Selasa, 18 September 2012

Menatapi Asrinya Kebun Teh Wonosari

Memasuki Kawasan Perkebunan Teh Wonosari, Malang

Udara sejuk begitu terasa saat sepeda motor yang saya tumpangi memasuki kawasan kebun teh Wonosari, Malang. Hijau..sungguh-sungguh hijau panorama yang menentramkan hati. Tempat ini, merupakan salah satu tujuan wisata yang ingin saya kunjungi. Keinginan tersebut terpantik saat dulu membaca rubrik travel di salah satu koran nasional, maka kebuh teh wonosari masuk ke dalam wishlist tempat yang ingin saya kunjungi. Maka berbunga hati tentu saja bisa mengunjungi tempat ini. 
Agrowisata Kebun Teh Wonosari ini berada sekitar 30 km utara kota malang, di lereng Gunung Arjuna, tepatnya di perbatasan dua desa, yaitu Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari dan Desa Wonorejo, Kecamatan lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Untuk bisa menjangkau tempat ini bisa ditempuh dengan jalan kaki dari Lawang (hahah..kalau mauuu), bersepedaa (pasti ngos-ngos-an karena jalanannya menanjak), angkot (untuk menuju ke lokasi ada angkutan umum tetapi jarak tunggunya relatif lama. Yang paling nyaman mungkin dengan kendaraan pribadi seperti mobil ataupun sepeda motor karena jalanan cukup berliku dan menanjak. Tarif masuk kawasan agrowisata ini cukup murah hanya Rp. 8000 saja kok (dan Rp.11.000 pada hari minggu atau hari libur), cukup untuk menikmati ademnya kawasan yang sejuk menghijau itu. 
Begitu memasuki kawasan kebun teh, saya disambut hamparan kebun teh yang luasnya sekitar 1.144,31 hektar itu. Saya memang punya penyakit aneh, mempunyai perasaan berlebihan pada kebun teh. Dari dulu saya pengen banget pergi ke kebun teh. Kenapa? Saya sendiri tidak tahu penyebabnya haha. Kebun teh pertama yang saya lihat itu kebun teh daerah pegunungan dieng Wonosobo, namun hanya sekedar lewat saja. Jadi inilah kali pertama saya benar-benar bisa memetik sendiri daun-daun teh yang masih hijau dan ngumpetin beberapa helai di tas..sebagai kenang-kenangan..hihi ;p
Udaranya masih begitu bersih, hingga kawasan ini sangat cocok untuk berlibur menghilangkan penat, refreshing sejenak dari rutinitas. Bila waktunya pas, maka kalian bisa memperhatikan para ibu-ibu pemetik teh bekerja. Sayangnya (atau kebetulan ;p) pada saat saya ke sana, para pekerja sedang libur hingga perkebunan nampak lenggang. Hari kerja karyawan kebun teh berlangsung Hari senin-sabtu sampai jam 2 siang, jadi bila ingin melihat para pekerja kebun teh beraksi atau melihat pemrosesan di pabrik teh maka datanglah pada waktu-waktu tersebut.
 Pengunjung daerah wisata ini memang belum terlampau banyak, mungkin karena belum gencarnya promosi. Padahal daerah wisata ini cukup potensial untuk menjadi pilihan menghabiskan liburan.

Berlatar hamparan daun-daun teh
Di antara taman bunga
Saya menikmati berjalan-jalan dan foto-foto berlatarkan kebun teh dan taman-taman yang menghijau. Asrinya pemandangan sekitar memang membuat betah berlama-lama di sini. Saat itu cuaca mendung, dan gerimis rintis mulai turun. Kami memutuskan untuk berteduh di wisma rolas, sebuah wisma dengan arsitektur tradisional yang menawan..
            huaaa...aku pengen punya rumah seperti ini,” kataku spontan kala itu. Saya memang pecinta semua serba tradisional (memang cocok dengan ndeso-nya yah ;p).  Wisma yang serba kayu itu nampak begitu hommy dan nyaman. 


Berlatar Wisma Rolas

Huaaaah..bikin jatuh hati yaaah..

Ah lihatlah foto di bawah ini, bayangkan bisa senderan sambil membaca buku, dengan secangkir teh hangat dan gerimis rintis yang turun..ditemani kamuu uhuk, what a wonderfull world yaaa...hehe..ngimpi terooosss :D
Uhuk...saya suka sekali foto ini...tengkiu fotografeeeeer :)
Aaaaaa Surgaaaa...hehe ;p
Saya berteduh karena hujan nampaknya menderas, duduk-duduk di kursi kayu di ruang utama wisma tersebut. Sebuah percakapan hangat, kebun teh yang tengah diciumi gerimis dan udara yang mendingin. Sejuk dan damai suasana. Nampak beberapa pekerja kebun juga ikut berteduh dari hujan. Saat hujan mereda, saya mengeksplor wisma yang telah membuat saya jatuh hati ini. Ternyata di bagian belakang ada rumah panggung dimana terdapat kamar-kamar yang disewakan bagi pengunjung. Ada 10 kamar dengan rate @250.000/hari. Untuk wisma-wisma lainnya harganya variatif kok, kalau sewa bareng-bareng satu wisma pasti akan lebih murah. Heuu menyenangkan sekali rasanya kalau bisa meluangkan waktu tinggal di sini. 
Di rumah panggung, tempat kamar-kamar Wisma Rolas
Bagian Belakang Wisma Rolas
Wisma-wisma yang disewakan bisa satu rumah atau satu kamar, karena tempat ini sering digunakan untuk tempat meeting, pertemuan keluarga atau wisata rombongan. Wisma-wisma tersebut bisa dibooking online, sudah ada daftar harga dan gambar yang bisa kita lihat-lihat sebelumnya. Oh ya, di hari-hari libur, bila berminat cepatlah membooking dari awal, karena biasanya cepat penuh. Misalnya saja pada acara tahun baru tahun 2011, kami berombongan ingin membooking di wisma kawasan Wonosori ini tapi sudah fullbook. Humm, berarti menandakan kawasan ini cukup favorit untuk dijadikan tempat liburan kan..
Selain wisata alam kebunnya, di tempat ini juga terdapat berbagai pilihan fasilitas dan aktivitas. Ada kebun binatang mini, permainan outbound, ataupun menantang adrenalin dengan wahana ATV (All Terrain Vehicle).  Kereta mini yang berjalan memutari kebun teh juga ada, cocok untuk wisata keluarga.

Kereta Mininyaaaa...mau naik?
Bila kalian berminat dan pas pabrik tehnya buka, silahkan bisa melihat dan belajar bagaimana proses pembuatan teh langsung di pabriknya. Untuk oleh-oleh, ada kedai yang menjual berbagai varian teh dan kopi. Mulai dari teh celup, teh tubruk, kopi bubuk, instan dan lain-lain, lengkap disediakan. Setelah kucoba, tehnya rasanya memang jempolan, tapi untuk kopinya standar ehehe. 
Hujan mereda, lalu kabut tipis mulai turun. Humm suasananya memang membuat betah untuk berlama-lama di sana, tapi saya harus segera kembali pulang. Gerimis turun lagi, perkebunan kembali basah.
Mantel hujan, deru sepeda motor dan perjalanan pulang, semuanya layak untuk dikenang.
Mungkin suatu saat nanti, akan kukunjungi lagi tempat ini.
Suatu saat nanti.

(Cerita perjalanan 24 Januari 2011)
**Foto-fotonya saya masih kuruuuuus...hihi ;p

Glasgow, 18 Sept 2012

Senin, 17 September 2012

Wanna Grow Old With You


Cangkir teh di tanganku masih mengepul, tapi segera kubawa ke ruang tengah walaupun aku tahu nasibnya akan sama sebentar lagi. Nasib secangkir teh itu untuk menunggu beberapa saat agar tidak terlalu panas, untuk segera kau teguk. Selalu dan selalu begitu, nasib secangkir teh itu berpuluh tahun kusajikan padamu. Kalaupun aku menjadi secangkir teh itupun aku akan sama dengannya, menunggu beberapa saat, untukmu. 
Begitu hendak sampai ruang tengah, aku terheran..Uhmm kenapa suara ketikan di keyboard tak lagi terdengar, hening. Kulangkahkan kaki segera ke ruang tengah untuk segera membawakan secangkir teh untukmu. Untukmu, yang pasti sudah lelah seharian ini, dan harus menyelesaikan deadline laporan untuk esok hari.
Sampai di ruang tengah, kudapati layar laptop itu masih berkedip-kedip. Sementara engkau menelungkupkan tangan sebagai sandaran kepala, menggeletak dengan mata terpejam. Ah, kali ini secangkir teh nampaknya akan bernasib lain
Kuletakkan secangkir teh itu di meja, lalu aku mendudukkan diri di sofa hijau lumut dekat meja kerjamu. Memandangimu yang tengah tertidur, rasanya ingin ikut bersama mimpimu dalam setiap helaan nafasmu yang teratur.
Aku selalu suka memandangimu tertidur, diam-diam mengamati ekspresimu yang tengah pulas terlelap. Dulu kau pernah bilang,
            Kalau mas tidurnya ngorok bagaimana?” tanyamu menggodaiku.
            Nanti adek rekam, trus adek jadikan ringtone Hp” jawabku ringan. Lalu engkau tertawa, dengan udara yang menyambut tawamu dalam bahagia.
Dan kini aku memandangimu yang tengah terlelap, di antara tumpukan kertas kerja dan layar laptop yang masih berkedip. Pasti penat ragamu, lelah dengan segala aktivitasmu hari ini. Menatapimu tertidur, merasakan duniamu dekat dengan duniaku. Melihat kamu tanpa label-label beraneka rupa yang terkadang menjauhkan aku dan kamu. Hingga ingin rasanya berlama-lama memandangimu tertidur. Ikut bersama naik turun helaan nafasmu, mungkin bercerita tentang harmoni. Mungkin tentang impian yang masih kita yakini, mungkin tentang masa indah yang selalu kita ulangi. Lalu menghapali lagi detail raut mukamu, walau sudah kupandangi berkali-kali.
Teh di cangkir di meja itu sudah tak lagi panas, kuambil dan segera menyesapnya. Hangat, sepertimu yang menghangatkan duniaku.
Aku tahu dunia tak cuma berisi canda tawa, gurau, bahagia, tapi juga ada luka, masalah, mungkin juga derita. Tapi saat memandangimu tertidur, semuanya menjadi sama, damai terasa di dada. Dan aku ingin bisa memandangimu tertidur berpuluh puluh tahun lagi. Lalu kadang sehabis bangun, kita bicarakan tagihan rekening listrik, arisan, atau iuran sampah, tapi itulah percakapan paling romantis sedunia yang ingin kubagi denganmu.
Teh di cangkir sudah habis kusesap, dan engkau masih terlelap. Malam sudah menua, jarum jam sudah mencapai angka satu. Ku-sleep-kan layar laptopmu, lalu kuambil selimut untuk menyelimutimu yang masih tertidur dengan posisi yang tak biasa. Aku mendaratkan sebuah kecupan lembut di keningmu, usapan ringan di rambutmu, lalu engkau bergerak sebentar, tersenyum dalam tidurmu. Mimpi apa sayang? kejar-kejaran sama kura-kura ya? lalu kembali lelap kau tertidur.
Detik berlalu, dan aku ingin terus memandangimu tertidur sampai aku ikut terpejam di sofa hijau lumut itu. Untuk nanti beberapa jam kemudian, dengan mata kriyip-kriyip dan  rambut kusut, berkata padamu.
            Bangun, shalat malam dulu, habis shalat, mas selesaikan kerjaannya, trus adek bobok lagi yaa.. ehehe.” Aku gemar mencadaimu selalu. Tapi nyatanya, aku segera ke dapur dan menyiapkan secangkir teh hangat untukmu. Cangkir berukuran sedang, satu sendok makan gula, dan teh celup vanilla yang cukup lima kali dicelup-celupkan agar tidak terlalu pekat.

-------

Dan aku memandangimu tertidur lagi kini, dengan rambut yang tak setebal dulu, tak lagi hitam legam seperti dulu, beberapa uban sudah menghiasi rambutmu. Tubuhmu  sedikit mengurus, kadang kau terbatuk, dengan nafas yang pendek-pendek.

Aku tetap mencintaimu, dan tetap selalu suka memandangimu tertidur.
I wanna grow old with you..

 
  
Glasgow, 17 Sept 2012.





Jumat, 07 September 2012

Menjelajahi Indahnya Loch Ness dan Highland

Irama musik khas Scotland mengalun mengiringi perjalanan menuju tempat pemberhentian pertama yakni Loch Lomond. Sudah lama tidak merasakan atmosfer “jalan-jalan bersama” seperti ini. Iyah, memang aku sering berjalan-jalan, tapi jalan-jalan bersama rombongan yang semua orang dalam rombongan ber-aura siap jalan-jalan kayaknya sudah sangat lama tidak menikmati suasana seperti ini. Suasana sepeti saat study tour, berombongan satu bis yang di bagian depan bis-nya tertulis “rombongan bla bla bla” hihi entah mengapa hal itu saja membuat suatu perbedaaan yang signifikan.
Kali ini aku jalan-jalan ikut travel agent, padahal dulu aku pernah bilang “jalan-jalan pake travel agent itu jalan-jalan yang pas untuk simbah-simbah” hualaaah..sekarang malah mak jleb pada diri sendiri.
Maksudku dulu, tidak menyenangkan ikut travel agent karena berkurang tantangannya dan kurang puas karena harus diatur-atur. Tapi perjalanan kali ini lokasinya menuju Highlands yang susah ditempuh bila menggunakan bis karena tidak ada jurusan yang ke sana. Biasanya banyak yang menyewa mobil untuk melakukan perjalanan ke daerah tersebut. Kebetulan Rora yang sebentar lagi akan pulang ke Indo setelah submit disertasi masternya mengajakku ikutan one day tour ke Lochness, Glenco dan Highland, langsung deh mau hihi ;p
Pemberhentian pertama kami di Loch Lomond. Oh ya Loch itu bahasa Scottish Gaelic yang artinya danau, jadi ada banyak danau/Loch di daerah Scotland yang cantik-cantik, dan salah satunya Loch Lomond. Sepanjang jalan, si supirnya terus saja rajin menceritakan tempat-tempat unik di sepanjang jalan layaknya seorang tour guide, dengan sesekali melontarkan lelucon. Bila selesai ngomong panjang lebar tentang tempat menarik yang terlewati, dia segera memasang musik yang sesuai dengan suasana tempatnya. Aih..serasa santaaaaiiii bangeeet, benar-benar menghilangkan penat setelah menempuh mini viva sidang tahun pertama studi doktoralku. Lanskap di luar jendela yang hijau menentramkan mata, sementara musik mengalun mendamaikan jiwa. Sekumpulan domba-domba merunduk di perbukitan, lalu melewati daerah peternakan dengan sapi-sapinya, lalu terus naik ke daerah yang mulai bergunung-gunung hijau. Indahnya kadang bisa membuat menahan nafas ehehe...
Tepian danau sudah nampak, sementara langit muram, dan kabut tipis turun perlahan.  Mobil/travel Coach kami berhenti di tempat peristirahatan yang sudah disediakan, kata si supirnya, rumah-rumah peristirahatan di sekitar Loch Lomond itu favoritnya artis-artis Hollywood untuk menghabiskan liburan, beberapa artis ternama ia sebutkan. Humm pantes saja, tempatnya sangat memikat hati begini.

Sayangnya mobil travel kami tidak berhenti terlalu lama, jadi tak ada waktu untuk menatapi lama-lama danau yang permukaannya tengah diciumi kabut tipis itu. Bahkan untuk bernarsis ria dengan foto-fotopun sangat terbatas. Ah inilah salah satu kekurangan bila bepergiaan berombongan dengan agen travel. Jadwal perjalanan kami sangat teratur, supir sudah memberi tahu berapa lama akan berhenti dan jam berapa harus kembali ke mobil. Dan semua penumpang disiplin mengikuti aturan tersebut, karena bila tidak, benar-benar akan ditinggal sama si supirnya. Coba kalo plesiran di indo rombongan, waduuh pasti menunggu si inilah, si itulaaah..ehehe..telatnya bisa lamaaaa.

Dari Loch Lomond kami melanjutkan perjalanan terus naik menuju Highland. Hummm sepanjang perjalanan, pemandangan di luar jendela membuat benar-benar jatuh hati dengan highland. Aaaaaa breathtaking scenery bangeeeet. Pegunungan hijau yang bergelombang, kadang diselingi gradasi warna tumbuhan dan bunga-bunga. Berderetan lavender ungu, atau bunga-bunga kuning berbaris-baris seperti menciptakan kontur tersendiri yang apik. Ciptaan maha karyaMu sungguh luar biasa, Tuhanku. Sungguh merasa beruntung bisa menikmati panorama seindah ini. Setelah terpukau-pukau dengan deretan pegunungan Highland, kami berhenti di The Three Sisters, daerah pegunungan Highland yang terkenal dan banyak menjadi latar postcard Scotland.

Dan aaaa...cantiiiik benaaar lanskapnya. Tapi begitu turun, brrrr angin menyambut kami dengan tiupannya yang membuat menggigil kedinginan. Lagi-lagi waktu yang diberikan tidak begitu lama, hingga mengambil foto seperti lomba balapan saja. Hiks..padahal backgroundnya sebegini cantiknyaaaaa..harusnya bisa mendapatkan foto-foto yang bagus kalau santai-santai. Aku dan Rora bergantian memotret, lalu kemudian ada gadis India dan Ibu-ibu asal Amerika yang bergabung bersama kami. Pooja, nama si gadis manis India itu..aiih khas nama-nama India, nampak manis dengan rambut panjangnya, sementara si ibu Amerika bernama jenifer nampak sangat ramah,energik dan banyaaaaak bicara ehehe.
Dari the Three Sisters Glenco, kami berhenti sebentar di Ben Nevis. Dan diberikan waktu beberapa saat untuk berfoto-foto di sekitar monumen. Kemudian hampir tengah hari kami mampir di peristirahatan daerah Fort Williams untuk makan siang. Ada toko-toko souvenir, toilet dan food court. Beberapa kartu pos akhirnya masuk tas, karena harga kartu pos relatif murah untuk kenang-kenangan jalan-jalan, sedangkan pernak pernik yang lain walaupun lucu-lucu tapi harganya sering irrasional untuk dijangkau kantung. Jadi difoto aja laaaah..bisa dilihat kapanpun hihi, termasuk gambar ini nih entah kenapa suka banget, karena mahal seharga 8 pounds akhirnya beli kartu pos dengan gambar jalur kereta api tradisional itu.

Setelah mengitari toko souvenir, aku dan Rora memutuskan untuk makan. Rora memesan sup sayuran dan teh, sedangkan aku cukup makan roti. Makan di luarpun pastinya harus diperhitungkan karena jauh lebih mahal daripada masak, tapi sesekali tak apalah. Tak lama berselang Jenifer dan Pooja bergabung ke meja kami lalu asyik mengobrol sebelum jadwal mobil berangkat lagi.
Kami melanjutkan perjalanan menuju Loch Ness..untuk itu adalah beberapa pilihan yang ditawarkan, yakni masuk ke dalam kastil kemudian menyeberangi danau (tiketnya 16 pounds), kemudian bila hanya masuk kastil saja (12 pounds) dan nggak ngapa-ngapain alias memandang-mandang di sekitar saja. Ah, rasanya sayang sudah jauh-jauh tidak menjelajah, apalagi katanya pemandangan paling indah Loch Ness bisa dilihat dari atas kastil. Maka kami memutuskan untuk membeli tiket seharga 16 pounds itu. Sebelum memasuki area kastil, mobil kami berkendara sepanjang garis danau yang biru dilingkupi dengan darah yang hijau.
            “ waaa mbaaa....danaunya biruuu..bagus bangeeet” kata Rora di sebelahku. Lalu kami sama-sama takjub menikmati sajian panorama yang fantastik di luar jendela. Musik mengalun perlahan, aaah...sebuah perjalanan yang sungguh menyenangkan. Aku memang penggemar wisata alam. Asal ada hijau-hijau sama berair seperti danau, pantai..pasti betah. Akhirnya kami sampai juga di tempat parker area Loch Ness. Kalau tidak salah, kata si supir untuk area parkirnya sudah dijadwal jadi harus datang pada waktu yang ditentukan, kalau enggak dipakai yang lain..waduuh untuk urusan efisiensi waktu negara ini memang yahud. Oh ya, masing-masing tempat duduk dilengkapi seatbelt yang harus dipakai sepanjang perjalanan di mobil, samar-samar kudengar penjelasan si supir bahwa denda 60 pounds akan mampir bila kita mangkir.
Begitu memasuki kawasan kastilnya, tak henti hentinya rasanya mata ingin memandangi panorama yang luar biasa indahnya. Lumer rasanya hati melihat sajian seindah ini. Dan untungnya langit tiba-tiba cerah ceria, sehingga gradasi warna biru langit dan air permukaan danau terlihat begitu indahnya. Begitulah cuaca Scotland, susah terprediksi dan bisa cepat berganti-ganti sehingga kita harus harus selalu siap dengan cuaca apapun. Tadi di Loch Lomond langit murung, kemudian sempat nangis rintik-rintik, lalu di Glenco three sisters cerah lagi, habis makan siang mendung lagi, dan Alhamdulillah di Loch Ness ceria kembali. Jadi cuaca cerah di sini merupakan anugerah yang luar biasa ehehe, nampak sempurnalah pemandangan LochNess yang terlihat dari arah kastil.
Kastilnya sendiri seperti reruntuhan yang beberapa bagian tinggal puing-puing, tapi justu itu menambah keeksotisan tempat ini. Urquhart Castle nampak berdiri anggun dengan puing-puingnya yang menyimpankan sejarah peradaban masa lalu. Aku dan Rora sama-sama terpesona dengan panorama, sembari tetap jeprat jepret pemandangan (dan juga orangnya hehe) dengan kamera. Kemudian mengeksplor kastil sampai naik ke bagian atasnya, dan wuiiii..brrrr..angin bertiup kencang. Tapi hummm pemandangan danau dan kastil dari atas sungguh memanjakan mata.
Melirik jam tangan, waktu penjemputan kapal cruise yakni jam 2.30 akan segera tiba. Maka tanpa mau menanggung risiko ketinggalan kapal, kami menunggu kapal datang sambil berbincang selonjoran di rerumputan hijau di depan kastil. Jenifer dengan bersemangat bercerita tentang pengalamannya berpetualang. Wah mantap benar, seumuran gitu masih bersemangat jalan-jalan, sendirian pula.
Dari kejauhan kapal cruise yang akan kami tumpangi mulai merapat ke daratan. Kami segera beranjak untuk antri menuju kapal, sambil tetap memandangi bebek-bebek yang lucu-lucu di pinggiran danau. Lalu kami satu per satu menaiki kapal cruise, dan akhirnya kami memilih untuk duduk di atas kapal agar leluasa menikmati pemandangan, dan merasakan angin berhembus langsung. Humm Loch Ness memang sungguh indah. Dan begitu kapal berjalan, terasa benar tiupan angin yang menerpa.
            Mba siwi enggak kedinginan?” Tanya Rora yang melihatku tanpa jaket. Sebenarnya jaket merahku ada di tas, cuma males aja memakainya, lebih kerasa terpaan anginnya di tubuh.
            Enggak dingin kok, hatiku kan menghangat” jawabku bergurau ahaha. Ah hati siapa yang tidak menghangat memandangi deretan bukit-bukit menghijau di sekitar danau, air permukaan danau yang biru, serta langit yang biru cerah disertai dengan terpaan angin sepoi sepoi. Humm..kayaknya tempat yang cocok untuk honeymoon..uhuk..uhuk ;p
Kami ngobrol beberapa saat dengan Pooja dan Jenifer, mengambil video dari atas kapal, namun setelah itu kami terdiam menikmati pemandangan sekitar. Ah, benar-benar refreshing liburan kali ini. Tidak terlalu capai karena semuanya sudah dipersiapkan, tinggal duduk manis di mobil, dianter-anter kemana-mana, apa-apa sudah disiapkan. Enggak takut nyasar-nyasar, dan berpeluh ngos-ngosan jalan kaki. Ehehe jalan-jalan kali ini begini santai rasanya. Huaaah kayaknya bener yah, berwisata dengan travel agent memang cocok untuk simbah-simbah hihi..
Kapal cruise yang kami tumpangi akhirnya merapat ke daratan, sementara supir travel kami sudah terlihat di kejauhan. Setelah berjalan keluar kapal, barulah nampak di Nessie Monster yang legendaris itu..eitt patungnyaaah ehehe. Lalu kami diberi waktu sejenak di souvenir shop dan toilet. Sebuah tempelan kulkas Nessie masuk lagi ke dalam tas sebagai oleh-oleh perjalanan. Lalu kami menuju pulang ke Glasgow, dengan sesekali berhenti. Pemberhentian pertama untuk melihat binatang khas Scotland..humm aku belum tahu apa nama binatang itu, aneh sih. Padahal binatang ini terkenal dan langka, karena ada banyak terlihat di kartu pos Scotland dan hanya ada di tempat-tempat tertentu saja binatang ini.


Kemudian setelah itu kami berhenti di Pitlochry, sebuah desa bergaya vitorian untuk berkeliling sejenak, plus nyemil fish dan chips..hihi perut akhir-akhir ini sering protesan bila lama tak diisi.
Dan akhirnya kami pulang menuju Glasgow, tetap diiringi ocehan si bapak supir yang plontos itu
iringan musik yang mengalun. Mata terasa berat dan zzzzz....mungkin bermimpi monster ganteng ;p

Bila kalian suatu saat tertarik ikut tour ini, ini linknya http://www.timberbush-tours.co.uk/glasgow_tours/one_day/loch_ness.html
 


Kamis, 06 September 2012

Isi Antara Dua Gelas



Ada pesan baru di email studentku, bukan tentang pemberitahuan seminar atau tentang riset, tapi undangan untuk perpisahan seorang anggota lab yang akan back for good setelah dia submit thesis S3 nya. Humm..menghela nafas..kenapa enggak pernah tertarik ikutan acara kumpul2nya mereka yaaah..
Selalu yang menjadi kendala sosialisasi dengan kawan-kawan disini adalah masalah kebiasaan yang berbeda. Bila di indo, merayakan sesuatu lebih ke
arah acara makan-makan serta ngumpul-ngumpul bersama, tapi di sini acaranya rada enggak ngeklik karena biasanya mereka ke bar dan minum. Dulu pernah sekali ikut acara tradisi lunch before Christmas, akhirnya memutuskan diri ikut karena bersama supervisor dan semua anggota lab. Acaranya memang makan siang bersama di sebuah resto, huaaah walau harus merogoh kocek yang harusnya bisa buat 1 minggu makan, kala itu dipakai untuk sekali makan ahaha # urusan budjeting jadi kacau mendadak..
Acaranya informal, Cuma ngobrol-ngobrol dan menikmati makanan yang estafet dari menu pembuka, utama dan penutup. Bila makan di restoran seperti itu, menu makananpun kudu milih-milih yang kira-kira bisa dimakan karena harus memperhitungan kehalalan-nya. Biasanya lebih memilih menu ikan biar aman untuk dilahap, karena restaurant dengan label halal food sangat jarang di sini.









Saat itu kupikir acara sudah selesai saat menu penutup, masih ditutup lagi dengan secangkir kopi. Tapi ternyata setelah itu mereka “pindah duduk” dan pergi ke bar untuk minum. Waduuh, perut rasanya sudah penuh, masih ditambah lagi..aiih. Bar-nya memang jauh dari kesan “horor” dan umumnya mereka datang untuk minum dan ngobrol-ngobrol. Sama lah seperti kedai-kedai kopi di indo, cuma sajiannya saja yang berbeda ehehe. Kalau sudah begitu, paling-paling aku pesan segelas cola, satu-satunya jenis minuman yang bisa dipesan olehku. Heu...padahal enggak begitu suka cola. Coba ada jus jambu atau wedang ronde yaaaah..hehe ;p

Mereka ternyata minum, dan nambah-nambah terus. Beberapa kali mereka menawariku untuk nambah lagi,
            No thanks” jawabku. Waduuh segelas penuh cola aja sudah susah payah kuhabiskan, apalagi kalau nambah lagi. Ya begitulah kebiasaan mereka, mungkin mereka minum untuk menghalau hawa dingin. Inilah perbedaan, bagi mereka itu hal yang biasa, tapi toh aku tidak bisa mausk ke dalam “kebiasaan” mereka. Bukan ke arah judgment benar atau salah. Mereka minum seperti kita merasa minum teh atau kopi. Ini masalah perbedaan, itu saja.
Tapi perbedaan kebiasaaan inipun mampu mencipta jarak yang berarti. Terkadang jarak perbedaan isi antara dua gelas itu membuatku males untuk ngumpul-ngumpul bareng mereka, yang seringnya obrolannya juga enggak “klik”. Membuat lelucon atau menceritakan sesuatu yang menarik dengan bahasa inggris pun hal yang tidak mudah. Apalagi rasa “lelucon”nya yang berbeda, nah itu mungkin sudah mengena ke unsur kultur dan budaya, iyah perbedaan itu terkadang membuat ada yang berjarak antara aku dan teman-teman internasionalku.
Seorang teman yang sudah selesai masternya dan pulang ke indo, dalam blognya dia menulis :
Selama berada di Leeds, karena gw adalah seorang muslim, terasa ada jarak antara gw dengan kehidupan sosial mahasiswa internasional, jarak itu seringnya tergantung dari kadar alkohol di dalam gelas. Sehingga teman-teman PPI mengambil peranan penting bagi kehidupan sosial gw selama di Leeds
Ternyata memang bukan aku saja yang merasakan hal tersebut. Tapi dengan kuliah di luar negeri, mengamati perbedaan gaya hidup yang berbeda bukan masalah siapa yang lebih baik atau benar dari siapa. Tapi hanya tentang bertoleransi.
Walau ada jarak, tapi laju tetap harmoni.

           




Minggu, 02 September 2012

Saturday Morning



Sabtu pagi, mungkin waktu yang selalu membuat cemburu waktu-waktu lainnya. Karena entah kenapa manusia menyambut sabtu pagi dengan muka cerah ceria, ataupun dengan bersantai-santai, jauh dari kesan buru-buru. Sabtu pagi, memberikan waktu untuk mengambil jeda. Termasuk memberikan bonus waktu di balik selimut lebih lama ehehe..
Ah sabtu pagi di akhir musim panas tahun ini. Humm iyap, musim panas nampaknya sudah mulai beringsut pergi, dan musim gugur akan segera datang lagi. Suhu udara sudah mulai turun, angin sudah mulai “sepoi-sepoi dahsyat” dan hujan juga mulai rutin muncul. Wew berarti akan sulit lagi untuk jalan-jalan pakai sandal dong. Humm kemewahan hidup salah satu di Glasgow yakni bisa jalan-jalan memakai sandal, tanpa sepatu dan kaus kaki apalagi boot. Tentu saja karena cuaca Glasgow yang agak “istimewa” dibanding daratan UK lainnya. Musim panas saja berasa biasa-biasa saja, enggak kerasa panasnya. Tapi mungkin lebih nyaman karena enggak kegerahan pas puasa ramadhan lalu.
Ah, lihatlah...benar saja. Baru beberapa menit selesai kuketik kalimat di atas. Gerimis mulai terlihat di luar jendela ehehe. Sabtu ini kuhabiskan menikmati flat dengan memasak, makan, beres-beres, ngobrol dengan sahabat dan baca jurnal. Menikmati Me Time yang berkualitas ehehe..eh satu lagi zzzzz...ekekek dan nulis pastinya.
Hanya ingin bersyukur, masih diberikan anugerah waktu untuk menikmati hidup dengan jeda. Walau menyiapkan energi untuk berlari untuk langkah selanjutnya, tapi bila lelah terengah, ada sabtu pagi yang memberikan jeda.
Nkmatilah sabtu pagimu kawan, untuk sekedar menikmati apapun aktivitas untuk memanjakan diri, sepertiku yang heran sendiri dengan hobi berpinky dan flower-y hihi. Lihat bed cover yang kupilih, aih...mana mungkin dulu aku pernah untuk terpikir memilih berbunga-bunga pink lembut begini :

Heuu..bisa diketawain cicak :D

Dan baru sadar saat mengamati beberapa barang yang kubeli. Lihatlah payung baru kubeli di Pondland, karena payung unguku dulu tak kuat lagi menahan tiupan angin sepoi-nya Glasgow.
Eh, warnanyaaaaah....

Plus cover meja jugaa...waduww..



And then...

Huaaah....entah siapa bayangan di cermin ini sekarang ?????
Ah sudahlah, kawan..Happy Nice Weekend



Glasgow, Hari pertama di Bulan September..