Selasa, 08 Februari 2011

Karena Perubahan adalah Pasti


Purwokerto di saat hujan rinai, 5.02.2011.07.07 a.m

Hujan rinai sedari semalam betah berlama-lama menciumi bumi, dan beginilah Purwokertoku, yang telah lama kutinggalkan setelah mencicipi pesona kota Malang sejenak. Malang, seperti sebuah sekilasan jalur hidup yang singkat tapi mampu memercikkan aura perubahan hidup. Hingga hidup terasa semakin berwarna saja.

Walau memang kuakui perubahan terkadang membawakan kegamangan tersendiri, memerlukan sedikit waktu untuk berefleksi, dan mengharuskanku memencet tombol “berhenti sejenak” agar tidak membuatku merasa hilang. Tapi sebuah perubahan adalah kepastian, karena semesta akan menggerus apa saja yang diam. Kehidupan di luar kotak sana tetap berjalan sesuai dengan mekanismenya, tanpa pernah peduli apa yang terjadi pada diri kita. Seperti sebuah variabel independen yang acuh. Dan adalah kepastian bahwa diri manusia terkadang bersinggungan dengan banyak titik-titik di luar kotak itu, lalu memicu adanya sebuah perubahan.

Teringat aku akan obrolan dengan para sahabat “Bala kurawa” beberapa saat lalu, sahabat-sahabat yang telah kukenal puluhan tahun. Komentar yang tak jarang terlontar bila kami bertemu adalah…

Rasanya hidup kita kok yo gini-gini saja ya..”kata seorang sahabat. Mungkin pernyataannya mengacu pada kabar teman-teman lain yang telah beraneka macam kabar beritanya. Yang bisa dipantau paling tidak lewat dunia maya.

Kuberpikir sejenak, benarkah begitu?benarkah hidup kita gini-gini saja..?

Tidak…tentu saja tidak. Karena setiap saat kita berevolusi, dengan kecepatan masing-masing, dan mungkin juga menerapkan hukum relativitas. Dan mungkin kecepatan perubahannya tergantung pada seberapa sering kita mengabsorpsi pertemuan kita dengan agen-agen perubahan. Dan satu hal lagi, kebermaknaan perubahan bagi setiap orang juga berbeda, tak ada teorema manapun yang bisa mengukurnya, jadi saranku lupakan saja rumus-rumus matematik untuk mencoba menganalisisnya.

Apa yang bisa kujawab dari lontaran pernyataan seorang sahabat bala kurawa itu, mungkin hanya bisa begini :

Karena selama ini kita masih saling memantau perkembangan kita masing-masing, jadi perubahan itu terjadi seiring dengan berjalannya waktu..berjalannya persahabatan, dan jalur-jalur hidup yang masih sering bersinggungan. Jadi perubahanmu, perubahan mereka..semuanya terpantau setapak demi setapak..kita berevolusi bersama-sama, walau dengan peta yang berbeda. Karena itu, bila kita melihat.. rasanya tidak ada perubahan yang berarti, padahal tidak begitu kenyataannya

Humm sok tau??mungkin..ehehe..tapi siapa peduli :D

Komentar terakhir beberapa sahabat tentang “ kau terasa lebih manusiawi!” Jiaahahahay komentar yang dahsyat ;p

Apapun perubahan itu, aku tetaplah aku…yang terus berubah mengabsorpsi pilihan-pilihan hidup. Karena mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita harus memilih. Karena hidup adalah tentang pilihan. Dan engkau..memilih menjadi seperti apa?menjadi apa?berkarya apa?kebahagiaan seperti apa?tapi apapun itu.. engkau adalah “pencipta” hidupmu sendiri.

Dan perubahan walaupun adalah kepastian, tapi perubahan yang seperti apa, itu juga pilihan kita sendiri. Setuju??ehehe..kenapa harus menanyaimu….aneh..(tapi aku tahu engkau tengah mengangguk-angguk dan mengatakan setuju dalam hati hahaha).

Agen perubahanku, biasanya adalah bila bersentuhan dengan sebuah buku yang “mengejutkan hati atau kepala”, bila mengalami peristiwa yang memaksa untuk beradaptasi dengan dunia di luar kotak, dan bila bersinggungan hidup dengan orang-orang yang membuatku menabrakkan konsep-konsep hidup, lalu memilah-milah dan memilihnya. Dan rasanya baru-baru ini, aku merasai semuanya.

Diriku, mari kita terus bergerak..dengan kecepatan kita sendiri…dengan pilihan kita sendiri.

Sahabat, teman, dan orang-orang yang menemukan tulisan ini..selamat berevolusi ke arah yang lebih baik…untuk sebuah dunia yang lebih baik***

** Hujan rinai di luar jendela telah berhenti…mari kembali berkarya menantang dunia…


Rabu, 05 Januari 2011

Sebuah Resolusi Awal Tahun

-31 december 2010, Camplong Beach Pamekasan Madura--someday we'll remember that moment

Malam telah larut, orionku yang bertahta di langit sana pasti sudah bergerak melewati horizon tua. Alunan nada dari jetaudioku masih terus mengalun, sementara secangkir kopiku telah habis tersesap sedari tadi. Mataku tak mau juga kupicingkan, padahal biasanya mantra-mantra telah membiusku untuk memilih bergabung dengan bantal dan guling ehehe…

Entahlah, mungkin karena ingin “menghentikan hidup sejenak” karena akhir-akhirnya serasa waktu terbang. Semuanya mengalir, hari berganti, tahun juga ternyata sudah berganti. Ingatanku kembali pada malam tahun baru beberapa hari yang lalu. Di tepi Pantai Camplong, Pamekasan Madura, duduk berjajar bersama sahabat-sahabat kelas PDETC A. Menikmati riak kecil di kejauhan, temaram suasana, dan riuh rendah perayaan tahun baru di kejauhan. Sungguh suasana yang tak biasa, karena hampir setiap tahun kuhabiskan bersama keluarga, tapi kali inipun aku menemukan keluarga yang lain, yeaap kebersamaan bersama sahabat PDETC.

“ Ayo kita berbagi resolusi, mengevaluasi tahun kemarin dan merencanakan apa yang kita inginkan tahun depan” kata Mba Lintang—salah satu provokator kelas ehehe..

Saat itu juga aku disadarkan, apa resolusiku tahun 2011?biasanya setiap malam tahun baru kuhabiskan dengan menuliskan resolusi dengan baris-baris yang detail dan terencana. Tapi kali ini, aku harus mempertanyakan lagi pada diriku,” Hal-hal besar apa yang ingin kau lakukan di tahun 2011?”

“hai aku, ingin bergerak menjadi manusia seperti apakah engkau?”

Bicara soal target-target hidup rasanya aku telah menetapkan peta yang masih tetap konsisten. Hidupku ke depan adalah tentang melanjutkan studi S3ku—kata lain dari mewujudkan salah satu mimpi besarku, dan merasai hidup di tempat-tempat yang aku inginkan—Edinburg, can I be there someday? Dan hal selanjutnya adalah tentang jalur-jalur menulis-bagian yang tak terpisahkan dari hidup. Sudah saatnya aku memberinya lebih banyak ruang untuk bisa bernafas, menghidupinya dengan memberikan cukup waktu dan juga energi. Yang tak kalah penting, memberinya lebih banyak kepercayaan, bahwa aku bisa melakukannya.

Lalu ada hal lain yang terasa lebih “seksi” untuk segera diwujudkan. Yakni saat aku melongok lagi peta yang kuberi nama “perjalanan ke dalam diri sendiri”, aku tersenyum bahwa jalur-jalur hidup telah membawaku pada perjalanan ke dalam diri yang serasa terus beranjak, bergerak, dan terus menapak. Bahwa persinggungan hidup dengan beberapa orang, dengan peristiwa, dengan keadaan bisa menimbulkan loncatan-loncatan pencerahan dalam hidup. Hidup, aku terus belajar..melihat, mengenal, merasai dan mengalami. Untuk alasan itu, rasanya salah satu resolusi tahun ini adalah memberikan bahan bakar yang cukup untuk bisa terus bergerak dengan kecepatan yang seharusnya, bermetamorfosis ke arah yang lebih baik, dan berusaha melakukan hal yang selama ini menolak untuk kuupayakan ehehe..yakni mau di******, yang bagi sebagian besar orang adalah hal yang paling diinginkan, tapi bagiku untuk beberapa kasus berubah menjadi “ancaman”.

Yap, sebuah resolusi yang sangat sederhana—jauh dari detail-detail berderet panjang seperti tahun sebelumnya. Aku ingin belajar mau di******, sebuah keahlian yang tak pernah kukuasainya sebelumnya ehehe…

Sebuah hal sederhana yang aku yakin bisa berefek domino pada banyak hal dalam hidup.

** terimakasih pada sahabat-sahabat yang bersinggungan hidup dengan membekaskan pembelajaran yang teramat dalam :)


Malang, 5 january 2011. 1.07 a.m