- Stasiun Pasar Senen

Udara dingin menyambutku di stasiun Senen, Wew..hujan rintis menambah bekunya suasana. Penumpang kereta Sawunggalih Malam jurusan Kutoarjo-Pasar Senen telah berangsur keluar lewat pintu bawah, mengalir dengan tujuan masing-masing. Mungkin jemputan yang menunggu mereka sudah berjam-jamnya lamanya menunggu. Tapi aku…tidak ada yang akan menjemputku di sini. Perjuanganku hari ini baru akan dimulai, Sendiri!. Kurapatkan jaketku, melapisi sweater coklat yang lumayan tebal namun tak jua mengusir dingin yang menembus tulang. Backpack-ku kupeluk erat, dokumen-dokumen pengurusan VISA, passport..huff harta karunku. Aku memutuskan untuk menunggu pagi menjelang di stasiun Senen. Aku duduk di lantai, dasar pojok tiang penyangga di bawah sebuah board besar elektronik bertulisankan “Selamat Datang di Stasiun Senen” bergantian dengan tulisan “Say No to Drug” melintas silih berganti. Badanku penat, huff walaupun naik kereta api bisnis tapi sialnya tempat duduknya berhadap-hadapan membuatku susah tidur, dan celakanya lagi bapak-bapak di depanku adalah cerobong asap, yang tak hentinya menghabiskan batang rokoknya. Sementara hujan di luar sana bertambah deras, atap stasiun yang sebagian bilahannya kabur membuat lantai mulai dibanjiri air, angin semakin ganas meniupkan bekunya udara, seperti hendak melunturkan semangatku.Huff..

Air hujan yang dibuncahkan langit, tak tertahankan menyirami bumi menjelang pagi. Wew..jangan-jangan hari yang buruk. Angin yang membawakan tempias air hujan semakin keras menerpa, memaksaku berpindah ke arah tengah. Ada beberapa orang di sana, entah menunggu kereta yang akan tiba, atau ada juga yang sepertiku, menunggu pagi dan menunggu luruhnya kemarahan hujan. Aku mengamati beberapa orang yang lalu lalang, kupandang sebuah tulisan di kaus merah keunguan seorang wanita yang hendak keluar lewat pintu bawah, kusimak perlahan “I’m Gonna be around” hmm..tiba-tiba mengingatkanku pada seorang sahabat yang kemarin tiba-tiba saja menyapa lagi lewat YM.

Terpaan angin dan udara dingin menyapu ingatanku, memaksaku bergidik menahan dingin. Seorang wanita setengah baya, berkeliling menawarkan jualannya, kopi hangat, hmm sempat tergerak untuk mencobanya, lumayan untuk menghangatkan badan. Tapi minum kopi di pagi hari, khawatir akan membuat perutku yang kosong akan protes.

06.30 Masih di Sta.Pasar Senen

Setelah pergi ke toilet dan berganti pakaian. Walaupun tidak mandi ;p tubuhku agak terasa segar. Sambil menunggu hujan yang masih saja mengalir deras, aku minum sekotak susu coklat bekalku, hmm lumayan untuk perutku yang kosong. Kupandang air hujan menerpa gerbong-gerbong kereta yang diam..beku. Mencurahkan kemarahan yang tertahankan pada awan hitam setengah hari lalu.

08.30. Halte Senen.

Lebih dari empat jam aku menunggu di stasiun ini. Kuputuskan untuk segera keluar stasiun, walaupun di kepalaku masih saja bingung entah naik apa. Bajaj? Metro P17 seperti saran ibu-ibu yang sempat kuajak ngobrol tadi?atau naik metro 01 ke kampung melayu lalu lanjut dengan PPD 213 seperti saran “Bapak tyo”..but kampung melayu tu dimana? Kalo nyasar lebih parah lagi. Akhirnya setelah hampir setengah jam menunggu di halte tanpa tahu harus naik apa, akhirnya mencoba naik bajaj saja.

09.30.Intituto Italiano di Cultura, Menteng


Bajaj yang aku naiki tidak sampai depan IIC. Akhirnya dengan jalan kaki sambil mengingat-ingat letak belokan IIC (aku selalu payah dengan arah, tempat dan peta L).beberapa bulir air hujan masih menapaki jalanan bumi. Ufff finally, that’s IIC. Setelah mengurus segala dokumen dan mendapat keterangan dari mba Rufina, everything seems okey! kecuali masalah bookingan tiket pesawatku L.

10.30.Jln HOS Cokro-Jln Diponegoro

Segera menuju Kedutaan Besar Italia, baru sekali kesana. Tapi jalannya aku lupa, untunglah kemarin sempat kutanyakan pada Widya. Melewati Masjid Sunda Kelapa dan mengarah ke halte Taman Suropati, kemudian akan terlihat jalan Diponegoro. Kakiku pegal, terlalu banyak berjalan rupanya. Brak..ow, aku kaget sesuatu terjatuh dari backpack-ku. Wew ternyata gantungan kunci laskar Pelangi Andrea Hirata yang selalu tergantung di backpack-ku lepas dari kaitnya. Ah, semoga bukan pertanda buruk. Kupungut, sekilas tulisan di baliknya kembali mengingatkanku akan impian –“ Bermimpilah, Karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu-Arai” Yup,Ah sangat insipiring!.Setelah menyusuri jalan Diponegoro yang ternyata jauuuh…Wew, kakiku pegal.

11.00. Kedutaan Besar Italia

Akhirnya ketemukan juga, seperti halnya gedung kedutaan yang lain. Khas bertembok tinggi dan rapat, hanya menyisakan beberapa saptam di luar mencerminkan pengawasan yang ekstra ketat. Segera mengisi formulir VISA, kadang berkerut-kerut, ada beberapa hal yang tidak kutau, tapi di sekitarku hanya duduk orang-orang yang terlihat asing. Aku mendapat beasiswa short course bahasa dan budaya dari pemerintah Italia selama 3 bulan, tapi toh enggak mungkin VISAnya bener-bener pas 90 hari. Pastinya kan butuh waktu untuk prepare, nyari kos dll, makanya maunya bikin VISA lebih dari 90 hari. Tapi menurut widya, teman seperjuanganku yang sama-sama akan berangkat ke Itali, pihak kedutaan sangat rewel soal nego VISA lebih dari 90 hari. Minggu kemaren, Dia cerita soal ngenesnya pengurusan VISA di kebudes, dan dia berpesan siap-siaplah mendengar “Itu kan urusan anda!”. Khas birokrasi Indonesia, dan cerita hampir serupapun juga kubaca dari beberapa blog yang berbagi pengalaman tentang pengurusan VISA. Karena males dengan ribetnya nego dengan petugas, akhirnya kumasukkan formulir permohonanku-90 hari sesuai dengan bookingan tiketku dengan Malaysian Air, padahal sebenarnya maunya lebih dari 90 hari. You know what? Bapak yang mengurus formulir itu bertanya “yakin cukup 90 hari? Kan kesana nggak mungkin langsung kuliah? khawatirnya nanti kurang ijin tinggalnya”. Wew…sungguh ini sebuah anomali! Helpful banget, akhirnya kuganti saja dengan bookingan Kuwait air yang memang itu bookingan utamaku, dengan tiket PP rentang sekitar 94 hari. Ah, urusan selesai. Ternyata memang tidak semua pegawai birokrasi menyebalkan (walaupun entah kenapa most of them..noioso!), teringat betapa perjuangan pembuatan paspor, yang dicurigai kena kasus “Women traficking!” Mamma Mia..memangnya aku mirip gadis-gadis yang kena kasus perdagangan wanita itu, huff betapa dongkolnya waktu itu. Entah bolak balik ke kantor imigrasi Yogja berapa kali waktu itu gara-gara surat penerimaan beasiswa belum sampai L. Yup, begitulah rumus perjuangan! Berat tapi Worthy.

13.30 Terminal Pulo Gadung

Kuputuskan untuk langsung pulang saja, walaupun sebelum keberangkatan aku sudah ngontak Femi, jaga-jaga bila urusanku tidak selesai dalam sehari aku mo numpang di tempatnya. Berdasarkan pengalaman tahun lalu, Bus jurusan Jakarta-Purworejo ada jadwal jam 3an pake Sinar Jaya, Jadi mungkin hanya 1-1.5 jam menunggu. Aku bergegas mencari tempat bus Sinar Jaya, sebelumnya kulirik kantor Polisi Pulo Gadung, in case..jaga-jaga aku tau kemana harus lari kalau bermasalah lagi (Agustus tahun lalu 2 jam nunggu di kantor polisi). Ah, kejadian sama terulang, walaupun sudah kupasang wajah nyantai dan rileks, seakan tau kemana harus melangkah. Tapi ternyata preman-preman pulo gadung sudah hapal mangsa empuk,mulailah seorang calo melancarkan aksi membuntutiku. “Mau kemana Mbak”..ugh..menyebalkan. Ia terus membuntutiku, sambil terus menebak arah tujuan sambil memaksaku untuk mengatakan tujuanku. Aku tak peduli, terus melangkah..sambil mataku mencari-cari dimana tempat ngetem Sinar jaya. Seharusnya ketemu, setengah lalu aku menunggu di sana. Ah,setelah aku menyadari kondisinya membahayakanku, Aku langsung berbalik arah dan menuju kantor polisi he..he… Tadi sempat ada dua orang ibu-ibu menanyaiku “ Mo kemana mbak, cari kerja ya? Ayo ini mbak ada kerjaan lho!” Wuih Jakarta! Menyeramkan Wew..Begitulah, setiap kali menjejakkan kaki di Ibukota, sendirian. Adrenalinku selalu meningkat, dan tameng-tameng alarm kewaspadaan tingkat tinggi selalu kupasang, Huff benar-benar menguras energi.

Untunglah, seorang polisi mengantarku ke dinas perhubungan Pulo Gadung, dimana disitu ada petugas yang mencatat masuknya bis. Aku disuruh menunggu di situ, Hah…aku lega. Tapi ternyata perjuanganku hari itu tidak berakhir sampai di situ. lewat jam 3 belum juga ada bus Sinar Jaya jurusan Jakarta-Purworejo yang masuk ke terminal.Aku gelisah, walaupun petugas di situ begitu baik ngajak ngobrol ngalor ngidul, membuang bosanku. “Wi, jurusan Purworejo adanya biasanya setelah Maghrib! Dan bla..bla..bla Cuu, temanku langsung menelpon saat kukirim sms kalo aku tengah terdampar (lagi!) di terminal Pulo Gadung. Mamma Mia, setelah maghrib, kubayangkan berapa lama harus mendekam dalam bosan di sini.

Ah, badanku penat. Dan ternyata, walaupun ada di dinas perhubungan bukan berarti benar-benar aman. Namanya saja terminal, dan laki-laki tetap saja laki-laki. Wew, tetap saja punya “hobby” untuk menggoda. Beberapa kali menggoda dengan bahasa sunda yang sekelebat dapat kutangkap maknanya. Dan maafkanlah bila satu nama harus kusebut saat ditanya “ sudah punya pacar Dik?”. Blaik, seperti pertanyaan wajib dimana-mana, di bus, di kereta, eh..di terminal juga, menyusahkan! non rompere le palle! (mind your own business!. So,Scusami..aku harus menyebut satu nama he..he..(I know surely u’ll permit me to do that, soalnya hanya nama itu yang beberapa saat yg lalu masuk (lagi!) ke dalam listku walaupun sebenarnya sudah kudelete.. Kekekek). Manjur, setidaknya setelah tau aku sudah punya seseorang, mereka tidak terlalu menyebalkan.

17.30 Bus Sinar Jaya

Lelah..huff berlikunya hidup. Sepi..semuanya menggelap di terminal Pulo Gadung. Berbagai kisah hidup beraduk di sini..getir, lugu, satir, sederhana, Yup..pembelajaran hidup. Penat, perjuangan hingga akhir.Kadang bertanya untuk apa? Tapi inilah demi mimpi yang kugenggam dengan erat. Kukaitkan kuat dalam hatiku.