Rabu, 02 Juni 2010

BuOn Compleanno, Signora Laura


“ Nanti di kereta kayaknya kita kudu ngomong pake Itali deh wie..brainwashing ehehe” sms dari Wida pagi-pagi. Tersenyum sejenak membaca smsnya, hiyaaa kami dilanda sedikit grogi sebelum ketemu ketemu Signora laura, jangan-jangan nanti dibombardir dengan bahasa Itali. Apalagi wida yang baru saja pulang dari Itali, merasa was-was kalo diuji kemajuan bahasa Italinya ehehe, kalo aku masih bisa ngeles,

e’ gia due anni fa, Signora (udah dua tahun yang lalu, bu)” itu kalimat pamungkas yang rencananya akan aku keluarkan bila kudu ngomong bahasa Itali.

Setelah bersiap-siap dan menikmati teh manis hangat dan lumpia, aku dan sandy berangkat dari rumah Sandy. Sebelum ke Stasiun Tugu kami membeli kue ulang tahun dulu di Parsley. Sebelum jam 8 ,kami sudah siap di Stasiun, lalu satu per satu temen-temen datang. Wida, Tieka, Monis..jadi kami semuanya berlima, sayangnya beberapa temen tidak bisa ikut gabung karena ada acara masing-masing. Kereta prameks yang akan kami tumpangi telat..baru sekitar jam 8.45 kereta datang. Di kereta, kami mengingat bagaimana khasnya suara-suara pengumuman di stasiun di Italia.

- Kue ulang tahun untuk Signora Laura Romano-

Attenzione, sorpresa in transito al binario 2, allontanarsi dalla linea gialla.” berkali-kali kami mengucapkan kalimat itu dengan aksen yang khas, seperti kubilang bahasa Itali memang unik dengan penekanan nada suara di suku kata tertentu. Iyaa… suara-suara itu memang memorable banget. Stasiun..memang merupakan suatu tempat yang istimewa, saat orang akan mulai petualangannya, persilangan suatu tempat, tempat bertemu dengan orang-orang tercinta, ataupun juga tempat berpisah. Dan ini kali pertama aku naik kereta lagi semenjak dua tahun lalu aku pulang dari Italia yakni dari Jakarta ke rumah. Wew..menyedihkan ehehe…payah....


Sandy e Wida…with flowers

Io..with flowers

Kami sampai di Stasiun Solo balapan jam 10an, disambut dengan suasana yang penuh banyak orang yang bersliweran. Langsung di depan stasiun, kami naik andong menuju Mangkubumen, rumah Signora laura. Hihi asyik banget naik andong menyusuri kota Solo, hmm…bagaimana Signora sekarang? Masih seperti dulukah? Sudah hampir 2,5 tahun tidak bertemu dengan beliau. Sekarang beliau tidak lagi mengajar di UGM, tapi mengajar di UMS. Ini kali pertama aku main ke rumah Signora, sedangkan Monis dan Sandy sudah beberapa kali pergi ke sana. Tiba di rumah Signora, Tieka memencet bel sedangkan lainnya bersembunyi di balik pagar. Surprise buat beliau…terdengar suara-suara membuka pintu,

Ciao tieka..sendirian?” kata Signora sambil membuka pagar. Lalu….uno..due...tre...surpriseeee…..

tanti auguri a te..tanti auguri a te..tanti auguriiiii cara Laura..tanti auguri a te!” kami nongol dan bernyanyi selamat ulang tahun bersama-sama. Ahahaaayyy…kejutan buat Signora, bunga dan kue di berikan, binar-binar kebahagiaaan langsung nampak di wajah beliau.

“ wah kalian…kejutan..bener-bener nggak nyangka, grazie mille…” kata Signora sambil memeluk kami satu per satu. Mamma Mia..akhirnya bertemu lagi dengan beliau...

Signora laura….surpriseee


“ Duuh siwi, kamu menghilang kemana aja?” hiyaaa..aku ditodong…aku memang sudah lama sekali tidak memberi kabar pada beliau.

Kami segera memasuki rumah Signora, dan mataku terbelalak dengan suasana yang sangat hommy, sangat jawa, sangat indah…sangat personal. Dalam detik itu juga aku langsung jatuh cinta dengan rumah Signora. Cantik banget…setiap sudutnya disentuh dengan detail-detail pribadi yang manis. Sebuah rak buku besar yang berisi jajaran buku-buku, serta hamparan kasur dengan bantal-bantal warna warni yang nyaman untuk tempat membaca, jendela-jendela kecil dengan gorden-gorden warna-warni melambai-malambai diciumi angin, sungguh memanjakan mata. Di ruang tamu, pigura-pigura dengan foto-foto yang ditata rapi, lukisan-lukisan jawa, pernak pernik jawa dan semua serba tradisional. Sedangkan ruang dapurnya sangat Itali, duuuh aku suka dapurnya. Belum lagi halaman belakang, bangunan khusus yang lucu dengan bentuknya yang unik di belakang rumah. Pengen punya rumah seperti ini…bener-bener keren....

Kami duduk-duduk di bagian belakang rumah, duduk di kursi-kursi kayu dengan suasana pedesaan yang nyaman. Suasana tidak begitu panas, apalagi angin sepoi-sepoi berhembus. Kami ngobrol santai, dan untungnya…lebih banyak dalam bahasa Indonesia ehehe…amin..amin...

“ saya pikir kamu nggak jadi ke Itali lho” kata Signora padaku. Memang dulu terakhir kali aku berjumpa dengan Signora, aku tidak dipanggil wawancara di beasiswa pemerintah Italia. Bercelotehlah aku menceritakan apa yang terjadi,berlikunya hidup dan sampai akhirnya aku bisa menjejakkan kaki ke negeri Itali, dan nonton bola ke San Siro. Kami disuruh bercerita satu per satu sambil menikmati kue yang kami bawa tadi.

Chat..

“ Membuat buku itu harus sempurna, kalau mau mengkoreksi naskah baca dari belakang, teliti hurufnya satu persatu…” begitu kata Signora setelah mendengarkan ceritaku bahwa tengah menyelesaikan sebuah naskah buku. Ia pun seorang penulis, ia tengah menulis buku

tentang pengalaman spiritualnya di Indonesia. Ayahnya di Milan memiliki sebuah perusahaan penerbitan, sehingga ia terbiasa dengan dunia penulisan.Hmm jadi inget naskahku, wew kalimat Italiaku di naskah kudu dikoreksi lagi nih...

Lelah bercerita kami bersantai-santai di ruang depan, sementara Signora membereskan urusan untuk menyiapkan perjalanannya ke Italia. Seperti biasa, setiap tahun Signora pulang kampung ke Itali. Huhuhu..pengeeenn...

“ Habis ini kita ke rumah baru saya ya....belum selesai dibangun, nggak jauh dari sini” yupiiiee..kita akan diajak ke rumah baru Signora. Dan setelah menyelesaikan urusannya, kami dengan mobil berjalan-jalan ke rumah barunya. Dan tadaaaaa…kami surprise dengan rumah barunya yang sangat Jawa, rumah joglo yang besar dengan halaman yang luas. Wew seleraku banget…kami berkeliling di seluruh ruangan, beberapa pekerja masih merapikan rumah. Ada yang sedang menghaluskan tegel (tegelnya khusus tegel jaman dulu), mengecat kursi-kursi kayu, dan tukang kebun sedang merapikan tanaman-tanaman yang merambat di pagar rumah.

“ Parjo, iki lho irung-irungane cat-e tesih kurang..nah, warnane kusen iki podo yo karo jendelane” perintah Signora ke Parjo, si pekerja rumahnya. wawawww…seorang Itali bicara basa Jawa, wuihhh…

“Itu desain art deco, bukan asli Jawa..mungkin keliatan seperti desain Jawa” begitu terangnya sambil menunjuk ornamen-ornamen yang banyak menghiasi rumah itu. Bener-bener detail. Tidak sabar melihat bagaimana rupanya bila rumah ini sudah jadi, pasti mempesona. Tapi rencananya rumah ini akan disewakan ke orang asing yang ingin tinggal di Solo, tidak ditempati sendiri. Rumahnya yang sekarang sudah sangat nyaman, jadi mungkin rumah barunya untuk disewakan. Puas ngobrol dan muter-muter rumah baru kami pamitan pulang. Foto-foto bersama, dan pelukan hangat melepas kepergian kami.

Rumah Baru Signora...

Duuh kapan ya bisa main lagi…Senang sekali bisa ketemu Signora laura, orang yang membuka pintu-pintu keajaiban dalam hidupku. Setelah makan Soto Kuali Solo kami mengejar kereta ke Stasiun dan kembali ke Jogya. Liburan yang seruuuu…

Batere penuh dengan liburan di Jogya, minggu pagi jalan-jalan ke Pasar pagi lembah UGM dengan berburu pernak pernik asesoris cantik dengan harga miring, makan lontong rendang langgananku, minum es carica, kemudian bersama-sama ke Gramedia hunting buku, cari oleh-oleh bakpia…wew, hari sudah sore..waktunya aku menyudahi liburanku di Jogya dengan segera pulang.

Di tengah perjalanan pulang, aku berpikir...Bila aku tidak bisa tinggal di Jogya, aku akan membawa Jogya kemanapun aku tinggal.










Rendezvous-Ex Italian Class

“Ketemu di coklat cafe jam 18.30an ya” janjian dengan teman-teman kelas Italiaku. Tapi perjalanan Kebumen-Jogya yang biasanya bisa ditempuh paling lama 4 jam ini jadi molor 5 jam karena macet. Maklumlah libur panjang 3 hari membuat semua orang sibuk dengan urusan liburan, pulang kampung hingga membuat jalanan macet fiuuuhh.

“Mba, kalo udah nyampe selokan mataram, sms ya nanti aku jemput” sms dari Sandy, temanku yang bakal memberikan tumpangan nginep. Ehehe.. di kos lama sudah tidak ada lagi makhluk yang tersisa jadi harus mencari alternatif tumpangan lain. Duuh bis jalur 15 yang mengangkutku dari Gamping sialnya mendamparkanku di depan Gramedia dengan alasan mau pulang kandang jadi nggak sampai selokan mataram,hiyaaaa…terkatung-katunglah aku menunggu jemputan Sandy. Tapi tidak apa, memandangi kota ini dalam kerlip lampu-lampu jalan, mobil-mobil yang melaju, detik-detik yang berganti di perempatan lampu lalu lintas, menyenangkan. Jogyaku, aku kembali (lagi), selalu…

Malam yang mulai merambat meninggalkan senja, bau Yogya, dan udara yang mulai dingin, campuran suasana yang kurasai lagi. Setelah sekitar 10 menit menunggu, akhirnya Sandy datang..yuhhuuiii..kami meluncur ke coklat café’. But wait…aku belum mandi…..ihihihi

“Cuci muka aja entar di toilet, mba” saran Sandy. Wew..baiklah, nampaknya satu-satunya pilihan yang dapat diambil untuk menyegarkan muka.

Kami sampai di coklat café, Nampak di kursi-kursi luar sudah mulai ramai orang-orang yang kongkow-kongkow. Sandy menghampiri seorang laki-laki dengan jaket bertuliskan Italia di bagian depannya.

Ciao..come stai? (hai, apa kabarmu?)” ia menyapanya. Entah siapa, aku belum pernah mengenalnya di kelas Italia. Setelah memilih tempat duduk di dalam, aku segera mencuci muka di toilet. Ehehe daripada tak tersentuh air sama sekali, yah lumayanlah…

Teman-teman lain belum datang, maka kami bertiga menanti mereka sampai ngobrol

“ sei stata in Italia? Quindi parliamo Italiano!(kamu pernah tinggal di Italia yah?kalo gitu, ayo kita ngobrol pakai bahasa Italia” kata si lelaki tadi yang ternyata bernama Agus. Wew..parla Italiano? Dengan badan yang masih penat, tanpa mandi, dan ditodong ngomong itali..jiaaahh mengalami blank sejenak ehehe….

abito a Roma per tre anni, con mio padre..ha lavorato nel ambasciatta di Roma…bla…blaa (aku tinggal di Roma selama tiga tahun, dengan ayahku, dia kerja di KBRI Roma bla..blaa)” dengan bahasa Italia yang cepat, aksen yang sangat Italia membuat telingaku yang sudah lama tidak mendengar bahasa yang melodis itu terkejut. Waduuuhh..ternyata sudah lama sekali nggak denger bahasa yang membuaku jatuh cinta setengah mati ini. Ada rasa yang bergelenyar, senang, bingung, kaget, ehehe….hatiku memang senang terkejut.

Sementara Sandy yang seorang dosen bahasa Italia di UGM dengan lancar ngobrol dengan Agus memakai bahasa Italia. Dulu Sandy juga memperoleh beasiswa bahasa Italia sepertiku tapi ia belajar di Universita’ per Stranieri di Siena, karena sampai saat ini ia masih mengajar dan mempraktekkan terus jadi bahasa Italianya masih tetep bagus. Sementara aku..uhmm sudah dua tahun vakum, benar-benar tidak mempraktikkan ngomong pakai bahasa ini lagi. Makanya saat menjawab pertanyaan mereka, rasanya lidahku kelu, otakku berpikir…”verba ini kalo untuk past tense jadinya apa? Kosa kata ini dalam bahasa Italia apa ya?verb ini kalo subjeknya ‘dia” jadinya apa? Duuuhhh..parah..parah…

Aku merusak puisi spontan yang indah itu dengan bahasa yang patah-patah. Bahasa Italia bila diucapkan dengan lancar dan cepat, dengan aksen yang kental, dengan penekanan nada suara di tempat yang seharusnya akan terdengar seperti sebuah rima puisi, seperti lagu, indah. Tapi aku merusaknya karena bahasaku yang terbata-bata, duuh ternyata bahasa bila lama tidak digunakan akan menghilang, otak juga tidak lagi otomatis, lidah tak lagi spontan mengucapkannya, sepertinya aku harus belajar lagi.

Dan yang kutunggu-tunggu datang juga, Wida…sahabatku yang beberapa minggu baru pulang dari Perugia. Yahuuiii…seneng banget ketemu dia lagi, dan menunggu Pinokio titipanku. Nampak lebih kurus dari yang terakhir aku melihatnya,tapi tetap cerah ceria seperti dulu. Kangen banget dengannya, huhuhu kami adalah sesame penyusup di kelas Italia.

-Fremita e Wida-

voui mangiare qualcosa (kamu pengen makan sesuatu?)” Tanya si agus. Menu sudah ada di meja dari tadi, tapi kami semua asyik ngobrol masing-masing. Akhirnya aku memesan un macchiato dan fusili with tuna, ehehe kangen dengan makanan berbau Italia.

“ Gimana, jadi prewedd di Vatikan?” Tanya Wida dengan nada bercanda. Aku hanya menanggapinya dengan ketawa ngakak. Mengingat chat dulu saat ia masih di Perugia, kami berdua mengalami kejadian yang hampir serupa di Vatikan, dengan orang yang berbeda, waktu yang berbeda..tapi di tempat yang sama dan cerita yang hampir sama juga. Hiyyapp..aku dan dia memang kadang seperti cermin.

Pesenan makanan datang, dan uhmmm…secangkir machiatto dan fusilli, sangat Itali

-Fusili con tuna e un machhiato-

“ Uhmm bau Itali” kataku pada Emi di sebelahku. Iyah, bau sesuatu..makanan, tempat, akan lebih mengingatkan otakku dengan suatu tempat atau seseorang. Aku suka mengidentifikasikan sesuatu dengan membauinya ehehe…

Beberapa orang yang belum kukenal datang, murid Signora yang lain. Fafa, yang pengajar bahasa Itali di Cilacs dan Fremita, mahasiswanya Sandy yang jago banget berbagai bahasa. Kami semua di dalam meja itu dipersatukan dalam suatu hal yang kami suka, all about Italia.

Perut sudah kenyang, fusili sudah tandas…suasana bertambah hangat. Rencana untuk ke rumah Signora sudah diputuskan, berangkat dengan Prameks ke Solo jam 8, beli kue dan bunga..bla..bla..all set!

“ Yuks ke ayam geprek..laperr” ajak Wida, yang memang sedari tadi hanya pesen minuman. Ajakan itu disambut koor tanda setuju. Haduuh makan lagi? Hayuuk lah….

Dengan rombongan kami meluncur ke ayam geprek, Jogya makin ramai, udara dingin makin menguat, tapi aku heppiiii berat. Sudah lama rasanya tidak merasakan atmosfer seperti ini, uhmm kapan terakhir kali? Entahlah..selama ini sejak aku pulang dari Italia, aku baik-baik saja..semua berjalan baik, tapi tidak sebahagia ini..lalu apa bahagia?perasaan senang yang sangat kah? Uhmm..kok tiba-tiba mempertanyakannya…

Ada rasa itu, rasa yang hampir dua tahun ini tidak mampir dalam hariku. Aku terlibat dalam rutinitas, dalam pekerjaan, dalam jalan-jalan, dalam liburan…tapi dalam hati aku bertanya, kenapa hanya berkumpul-kumpul santai, ngomong pakai bahasa Italia, dan semua atmosfer ini membuatku berkata, “rasanya aku tidak pernah sebahagai ini selama dua tahun ini”ehehe…

Aku menemukan komunitas, menemukan sebagian diriku yang hilang. Jogya, Italia…sahabat-sahabat..semuanya terasa lengkap. Grazie Mille Tutti ***