Kamis, 09 Juli 2009

Pesta Demokrasi Negri Tercinta


Selasa sore kemarin setelah tugas-tugas kampus sudah terselesaikan dengan baik, termasuk beberapa revisian skripsi mahasiswa yang semangat 45 untuk mengejar deadline wisuda (pembimbingnya ikutan diburu-buru deadline ehehe) akupun segera mudik ke rumah untuk menyontreng tanggal 8 Juli. Semua nampak antusias menyambut pesta demokrasi negeri ini, termasuk Mbak Pon yang pulang mudik ke purbalingga. Si mbok yang rewang di kos-ku yang baru itu, seperti juga warga negara Indonesia lain yang dengan bersemangat pulang untuk menyontreng.

Esok harinya dengan tinta yang sudah dicelupkan di ujung jari kelingking, tuntas sudah menunaikan hak pilihku dengan menyumbangkan satu suara demi kelanjutkan pemerintahan negri Indonesia tercinta. Memang sebelum pelaksanaan Pemilu tanggal 8 Juli ini masih banyak masalah yang terjadi, khususnya masalah DPT yang masih saja belum valid. Menjelang pemilihan umum, rakyat disuguhi pentas demokrasi dengan berbagai tayangan seperti debat capres dan cawapres, dimana seluruh masyarakat Indonesia dapat lebih mencermati visi, misi serta kecakapan masing-masing kandidat dalam memandang masalah serta mengemukakan gagasan pemecahannya. Saling serang, ejek ataupun sindir nampaknya menjadi bumbu yang menjadi penyedap hingar bingar suasana politik. Para anggota tim suksespun sibuk dengan berbagai acara dialog di berbagai stasiun televisi yang berlomba-lomba menayangkan acara yang menarik hati pemirsa. Tak luput pula dari perhatian kita, iklan-iklan yang bertebaran di berbagai stasiun TV, berupaya menarik hati para calon pemilih dengan slogannya masing-masing.

Namun di balik itu semua, rentetan kejadian ini adalah bagian dari pembelajaran politik bagi seluruh bangsa Indonesia. Baik bagi para kandidat yang bertempur menuju istana, para tim sukses, petinggi partai ataupun rakyat biasa.

Sebuah pernyataan dari rekton UIN, Komarudin Hidayat yang masih kuingat baik saat berdialog dengan pembaca acara di salah satu TV swasta.

Peradaban suatu negara bisa diukur dari sikap rakyatnya saat terjadi keramaian ataupun peristiwa besar. Sikap rakyat pada pemilu seperti ini merupakan tolak ukur seberapa beradab bangsa kita

Hingga malam ini, sepertinya pemilu berjalan dengan lancar, aman dan terkendali. Memang masih terdapat kekurangan seperti permasalah DPT, penerapan keputusan MK tentang pemberlakuan KTP dalam pemilihan dan beberapa pelanggaran yang terjadi misalnya adanya stasiun TV yang menayangkan hasil quick count sebelum jadwal pencontrengan belum selesai, namun secara keseluruhan tidaklah berlebihan menyebut pemilu berjalan dengan baik.

Hasil quick count sudah rampung dan masyarakat luas sudah bisa mendapat gambaran hasil pemilu dan siapa yang akan memegang tampuk kekuasaan tertinggi di negri ini lima tahun ke depan. Walaupun tentu saja ini baru hasil perhitungan cepat yang hanya gambaran hasil di lapangan berdasarkan sampel yang diambil. Fenomena yang menarik dicermati yakni perang keakuratan antar lembaga survey dalam menampilkan hasilnya. Bahkan Lembaga Riset Informasi (LRI) kabarnya langsung membubarkan diri saat mengetahui hasil quick count yang menempatkan pasangan capres no urut 2 yakni SBY-Boediono unggul di atas angin dengan hasil sekitar 60% yang berarti pemilu cukup diselesaikan dengan satu putaran saja, mematahkan prediksi LRI sebelumnya yang memprediksi pemilu berlangsung 2 putaran. Ah, ada-ada saja..

Seharian sepertinya banyak sekali masyarakat yang menghabiskan waktu di depan layar kaca untuk mengikuti perkembangan terkini hasil pemilu. Hal itu membuktikan masih antusiasnya masyarakat dalam pelaksanaan pemilu, dan betapa tinggi harapan rakyat bahwa pemirintahan selanjutnya mampu membawa bangsa Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Mungkin bagi mereka cukuplah harga-harga kebutuhan pokok bisa terjangkau, keadaan yang aman dan tentram. Harapan sederhana yang hingga saat ini masih belum bisa sepenuhnya terpenuhi bagi sebagian masyakat di negri ini.

Semoga ke depan, dengan pemimpin yang mempunyai leadership yang kuat, berwibawa serta cakap berserta dukungan seluruh rakyat Indonesia, bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar!


8 July’09 10.02 pm

Selasa, 07 Juli 2009

Tentang Kembali ke Jogya



Akhir bulan Juni, sudah jauh hari kunanti dengan berbinar dengan menuliskan JOGYA! di kalenderku..yah, saatnya kembali lagi ke kota-ku, Jogyakarta. Kusebutkan kotaku walaupun sebenarnya bukan kota kelahiranku, tapi kota-ku dalam artian kota yang selalu ada di hatiku hihi. Susah rasanya melupakan kota ini, dan entah mengapa mengunjunginya lagi dapat membuncahkan perasaan gembira dalam hati dan satu hal yang paling penting, kembali ke jogya selalu membuatku merasa PULANG.

Memang embel-embel alasan kesana adalah mengikuti seminar internasional One Health One World yang diselenggarakan di Hotel Saphir 26-27 Juni yang lalu, tapi tujuan utama adalah….bernostalgia dan jalan-jalan!!!! Eits tapi urusan kerjaan harus tetap berjalan. Tiba di Hotel Saphir setelah menempuh perjalanan dari purwokerto dengan berangkat jam 3 pagi!weh.weh..padahal pertandingan semifinal Brazil Vs Afrika Selatan saat pertandingan belum lagi usai.

Setelah selesai registrasi ulang..uhmm ternyata mendapat kejutan dengan bertemu dengan seorang kakak angkatan Biologi Unsoed yang sekarang bekerja pada sebuah perusahaan supplier alat dan bahan biologi molekuler. Beuhh..tampak mengkilap saja si bekas “kecengan’nya sahabat dekatku itu. Kemudian segera aku memasuki Borobudur room, ah…sekilas memandang segera bisa kukenali sosok yang begitu familiar. Dengan rambutnya yang sudah sepenuhnya putih, namun tetap dengan senyum ramahnya seperti dulu…kuhampiri dosen pembimbing tesisku, Prof Widya Asmara. Beliau masih bugar seperti dulu walaupun usianya semakin bertambah, terakhir kali menemui beliau 2 tahun yang lalu saat merampungkan tesis dan studi magisterku. “Baiknya bukan main” itulah yang bisa kudeskripsikan mengenai beliau, sungguh merasa beruntung bisa mendapat bimbingan dari beliau. Setelah berbincang sejenak dan tak lupa tujuanku bertemu beliau..(sambil menyelam minum air whihi..) berkonsultasi tentang topik riset untuk rencana studi lanjutku. Ah, lumayan mencerahkan..walaupun masih saja topik risetku belum sepenuhnya mantap kutetapkan.

-lunch time-Hotel Saphir " sudah piring yang ketiga heuhehe, tapi icip2 sana sini kok, nggak banyak2 :)


Seminar internasional tersebut menghadirkan pembicara utama dari prof dari jepang dan korea dan tentu saja semuanya dalam bahasa inggris, ehehe lumayan mengasah inggrisku. Dan yang membanggakan, salah satu pembicara pendukungnya adalah dosen pembimbing II tesisku, Pak Heru Susetya yang mempresentasikan tentang epidemiologi molekuler Lyssa Virus di Indonesia. Uhmm si bapak itu..senang sekali bisa bertemu kembali dengan beliau, yang dulu banyak memberikan ilmu-ilmu tentang analisis genetik (yang sekarang tengah kutulis bukunya berkolaborasi dengan sahabat sepenelitian dulu). Two tumbs up!!! Wah senang berada dalam atmosfer orang-orang pintar ehehe (biar ikut ketularan..).

Kuakhiri seminar dengan mendapat doorprize sebuah buku tentang Biologi Konservasi gara-gara akulah peserta seminar dengan catetan paling banyak dan lengkap selama seminar. Fufufu..ternyata kebiasaan corat coretku membawa berkah, hingga buku nan besar dan tebal itupun bisa kubawa pulang. Acara jalan-jalan, nge-mall, wisata kuliner, berburu buku memang sudah dimulai sejak hari pertama di jogya, seusai seminar langsung tancap gas berjalan-jalan dan baru pulang ke penginapan jam 9 malam. Humm..kaki pegel, badan cape tapi sungguh merasa puas…yeiii. Rasanya mau mencari apa saja…ada di Jogya.

Hari minggu, pagi-pagi sudah tancap gas ke pasar lembah UGM..uhm..uhm...pertama-tama mencari langganan tempat makan dulu, mengganjal perut ehehe...uhmm nyummy..ini nih. Lontong padang dengan lauk rendang yang mak nyusss...eunak pool, plus menikmati keramaian orang berlalu lalang...



- pagi-pagi sudah menikmati lontong padang nyam..nyam..-

l

alu bersama Devi, si partner jalanku dengan melanjutkan jalan menyusuri pasar lembah UGM sampai pegel, kembali ke malioboro, wisata kuliner, belanjaaaa...whoaaa..senengnya...

oh ya masih sempet mampir ke kampus lama, menyusurinya sebentar..bernostalgia sejenak. Kembali lagi setelah hampir dua tahun tidak menjejakkan kaki. Uhmm..tak terasa waktu berjalan, dan hidup terus berlanjut...


-Di depan gedung pasca UGM "merasa kembali"-

7 july'09 8 pm

Rabu, 01 Juli 2009

Perubahan..

Perubahan..
Akhir bulan dipenuhi sesak jadwal pekerjaan yang datang dan datang lagi. Ah, mengapa selalu seperti dikejar waktu? hingga meluangkan waktu untuk berhenti sejenak dan menikmati hembusan nafas sepertinya makin sulit dilakukan. "Urip kang eling" semakin jauh saja saat hidupku diracuni rutinitas. Hingga rasanya kesempatan seperti saat ini makin jarang bisa kulakukan. Nongkrong sambil hotspotan dengan santai saat malam mulai naik diiringi musik apik yang diputar di cafe Sofia de spot plus milk shake vanilla (no more coffee sementara...)ehehe.
Hidupku pun beralih menjadi bukan sepenuhnya milikku lagi, dalam artian..nggak bisa off kapan-kapan, nggak bisa moody lagi ehehe... Dan perubahan menghampiriku.
Pindah kos, mencari tempat yang lebih tepat unttuk lebih produktif lagi..tapi ternyata ribet yak..hufff sudah pengen punya rumah.
Uhmm..menarik nafas panjang, dan pada detik ini aku ingin mensyukuri hidup..mengalir bersamanya, dengan menentukan pilihan yang ditawarkan hidup.

Rabu, 10 Juni 2009

Arrivederci, kaka!


Bila suatu saat kau akan pindah dari Milan, toh aku sudah ada dalam kontrak “perjanjian” untuk nggak boleh protes lagi ehehe..U know why exactly the reason behind that things

(arsip MarsDreams.blogspot.com-21 januari 2009)


Tapi ternyata saat detik itu tiba, tetap saja menyesakkan. Tapi bisa dipungkiri kesenyapan menyeruak dan duniaku seketika menggelap. Dengan alasan yang tidak pernah kupaksakan untuk dimengerti semua orang. Kecuali orang-orang di lingkaran dalam yang rela kusms, kutelpon, yang berchat hanya sekedar memperbaiki suasana hatiku. Dan sahabat yang pagi-pagi mengirimkan berita super buruk itupun kemaren berusaha keras untuk menyembuhkan mood-ku yang seketika berubah. Thanks a lot..

Fiuhh..Baiklah, harus bicara apa lagi? Kenyataannya memang kaka sudah menandatangani kontrak dengan Madrid untuk enam musim ke depan. Apapun alasan di balik kepindahan kaka ke Madrid, keputusan sudah diambil dan terpaksa harus diterima dengan kerelaan. Walau satu hal yang menyesakkan, setting drama kepindahan kaka ke Madrid yang bermotifkan menyelamatkan Milan dari krisis finansial. Galliani, Berlusconi, para petinggi Milan itu pulalah yang pada akhirnya menetapkan ”properti”nya harus dijual guna memperbaiki kondisi keuangan klub.

Dan kaka harus dijual!

Begitulah mirisnya bisnis sepakbola di balik gilang gemilangnya prestasi di lapangan, sebanyak apapun gelar yang telah diraih dan betapa sentimentalnya perasaan yang telah tertambatkan, bisnis dan uang mengalahkan segalanya. Pedih!

Siapa yang mau bertahan bila manajemen Milan tak menghendaki? atau kaka sekarang berubah menjadi pahlawan nan memilukan yang harus berkorban ”menjual dirinya” demi cintanya pada Milan, menyelamatkan klub yang dicintainya itu dari krisis finansial ufff..tidak adil!

Sebenarnya separah apa kondisi keuangan Milan?toh belum akan bangkrut.


"Keinginanku adalah bertahan di Milan. Tetapi, krisis finansial dunia telah memengaruhi banyak klub, khususnya Milan, Aku bicara kepada dewan direksi Milan dan kami menyimpulkan bahwa hal terbaik bagi setiap orang adalah menjualku," Ujar kaka.


Lupakan subjektivitasku pada kaka, tapi bila melihat secara umum sebagai penikmat sepakbola, menurutku kaka adalah salah satu pemain bola yang punya “hati”. Lihatlah para pemain yang memburu gaji tertinggi, pergi ke klub yang berpundi-pundi kekayaannya. Tapi tidak dengannya. Bagaimana ia menolak tawaran gila Manchester City januari lalu yang akan memboyongnya dengan harga 107 juta pounds (nilai yang jauh lebih besar daripada nilai kontraknya dengan Mardid). Kita tidak sekedar melihat sepakbola sebuah sebuah permainan, industri, bisnis, tapi juga pelajaran kehidupan. Dan pada saat-saat inilah aku harus banyak belajar.

”sepakbola adalah bisnis, disini uang yang berbicara. Begitu cara berpikirnya dong non!”

Seorang anggota friend di facebookku (yang sebenarnya aku tak mengenalnya) mengomentari status facebookku yang kemaren berstatus :

*** Duniaku menggelap seketika..hiks, kaka dicopet dari Milan.

Dari sekian banyak yang mengomentari, aku paling tertohok dengan pernyataannya, seakan mengajariku tentang dunia bola yang dikiranya baru setahun atau dua tahun kuselami. Fiuhhh...

Ah, baiklah. Untuk apa bersitegang, toh ia memang tidak mengenalku. Bukankah kita tidak bisa memaksakan semua orang untuk mengerti kita. Dan sudahlah, pagi ini dengan tabung energi yang berkedip-kedip bertanda low!..low!..akhirnya mengingat perjanjian yang pernah kubuat. Asal dia bertahan di Milan sampai aku bisa berdiri di stadion San Siro untuk melihatnya. Begitulah gilanya sepakbola sampai membawaku ke sana hihi..

Dan tuntas sudah, tidak boleh protes lagi, bukan?. Musim depan setiap kali melihat Madrid bermain, aku akan melihat 10 pemain madrid, dan seorang pemain Milan.


I can officially say I’m a Real Madrid player. My professional link with AC Milan finishes now, but my sentimental link will never end,” he said.

Banyak teman bertanya tentang dampak kepindahan kaka terhadap dukunganku.

“akan berganti mendukung Madrid?”, pun ada juga yang berkomentar :

“ halah, gampang.tinggal ganti klub aja kok repot”

Tersenyum sekilas, dengan perih tentu saja. Perjalanan panjangku menikmati permainan 2 x 45 menit itu mengajariku tidak pernah berpikir sedangkal itu. Engkau tahu pasti jawabannya. Ini bukan pertama kalinya hal ini terjadi padaku, walaupun klub yang menyerobot pemainku adalah klub yang sama, sekali lagi, Madrid!. Nasib MU di hati akan sama seperti posisi Milan nantinya. Grazie kaka e Arriverderci!

Selasa, 09 Juni 2009

Conversation With X


Kompromi, berdamai dengan keadaan. Kata itu sering mampir di telinga saat idealisme bertarung dengan realitas, dan pada suatu titik, kompromilah yang menjadi pemenang. Apakah dengan kompromi dengan keadaan yang kita ambil serta merta menghapuskan idealisme kita?

Idealisme, mimpi, prinsip hidup itu gratis dan bebas untuk dimiliki oleh setiap manusia. Lalu apa yang salah dengan terus menggengam eratnya?. Seorang sahabat yang baru saja diterima kerja dalam suatu departemen, beberapa waktu lalu menulis status di facebooknya

**** bagaimana mesti bertahan? mesti mengedepankan ego dan idealisme, atau membuat kompromi? mestikah keputusan ekstrim kembali kupilih?

Perkiraanku ia tengah dihadapkan pada sistem, cara kerja dan rekan kerja baru yang sepertinya banyak yang bertentangan dengan prinsip dan idealisme yang ia bangun.

Akupun merasa gatel untuk berkomentar, karena memang sepertinya para pengguna facebook ini berlomba-lomba menulis status yang mengundang teman-temannya untuk berkomentar (termasuk aku tentu saja..jiaahhh)

” kompromi saja dulu, tapi tetap bergerilya untuk mempertahankan idealisme kita, kalo itu sih rumusku ehehe”

Tentu saja setiap orang berhak penuh atas rumus hidupnya masing-masing. Itulah mengapa manusia merupakan laboratorium hidup yang tak pernah habis penelitian yang sanggup menjangkau menyibak misterinya.

Suatu sore yang senyap dengan kopi yang tersisa, pikiranku berkelebat akan hidupku yang kini dihadapkan pada pilihan-pilihan yang datang, namun bukan pilihan yang aku inginkan. Tersenyum sekilas mengingat sebuah obrolan pendek via facebook dengan seorang sahabat yang lebih terasa sebagai kakak (beuhh..enaknya ya punya kakak whihi).

” Posisiku sekarang adalah dihadapkan oleh banyak pilihan yang tidak aku inginkan, dan mengejar pilihan yang mungkin sedikit peluang untuk bisa mewujudkannya”

(obrolan yang sebenarnya kuedit hihihi..pokoknya intinya begitulah).

Setelah puas menertawaiku, obrolan berlanjut seperti biasa. Namun obrolan tadi membuatku bercakap-cakap dengan diriku sendiri. Hingga pada sesapan kopi terakhir di cangkirku, aku berkata pada diriku :

Me : Aku tidak akan pernah menyerah dengan menghabiskan waktu hanya dengan pilihan yang ada, tapi ingin mengejar pilihan yang kuinginkan. I deserve to get what I want!

X : Tapi pilihan itu belum tentu sama menurut Tuhan!


Me : Urusanku bukan mencari tahu kehendak Tuhan atasku. Tapi pada titik ini aku tahu apa yang aku inginkan, mempunyai tekad untuk memperjuangkannya, dan bersedia berpeluh dalam perjalanan mewujudkannya. Dan manakala takdir jatuh, penerimaan atas kuasaNya lah proses yang memanusiakanku.


Hihi..tiba-tiba saja aku suka dengan penyataan terakhirku. Yap, Banzai! Tersenyum sekilas dan menyadari hari telah petang. Waktu terus bergulir dan setiap nafas berhembus berhak atas pilihan kebahagian yang selalu kuambil. Selamat hidup, kawan..

Selasa, 02 Juni 2009

Benvenutto, anggota baru Milanisti!



Tangis lirihnya memanggilku pulang

Dari pengembaraan dan pencarian

Kutemukan kesahajaan hidup dalam genggam kecil tangannya,

Dalam isak tangisnya menjelang pagi

Cerita tentang sebuah kehidupan yang siap dititi

Menangkup cintaku dalam bening matanya

Menggengam hidupku dalam senyum malaikatnya

Dan hidupku seketika sempurna


Untuk Raditya Muhamad Aryutama

(Putra pertama Rizki Yulianti (M’Kiky)& Roib)


Hiii..maap bila larik puisi pendeknya nggak pas, maklum belum mendalami ehehee. Posting ini muncul atas permintaan mba kiky yang ingin agar teman-teman yang sudah terpisah jarak yang jauh bisa melihat wajah si malaikat kecilnya yang baru saja lahir. Sudah agak lama sih, tapi aku belum sempat untuk bisa menengoknya. Di tengah kehidupan yang seakan berlari ini, sulit untuk menentukan jadwal yang pas bagi kami untuk sekedar meluangkan waktu menengok si “keponakan” baru. Nah, dengan upload foto ini semoga teman-teman satu dharmawanita milanisti dan the genk BIO bisa melihat anggota baru milanisti. Berlabel Milanisti Junior 1. Silahkan siapa yang mau ngantri mendaftar untuk urutan berikutnya whihihi ?

Kehidupan terus berubah, dan persahabatan kami pun berkembang. Masing-masing dari kami mulai menemukan pasangan jiwanya dan akhirnya melahirkan buah hati. Walaupun sedih karena aku tidak bisa hadir di pernikahannya karena saat itu aku tengah di Italia, tapi tidak mengapa karena doa restu tetap menyertainya. Wew gila, setelah pesan cintanya berhasil kusampaikan di Sansiro kepada ******i, dia langsung menikah dengan lelaki yang baru dikenalnya beberapa bulan (ahaha nggak segitunya seh). Gosh..such a crazy decision! Begitu pikirku saat itu. Diapun saat itu berkirim email panjang lebar saat menjelaskan keputusannya itu. Bukan tidak menyetujui pilihannya untuk segera menikah, tapi sebagai sahabat aku peduli terhadap keputusan hidupnya. Ah, tapi saat mengunjunginya setelah aku kembali ke Indonesia, aku merasa lega melihatnya bahagia, walau kerikil-kerikil kecil pernikahanan memang sempat mampir di telingaku. Tapi begitulah jalan panjang cerita sebuah pernikahan (kayaknya gitu kata orang-orang bijak). Waktu itu keluarga kecilnya masih sepi, tapi kini pastilah sudah diramaiakan oleh tangis dan tawa si radit kecil. Selamat ya mba, kami semua berbahagia untukmu!

Ada satu kalimat yang membuatku terharu saat dulu ia menjelaskan alasannya untuk menikah padaku.

Impianku adalah menikah dan menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku.

Dan impianmu sudah sempurna kini, selamat ya mba…

Selamat menjalani hari-harimu menjadi ibu!

NB : The Genk Milanisti, kapan nih nengokin si Milanisti junior 1? n sapa mau pesen no urut 2?


01.June'09. 22.22pm

Sabtu, 30 Mei 2009

Flamenco Amore, Tunggu!


Di antara tumpukan koreksian skripsi yang sebenarnya sudah kujanjikan besok pagi ke anak-anak, dan dihadang deadline lomba esai untuk kongres AIDS Internasional di Bali, kepalaku tak mau berpikir..ufff. Dan karena itulah tulisan ini terlahir, sebagai pengalihan pikiran yang berjalin-jalin ruwet di kepala. Ehehe..it’s not that bad..

Secangkir kopi sudah hampir habis kusesap, sederetan lagu di jetaudioku yang kuberi title “Flamenco Amore” pun entah berapa kali berbolak-balik, menyanyikan mantra-mantra cinta untuk terus menyakinkan hati..hihi..

Malam merambat naik, uhmm..menyadari telah lama tidak berbincang secara pribadi denganMu. Hiii..aku sekarang seperti anak nakal yang menemukan rumus baru, seperti penemu yang memaksakan teori, atau..panglima perang yang asal menyerbu medan. Begitukah? Aku hanya tahu Engkau akan menyentil atau setidaknya menjewerku bila bermain terlalu jauh.

Aku ingin mencebur agar ingin tahu rasanya dingin, ingin berperang agar tahu rasanya kalah ataupun menang, ingin mencoba agar membuka segala pintu kemungkinan, ingin tertusuk agar tahu rasanya sakit, ingin mencicipi segala rasa yang Engkau anugerahkan pada umat manusia di dunia ini.

Dan biarkan aku kini meyakini 100% peperangan memecahkan rumus hidup baru yang tengah kuujicobakan ehehe. Sampai titik ini aku memang sudah terengah-engah, sempat mengeryitkan kening berulang kali, menggaruk kepala bila mungkin salah strategi dan mengalami kegegemasan tingkat tinggi. Tapi biarkan aku terjun dengan rumus ini untuk sekian waktu yang bisa kupertahankan. Aku tidak pernah ingin menyerah dengan menghabiskan hidup dengan pilihan yang ada, aku ingin mengejar pilihan yang aku inginkan. Tentu saja menurutku, sepengetahuanku..entah menurutMu, sungguh di luar koridorku untuk memikirkannya. Setidaknya aku akan berperang dengan seluruh amunisi yang kupunya, Tidak pernah ada yang bisa membuatku menyerah, kecuali Engkau merubah keyakinanku dengan pertandaMu.

Uhmm..hari inipun Engkau memberiku pertanda yang masih samar-samar (ataukah aku yang keras kepala, Tuhan?hihi). Mendengarkan kisah, obrolan, diskusi tentang hal-hal yang (mungkin) realistis itu bukannya akan merubah keyakinanku, namun entah mengapa justru menambah rasa penasaranku untuk terus membuktikan rumus baruku. Setiap orang mempunyai rumus sendiri untuk menjalani kehidupan, merekapun demikian. Bukan untuk saling memaksakan memakai formulasi mana yang terbaik. Formulasi rumus hidup toh mengikuti teori relativitas, tidak pernah bisa dipakai untuk setiap orang.

Maka, biarkan aku terceburkan dalam pembuktikan rumus baru, formulasi hidupku sendiri. Walau harus menunggu (beuuuhhh.. harus segera menambahkan formulasi rumus percepatan nih), ataupun menyebrangi samudra, memperkuat signal yang byar pet atau entah apalah namanya. Bila ingin melihat keajaiban, ciptakanlah dengan tanganmu!

Aku hanya ingin yakin, percaya 100% titik.

Flamenco amore, Tunggu!!


(uhmm menggebu-gebu, spontan, terlalu berapi-api..jiahhh seperti bukan aku. Atau mungkin formulasi rumus perubahan tengah bekerja..non so!ehehe)

29 maggio’09 10.25 pm