Jumat, 07 September 2012

Menjelajahi Indahnya Loch Ness dan Highland

Irama musik khas Scotland mengalun mengiringi perjalanan menuju tempat pemberhentian pertama yakni Loch Lomond. Sudah lama tidak merasakan atmosfer “jalan-jalan bersama” seperti ini. Iyah, memang aku sering berjalan-jalan, tapi jalan-jalan bersama rombongan yang semua orang dalam rombongan ber-aura siap jalan-jalan kayaknya sudah sangat lama tidak menikmati suasana seperti ini. Suasana sepeti saat study tour, berombongan satu bis yang di bagian depan bis-nya tertulis “rombongan bla bla bla” hihi entah mengapa hal itu saja membuat suatu perbedaaan yang signifikan.
Kali ini aku jalan-jalan ikut travel agent, padahal dulu aku pernah bilang “jalan-jalan pake travel agent itu jalan-jalan yang pas untuk simbah-simbah” hualaaah..sekarang malah mak jleb pada diri sendiri.
Maksudku dulu, tidak menyenangkan ikut travel agent karena berkurang tantangannya dan kurang puas karena harus diatur-atur. Tapi perjalanan kali ini lokasinya menuju Highlands yang susah ditempuh bila menggunakan bis karena tidak ada jurusan yang ke sana. Biasanya banyak yang menyewa mobil untuk melakukan perjalanan ke daerah tersebut. Kebetulan Rora yang sebentar lagi akan pulang ke Indo setelah submit disertasi masternya mengajakku ikutan one day tour ke Lochness, Glenco dan Highland, langsung deh mau hihi ;p
Pemberhentian pertama kami di Loch Lomond. Oh ya Loch itu bahasa Scottish Gaelic yang artinya danau, jadi ada banyak danau/Loch di daerah Scotland yang cantik-cantik, dan salah satunya Loch Lomond. Sepanjang jalan, si supirnya terus saja rajin menceritakan tempat-tempat unik di sepanjang jalan layaknya seorang tour guide, dengan sesekali melontarkan lelucon. Bila selesai ngomong panjang lebar tentang tempat menarik yang terlewati, dia segera memasang musik yang sesuai dengan suasana tempatnya. Aih..serasa santaaaaiiii bangeeet, benar-benar menghilangkan penat setelah menempuh mini viva sidang tahun pertama studi doktoralku. Lanskap di luar jendela yang hijau menentramkan mata, sementara musik mengalun mendamaikan jiwa. Sekumpulan domba-domba merunduk di perbukitan, lalu melewati daerah peternakan dengan sapi-sapinya, lalu terus naik ke daerah yang mulai bergunung-gunung hijau. Indahnya kadang bisa membuat menahan nafas ehehe...
Tepian danau sudah nampak, sementara langit muram, dan kabut tipis turun perlahan.  Mobil/travel Coach kami berhenti di tempat peristirahatan yang sudah disediakan, kata si supirnya, rumah-rumah peristirahatan di sekitar Loch Lomond itu favoritnya artis-artis Hollywood untuk menghabiskan liburan, beberapa artis ternama ia sebutkan. Humm pantes saja, tempatnya sangat memikat hati begini.

Sayangnya mobil travel kami tidak berhenti terlalu lama, jadi tak ada waktu untuk menatapi lama-lama danau yang permukaannya tengah diciumi kabut tipis itu. Bahkan untuk bernarsis ria dengan foto-fotopun sangat terbatas. Ah inilah salah satu kekurangan bila bepergiaan berombongan dengan agen travel. Jadwal perjalanan kami sangat teratur, supir sudah memberi tahu berapa lama akan berhenti dan jam berapa harus kembali ke mobil. Dan semua penumpang disiplin mengikuti aturan tersebut, karena bila tidak, benar-benar akan ditinggal sama si supirnya. Coba kalo plesiran di indo rombongan, waduuh pasti menunggu si inilah, si itulaaah..ehehe..telatnya bisa lamaaaa.

Dari Loch Lomond kami melanjutkan perjalanan terus naik menuju Highland. Hummm sepanjang perjalanan, pemandangan di luar jendela membuat benar-benar jatuh hati dengan highland. Aaaaaa breathtaking scenery bangeeeet. Pegunungan hijau yang bergelombang, kadang diselingi gradasi warna tumbuhan dan bunga-bunga. Berderetan lavender ungu, atau bunga-bunga kuning berbaris-baris seperti menciptakan kontur tersendiri yang apik. Ciptaan maha karyaMu sungguh luar biasa, Tuhanku. Sungguh merasa beruntung bisa menikmati panorama seindah ini. Setelah terpukau-pukau dengan deretan pegunungan Highland, kami berhenti di The Three Sisters, daerah pegunungan Highland yang terkenal dan banyak menjadi latar postcard Scotland.

Dan aaaa...cantiiiik benaaar lanskapnya. Tapi begitu turun, brrrr angin menyambut kami dengan tiupannya yang membuat menggigil kedinginan. Lagi-lagi waktu yang diberikan tidak begitu lama, hingga mengambil foto seperti lomba balapan saja. Hiks..padahal backgroundnya sebegini cantiknyaaaaa..harusnya bisa mendapatkan foto-foto yang bagus kalau santai-santai. Aku dan Rora bergantian memotret, lalu kemudian ada gadis India dan Ibu-ibu asal Amerika yang bergabung bersama kami. Pooja, nama si gadis manis India itu..aiih khas nama-nama India, nampak manis dengan rambut panjangnya, sementara si ibu Amerika bernama jenifer nampak sangat ramah,energik dan banyaaaaak bicara ehehe.
Dari the Three Sisters Glenco, kami berhenti sebentar di Ben Nevis. Dan diberikan waktu beberapa saat untuk berfoto-foto di sekitar monumen. Kemudian hampir tengah hari kami mampir di peristirahatan daerah Fort Williams untuk makan siang. Ada toko-toko souvenir, toilet dan food court. Beberapa kartu pos akhirnya masuk tas, karena harga kartu pos relatif murah untuk kenang-kenangan jalan-jalan, sedangkan pernak pernik yang lain walaupun lucu-lucu tapi harganya sering irrasional untuk dijangkau kantung. Jadi difoto aja laaaah..bisa dilihat kapanpun hihi, termasuk gambar ini nih entah kenapa suka banget, karena mahal seharga 8 pounds akhirnya beli kartu pos dengan gambar jalur kereta api tradisional itu.

Setelah mengitari toko souvenir, aku dan Rora memutuskan untuk makan. Rora memesan sup sayuran dan teh, sedangkan aku cukup makan roti. Makan di luarpun pastinya harus diperhitungkan karena jauh lebih mahal daripada masak, tapi sesekali tak apalah. Tak lama berselang Jenifer dan Pooja bergabung ke meja kami lalu asyik mengobrol sebelum jadwal mobil berangkat lagi.
Kami melanjutkan perjalanan menuju Loch Ness..untuk itu adalah beberapa pilihan yang ditawarkan, yakni masuk ke dalam kastil kemudian menyeberangi danau (tiketnya 16 pounds), kemudian bila hanya masuk kastil saja (12 pounds) dan nggak ngapa-ngapain alias memandang-mandang di sekitar saja. Ah, rasanya sayang sudah jauh-jauh tidak menjelajah, apalagi katanya pemandangan paling indah Loch Ness bisa dilihat dari atas kastil. Maka kami memutuskan untuk membeli tiket seharga 16 pounds itu. Sebelum memasuki area kastil, mobil kami berkendara sepanjang garis danau yang biru dilingkupi dengan darah yang hijau.
            “ waaa mbaaa....danaunya biruuu..bagus bangeeet” kata Rora di sebelahku. Lalu kami sama-sama takjub menikmati sajian panorama yang fantastik di luar jendela. Musik mengalun perlahan, aaah...sebuah perjalanan yang sungguh menyenangkan. Aku memang penggemar wisata alam. Asal ada hijau-hijau sama berair seperti danau, pantai..pasti betah. Akhirnya kami sampai juga di tempat parker area Loch Ness. Kalau tidak salah, kata si supir untuk area parkirnya sudah dijadwal jadi harus datang pada waktu yang ditentukan, kalau enggak dipakai yang lain..waduuh untuk urusan efisiensi waktu negara ini memang yahud. Oh ya, masing-masing tempat duduk dilengkapi seatbelt yang harus dipakai sepanjang perjalanan di mobil, samar-samar kudengar penjelasan si supir bahwa denda 60 pounds akan mampir bila kita mangkir.
Begitu memasuki kawasan kastilnya, tak henti hentinya rasanya mata ingin memandangi panorama yang luar biasa indahnya. Lumer rasanya hati melihat sajian seindah ini. Dan untungnya langit tiba-tiba cerah ceria, sehingga gradasi warna biru langit dan air permukaan danau terlihat begitu indahnya. Begitulah cuaca Scotland, susah terprediksi dan bisa cepat berganti-ganti sehingga kita harus harus selalu siap dengan cuaca apapun. Tadi di Loch Lomond langit murung, kemudian sempat nangis rintik-rintik, lalu di Glenco three sisters cerah lagi, habis makan siang mendung lagi, dan Alhamdulillah di Loch Ness ceria kembali. Jadi cuaca cerah di sini merupakan anugerah yang luar biasa ehehe, nampak sempurnalah pemandangan LochNess yang terlihat dari arah kastil.
Kastilnya sendiri seperti reruntuhan yang beberapa bagian tinggal puing-puing, tapi justu itu menambah keeksotisan tempat ini. Urquhart Castle nampak berdiri anggun dengan puing-puingnya yang menyimpankan sejarah peradaban masa lalu. Aku dan Rora sama-sama terpesona dengan panorama, sembari tetap jeprat jepret pemandangan (dan juga orangnya hehe) dengan kamera. Kemudian mengeksplor kastil sampai naik ke bagian atasnya, dan wuiiii..brrrr..angin bertiup kencang. Tapi hummm pemandangan danau dan kastil dari atas sungguh memanjakan mata.
Melirik jam tangan, waktu penjemputan kapal cruise yakni jam 2.30 akan segera tiba. Maka tanpa mau menanggung risiko ketinggalan kapal, kami menunggu kapal datang sambil berbincang selonjoran di rerumputan hijau di depan kastil. Jenifer dengan bersemangat bercerita tentang pengalamannya berpetualang. Wah mantap benar, seumuran gitu masih bersemangat jalan-jalan, sendirian pula.
Dari kejauhan kapal cruise yang akan kami tumpangi mulai merapat ke daratan. Kami segera beranjak untuk antri menuju kapal, sambil tetap memandangi bebek-bebek yang lucu-lucu di pinggiran danau. Lalu kami satu per satu menaiki kapal cruise, dan akhirnya kami memilih untuk duduk di atas kapal agar leluasa menikmati pemandangan, dan merasakan angin berhembus langsung. Humm Loch Ness memang sungguh indah. Dan begitu kapal berjalan, terasa benar tiupan angin yang menerpa.
            Mba siwi enggak kedinginan?” Tanya Rora yang melihatku tanpa jaket. Sebenarnya jaket merahku ada di tas, cuma males aja memakainya, lebih kerasa terpaan anginnya di tubuh.
            Enggak dingin kok, hatiku kan menghangat” jawabku bergurau ahaha. Ah hati siapa yang tidak menghangat memandangi deretan bukit-bukit menghijau di sekitar danau, air permukaan danau yang biru, serta langit yang biru cerah disertai dengan terpaan angin sepoi sepoi. Humm..kayaknya tempat yang cocok untuk honeymoon..uhuk..uhuk ;p
Kami ngobrol beberapa saat dengan Pooja dan Jenifer, mengambil video dari atas kapal, namun setelah itu kami terdiam menikmati pemandangan sekitar. Ah, benar-benar refreshing liburan kali ini. Tidak terlalu capai karena semuanya sudah dipersiapkan, tinggal duduk manis di mobil, dianter-anter kemana-mana, apa-apa sudah disiapkan. Enggak takut nyasar-nyasar, dan berpeluh ngos-ngosan jalan kaki. Ehehe jalan-jalan kali ini begini santai rasanya. Huaaah kayaknya bener yah, berwisata dengan travel agent memang cocok untuk simbah-simbah hihi..
Kapal cruise yang kami tumpangi akhirnya merapat ke daratan, sementara supir travel kami sudah terlihat di kejauhan. Setelah berjalan keluar kapal, barulah nampak di Nessie Monster yang legendaris itu..eitt patungnyaaah ehehe. Lalu kami diberi waktu sejenak di souvenir shop dan toilet. Sebuah tempelan kulkas Nessie masuk lagi ke dalam tas sebagai oleh-oleh perjalanan. Lalu kami menuju pulang ke Glasgow, dengan sesekali berhenti. Pemberhentian pertama untuk melihat binatang khas Scotland..humm aku belum tahu apa nama binatang itu, aneh sih. Padahal binatang ini terkenal dan langka, karena ada banyak terlihat di kartu pos Scotland dan hanya ada di tempat-tempat tertentu saja binatang ini.


Kemudian setelah itu kami berhenti di Pitlochry, sebuah desa bergaya vitorian untuk berkeliling sejenak, plus nyemil fish dan chips..hihi perut akhir-akhir ini sering protesan bila lama tak diisi.
Dan akhirnya kami pulang menuju Glasgow, tetap diiringi ocehan si bapak supir yang plontos itu
iringan musik yang mengalun. Mata terasa berat dan zzzzz....mungkin bermimpi monster ganteng ;p

Bila kalian suatu saat tertarik ikut tour ini, ini linknya http://www.timberbush-tours.co.uk/glasgow_tours/one_day/loch_ness.html
 


Kamis, 06 September 2012

Isi Antara Dua Gelas



Ada pesan baru di email studentku, bukan tentang pemberitahuan seminar atau tentang riset, tapi undangan untuk perpisahan seorang anggota lab yang akan back for good setelah dia submit thesis S3 nya. Humm..menghela nafas..kenapa enggak pernah tertarik ikutan acara kumpul2nya mereka yaaah..
Selalu yang menjadi kendala sosialisasi dengan kawan-kawan disini adalah masalah kebiasaan yang berbeda. Bila di indo, merayakan sesuatu lebih ke
arah acara makan-makan serta ngumpul-ngumpul bersama, tapi di sini acaranya rada enggak ngeklik karena biasanya mereka ke bar dan minum. Dulu pernah sekali ikut acara tradisi lunch before Christmas, akhirnya memutuskan diri ikut karena bersama supervisor dan semua anggota lab. Acaranya memang makan siang bersama di sebuah resto, huaaah walau harus merogoh kocek yang harusnya bisa buat 1 minggu makan, kala itu dipakai untuk sekali makan ahaha # urusan budjeting jadi kacau mendadak..
Acaranya informal, Cuma ngobrol-ngobrol dan menikmati makanan yang estafet dari menu pembuka, utama dan penutup. Bila makan di restoran seperti itu, menu makananpun kudu milih-milih yang kira-kira bisa dimakan karena harus memperhitungan kehalalan-nya. Biasanya lebih memilih menu ikan biar aman untuk dilahap, karena restaurant dengan label halal food sangat jarang di sini.









Saat itu kupikir acara sudah selesai saat menu penutup, masih ditutup lagi dengan secangkir kopi. Tapi ternyata setelah itu mereka “pindah duduk” dan pergi ke bar untuk minum. Waduuh, perut rasanya sudah penuh, masih ditambah lagi..aiih. Bar-nya memang jauh dari kesan “horor” dan umumnya mereka datang untuk minum dan ngobrol-ngobrol. Sama lah seperti kedai-kedai kopi di indo, cuma sajiannya saja yang berbeda ehehe. Kalau sudah begitu, paling-paling aku pesan segelas cola, satu-satunya jenis minuman yang bisa dipesan olehku. Heu...padahal enggak begitu suka cola. Coba ada jus jambu atau wedang ronde yaaaah..hehe ;p

Mereka ternyata minum, dan nambah-nambah terus. Beberapa kali mereka menawariku untuk nambah lagi,
            No thanks” jawabku. Waduuh segelas penuh cola aja sudah susah payah kuhabiskan, apalagi kalau nambah lagi. Ya begitulah kebiasaan mereka, mungkin mereka minum untuk menghalau hawa dingin. Inilah perbedaan, bagi mereka itu hal yang biasa, tapi toh aku tidak bisa mausk ke dalam “kebiasaan” mereka. Bukan ke arah judgment benar atau salah. Mereka minum seperti kita merasa minum teh atau kopi. Ini masalah perbedaan, itu saja.
Tapi perbedaan kebiasaaan inipun mampu mencipta jarak yang berarti. Terkadang jarak perbedaan isi antara dua gelas itu membuatku males untuk ngumpul-ngumpul bareng mereka, yang seringnya obrolannya juga enggak “klik”. Membuat lelucon atau menceritakan sesuatu yang menarik dengan bahasa inggris pun hal yang tidak mudah. Apalagi rasa “lelucon”nya yang berbeda, nah itu mungkin sudah mengena ke unsur kultur dan budaya, iyah perbedaan itu terkadang membuat ada yang berjarak antara aku dan teman-teman internasionalku.
Seorang teman yang sudah selesai masternya dan pulang ke indo, dalam blognya dia menulis :
Selama berada di Leeds, karena gw adalah seorang muslim, terasa ada jarak antara gw dengan kehidupan sosial mahasiswa internasional, jarak itu seringnya tergantung dari kadar alkohol di dalam gelas. Sehingga teman-teman PPI mengambil peranan penting bagi kehidupan sosial gw selama di Leeds
Ternyata memang bukan aku saja yang merasakan hal tersebut. Tapi dengan kuliah di luar negeri, mengamati perbedaan gaya hidup yang berbeda bukan masalah siapa yang lebih baik atau benar dari siapa. Tapi hanya tentang bertoleransi.
Walau ada jarak, tapi laju tetap harmoni.

           




Minggu, 02 September 2012

Saturday Morning



Sabtu pagi, mungkin waktu yang selalu membuat cemburu waktu-waktu lainnya. Karena entah kenapa manusia menyambut sabtu pagi dengan muka cerah ceria, ataupun dengan bersantai-santai, jauh dari kesan buru-buru. Sabtu pagi, memberikan waktu untuk mengambil jeda. Termasuk memberikan bonus waktu di balik selimut lebih lama ehehe..
Ah sabtu pagi di akhir musim panas tahun ini. Humm iyap, musim panas nampaknya sudah mulai beringsut pergi, dan musim gugur akan segera datang lagi. Suhu udara sudah mulai turun, angin sudah mulai “sepoi-sepoi dahsyat” dan hujan juga mulai rutin muncul. Wew berarti akan sulit lagi untuk jalan-jalan pakai sandal dong. Humm kemewahan hidup salah satu di Glasgow yakni bisa jalan-jalan memakai sandal, tanpa sepatu dan kaus kaki apalagi boot. Tentu saja karena cuaca Glasgow yang agak “istimewa” dibanding daratan UK lainnya. Musim panas saja berasa biasa-biasa saja, enggak kerasa panasnya. Tapi mungkin lebih nyaman karena enggak kegerahan pas puasa ramadhan lalu.
Ah, lihatlah...benar saja. Baru beberapa menit selesai kuketik kalimat di atas. Gerimis mulai terlihat di luar jendela ehehe. Sabtu ini kuhabiskan menikmati flat dengan memasak, makan, beres-beres, ngobrol dengan sahabat dan baca jurnal. Menikmati Me Time yang berkualitas ehehe..eh satu lagi zzzzz...ekekek dan nulis pastinya.
Hanya ingin bersyukur, masih diberikan anugerah waktu untuk menikmati hidup dengan jeda. Walau menyiapkan energi untuk berlari untuk langkah selanjutnya, tapi bila lelah terengah, ada sabtu pagi yang memberikan jeda.
Nkmatilah sabtu pagimu kawan, untuk sekedar menikmati apapun aktivitas untuk memanjakan diri, sepertiku yang heran sendiri dengan hobi berpinky dan flower-y hihi. Lihat bed cover yang kupilih, aih...mana mungkin dulu aku pernah untuk terpikir memilih berbunga-bunga pink lembut begini :

Heuu..bisa diketawain cicak :D

Dan baru sadar saat mengamati beberapa barang yang kubeli. Lihatlah payung baru kubeli di Pondland, karena payung unguku dulu tak kuat lagi menahan tiupan angin sepoi-nya Glasgow.
Eh, warnanyaaaaah....

Plus cover meja jugaa...waduww..



And then...

Huaaah....entah siapa bayangan di cermin ini sekarang ?????
Ah sudahlah, kawan..Happy Nice Weekend



Glasgow, Hari pertama di Bulan September..

Sabtu, 01 September 2012

Why You..




Dear anakku, sahabatku sayang,

Maafkan bila jarak dan waktu yang berbeda membuat kita sulit untuk bersua langsung dan bicara seperti biasa,
Duduklah sebentar dekatku sini, aku ingin membincangimu sebentar,
Anakku, tatkala diri tengah menghadapi bertubi masalah, terkadang kita menginginkan sebuah kehidupan yang mudah. Tapi adakah sebuah kehidupan tanpa masalah? Tak ada.
Mungkin saat ini engkau tengah protes, mengapa engkau yang masih begitu muda mendapatkan cobaan yang mungkin tak dijumpai manusia seumurmu lainnya. Mungkin engkau iri saat mendapati keluarga temanmu yang begitu harmonis, sementara engkau terkadang sulit untuk menentukan kemana tempat yang nyaman untuk “pulang”. Engkau mungkin juga protes, saat yang lain bisa menikmati masa remaja menjelang dewasa dengan relatif tanpa beban berarti, engkau harus bertanggung jawab memikul beban yang sarat.
Apalagi akhir-akhir ini, mungkin merasa seluruh dunia dan seluruh kejadian nampaknya bekerjasama untuk membuat hidupmuseems not right”. Life seems so hard, begitu kau bilang. Serasa masalah berlapis lapis menimpukimu hingga terasa engkau sesak.
Anakku, sepertinya manusia memang harus berkompromi dengan masalah selama mereka masih hidup. Bila sudah berpusara, mungkin masalah di “dunia lain” yang akan mengemuka. Tapi marilah bicara tentang kita yang masih diberikan waktu untuk menghirup nafas karuniaNya. Banyak orang tua yang begitu berupaya keras mencukupi semua kebutuhan, melimpahi dengan kasih sayang dengan harapan anaknya tumbuh menjadi manusia yang apapun berkecukupan, bahagia dan sejahtera. Menyekolahkan di sekolah favorit, menyediakan guru les privat, fasilitas canggih sebagai bentuk kasih sayang mereka. Tapi itupun tak pernah bisa menyingkirkan masalah yang datang pada “si anak”nya. Masalah memang akan selalu hadir dalam hidup kita, kadang selewat lalu, namun ada kalanya datang bertubi
Manusia punya tawa, punya tangis, punya sedih, punya haru, punya jenaka dan lainnya. Masalah mungkin bagi kita lebih banyak mendatangkan sedih daripada tawa. Tapi karena pernah sedihlah, kita merasakan manisnya saat bisa tertawa.
Bila engkau merasa dan mempertanyakan, kenapa harus aku?”, kenapa harus kamu yang diberikan masalah yang terasa seberat ini?
Sekarang lihatlah dirimu baik-baik. Betapa istimewanya dirimu pasti, hingga masalah menghampirimu, memilihmu untuk kau selesaikan. Masalah mungkin juga seperti rejeki, telah mempunyai porsinya masing-masing, jodohnya masing-masing.
Terimalah, sapalah, kompromikanlah masalah yang datang padamu, anakku. Bila kau pikul-pikul terus sepanjang waktu, seberapapun ringan atau berat sebenarnya masalah, pasti akan terasa berat jadinya. Pegal bahumu untuk menyangganya setiap waktu, penuh kepalamu untuk terus-menerus memikirkan hal itu. Bagilah, bagi beban itu pada orang-orang yang kaupilih menjadi “orang istimewa” yang kau beri “bagian kue masalahmu”.
Aku malu ibu, orang-orang pasti akan kecewa padaku”.
Sayang, pernahkah kau melihat seorang manusia yang sepanjang hidupnya tersenyum manis sepanjang waktu?.
Orang-orang mungkin mengenalmu sebagai pribadi yang cerah ceria. Tapi pernahkan mereka menuntutmu untuk cerah ceria setiap waktu? Seperti
juga manusia lainnya, semua manusia pernah galau, mendurja, merasa sendirian, dan diterpa hampa. Saya juga, mereka juga, kamu juga. Kenapa musti malu dan mengira orang lain akan kecewa?
Masalah,  bagi orang dengan adrenalin tinggi, mungkin berupa tantangan untuk mencari cara bagaimana menyelesaikannya. Masalah bagi si pesimistis adalah timpaan kutukan berikutnya, sedangkan bagi si optimistis, mungkin berupa ketidakmudahan jalan yang harus dilaluinya, tapi bila dihadapi semuanya akan terselesaikan, dan baik-baik saja.
Semua akan baik-baik saja.
Dari setiap manusia yang sekarang ini bersinggung hidup dekat dengan saya, setau saya semuanya pasti mempunyai masalah. Entah ringan ataupun berat. Ada seorang sahabat yang tidak direstui hubungan bersama kekasihnya oleh orang tuanya, ada yang baru saja buah hati yang baru sebulan umurnya meninggal karena infeksi usus, ada yang galau karena pekerjaan yang dijalaninya sekarang ini bukan passionnya, ada yang kritis menanti apakah nilai pre-sessional coursenya lulus dan bisa melanjutkan ke studi master di universitas idamannya atau tidak.
Mereka yang nampak tanpa masalah menurut pandanganmu adalah orang yang mempunyai masalah namun tak membaginya denganmu hingga engkau tak mengetahuinya. Cobalah sekarang, perhatikan saja orang-orang terdekat yang kamu tahu kehidupannya, adakah yang mulus sempurna tanpa masalah?
            iya, tapi kan enggak  ada yang masalahnya seberat saya sekarang?” mungkin itu sergahmu. Mungkin Tuhan memilihmu, karena engkau istimewa dan mampu menghadapinya. Pikir saja begitu, sayang.
Berdoalah saja, hal ini akan membuatmu lebih lentur menghadapi hidup, lebih tegar menghadapi apapun, dan berani menyelesaikannya bersama-sama. Bersama siapa saja yang kau percaya.
Dan jangan pernah lupa, apapun yang terjadi, itu karena kasih Tuhan padamu. Ada banyak alasan untuk bangkit, untuk tetap tersenyum dan tetap berbagi canda bersama.
Tersenyumlah, semuanya akan baik-baik saja. Akan ada waktunya semuanya akan baik-baik saja.
Saat engkau mungkin dalam hati pernah protes, Why Me? sekarang katakan, Why NOT?


Saya mungkin tak bisa melakukan banyak hal untuk meringankan masalahmu, tapi ada rumah "hati"saya untuk selalu mendengar keluh kesahmu, kisah lucumu, kekonyolanmu, prestasimu, apa saja. Dan tentu saja doa untukmu. Semoga semuanya akan segera baik-baik saja. 
Dunia merindu senyum manismu.

Glasgow, 31 August 2012. 19.30. saat malam hendak memeluk bumi Glasgow, dan rasa dingin sisa hujan tadi sore.

 

Kamis, 30 Agustus 2012

Perjalanan Setahun Pertama

Waktu memang terkadang berlarian tak tentu, meninggalkan kita dalam keterperanjatan bahwa sepertinya tak cukup kencang kita mengikuti lajunya. Serasa belum lama aku menginjakkan kaki di Glasgow ini, tapi  ternyata sudah melewati perjalanan setahun pertama studiku.
Dan kemarin, baru saja kulewati ujian progress tahun pertama. Tidak terlalu baik, tapi juga tidak terlalu buruk. Ada poin fundamental yang membuatku sepertinya harus bekerja dan belajar ekstra keras agar mampu memenuhi timeline 3 tahun beasiswaku. Bila harus mengevaluasi diri sendiri, memang kinerjaku belum terlampau optimal sepertinya. Ada beberapa faktor x yang serasa membuat fokus pada riset kadang menjadi buyar. Stress di awal studi karena harus terbiasa masuk lab dari 9-5, plus harus mengerjakan tehnik-tehnik yang sebelumnya belum pernah kukerjakan. Penyesuaian-penyesuaian hidup dengan lingkungan baru, lalu kemudian saat sudah agak “nyaman”, eh harus pulang ke indo selama beberapa bulan. Semua yang sudah settle harus dipak semuanya lalu pergi. Pulang ke Indo, dan harus memulai hidup dari awal, mengerjakan riset yang sebagian besar masih belajar. Perjalanan risetku seperti melangkah dalam hutan rimba, menyibak jalan setapak demi setapak. Sering kali merasa sendirian. Studi doktoral lebih pada belajar sendiri, who’s care? Supervisor lebih kepada memberikan arahan saja. Teman-teman se-lab sayangnya berbeda topik semua dengan topik yang aku kerjakan. Kurang komunitas untuk berdiskusi menjadikanku seperti melangkah di jalan yang sepi.
Tapi tentu banyak yang didapat dari semua pembelajaran setahun ini. Seharusnya, inilah saat yang paling tepat untuk mengupgrade kemampuan semaksimal mungkin. Karena bila kembali lagi ke aktivitas rutin nantinya, waktu akan menjadi sedemikian sempitnya terasa. Maka, langkah ke depan harusnya berupa lebih banyak waktu untuk belajar, bekerja, membangun koneksi dan kolaborasi, menulis dan juga jalan-jalan.
Kembali diingatkan, atau setidaknya mengingatkan diri sendiri atas pertanyaan Kenapa melanjutkan kuliah ke luar negeri? Segala pilihan pastilah subjektif untuk setiap orang yang memilih. “The Why” inilah yang sebenarnya penting. Alasan atau mengapa kita memilih untuk melakukan sesuatu. Mungkin inilah saatnya mengingat kembali “The Why”ku. Alasan dan tujuan-tujuan inilah yang seharusnya bisa mengarahkan dan menstabilkan semangat untuk terus melangkah ke tapak tapak selanjutnya. Tidak ada yang menjamin itu akan mudah, tapi aku yakin bisa untuk dilakukan, selama diupayakan.
Terimakasih pada para sahabat yang selalu memberikan dukungan dan penghiburan, anak-anak mahasiswaku yang membantu selama proses di lapangan, dan tentu banyak lainnya yang tak bisa tersebut satu-satu. Dan juga kamu, yang kemarin setelah sidang berbincang denganku,
Kamu : Semangat itu mahal harganya, enggak boleh hilang
Aku    : Mahalan mana sama harga cabe?
Lalu ikon tertawa guling-guling itu muncul dari bulan kuning yahoo messengermu.
Kamu    : Mahalan harga bawang bombay
Lalu kita tertawa bersama tanpa suara, cukup memberi mandat pada ikon-ikon yahoo messenger itu untuk memberi tahu masing-masing kita, bahwa apapun keadaannya, tetap ada alasan untuk bisa tertawa. Dan walau perbincangan kita sepertinya selalu sulit untuk serius, tapi sungguh membuatku serius untuk bersemangat memasuki tahun kedua studi doktoralku..yeaaaah, cerumuts!!