Minggu, 12 Januari 2014

Menyusur Paduan Lampau dan Kekinian di Newcastle


Begitu sampai di Newcastle langsuuuung...fotooo ahaha
Megabus yang kami tumpangi merapat ke John Dobson Street sekitar pukul 8.30 pagi menandai kami sudah sampai di Newcastle. Hawa dingin menelusup kulit membuat kami harus merapatkan coat dan syal yang dipakai. Inilah kota pertama persinggahan kami dalam UK trip. Muka-muka masih segar karena antusiasme jalan-jalan sudah menyelimuti walaupun harus bangun jam 3 pagi dari Glasgow. Kemudian kami langsung mengontak dek yunita, yang akan menjadi host kami selama di Newcastle. Beginilah trip ala Backpacker irit budjet, numpang teman. Lebih irit akomodasi, lalu dek yunita sudah tahu rute-rute menyusur Newcastle dan juga tambah ramai jalan-jalannya. Dek Yunita itu saudara sahabat saya, Arian Sahidi, selama ini baru kenal via dunia maya dan untuk kali pertama ini bertemu langsung. Yeaah, akhirnya ketemu juga di Newcastle. Setelah menaruh tas-tas punggung segede gaban itu di flat, kami segera meluncur menuju Alnwick Castle. Sambil menunggu jadwal bus ke Alnwick, kami memanfaatkan kesempatan tersebut untuk jalan-jalan plus foto-foto di Newcastle University yang letaknya berdekatan dengan bus station.
Foto ramai ramai
Hihi nampang duluuu..
Bangunan universitasnya juga paduan antara bangunan lama dengan bangunan baru. Warna merah bata ala bangunan kuno bersandingan dengan menjulangnya bangunan-bangunan baru. Kami berjalan-jalan di sekitar main buildingnya dan jeprat jepret berfoto. Gaya wisata khas orang Indonesia ya ehehe.  Lalu setelah melirik jam tangan hampir menunjukkan jam 10.30 kami bergegas kembali ke bus station menuju Alnwick! Yeii kami akan menuju Kastil Harry Potter itu. Kastil ini menjadi terkenal dan menjadi tujuan wisatawan karena beberapa episode Harry Potter diambil di tempat ini. Perjalanan ke sana menggunakan bis selama kurang lebih 2 jam, lama juga ternyata karena Alnwick terletak di pinggiran Newcastle.
Begitulah Newcastle, gabungan antara modernisitas di pusat kotanya dipadu dengan keantikan kastil-kastilnya di pinggiran kota merupakan keistimewaan kota ini. Newcastle Upon Tyne nama lengkapnya, namun orang-orang lebih sering menyebut Newcastle. Orang Indonesia penyuka bola pasti sangat akrab dengan Newcastle United, iyah klub sepakbola asal Inggris itu ada di kota ini. Teman-teman seperjalanan, Mas Basid dan Mas Dipta yang maniak bola sudah tunjuk-tunjuk saat bus melewati stadionnya.
            “ Ntar abis dari Alnwick, sabar duluuu” begitu kataku. Kami mengejar tempat yang jauh dulu baru setelahnya bisa bebas menjelajah area city centernya. 
Sekitar jam 12.30 an kami sampai di Alnwick dan sampai di lokasi. Namun sayang sungguh sayang, Alnwick castle-nya tutup huhuhu, bahkan tidak bisa didekati dalam jarak tertentu karena ada pagarnya. Padahal di web-nya tidak tertulis pengumuman apapun. Ah baiklah, kamipun mencari spot di sekitar yang lucu-lucu untuk foto-foto *teteeeep..
Ada rumah kayu dengan jembatan yang bisa goyang yang lumayan untuk jalan-jalan seru. Ah, ada pelangi yang melengkung begitu cantik di atas langit Alnwick kala itu. Sepanjang perjalanan menuju ke Alnwick memang hujan, dan alhamdulillah sampai Alnwick langit agak benderang dan pelangi menyambut kami dengan lengkungan indahnya.

Dengan latar belakang rumah pohon
di dalam salah satu rumah kayu
anjrut anjrutan di jembatan
Enaknya jalan-jalan rombongan itu gampang terhindar dari "garing", pokoknya ada saja hal yang seru. Anjrut-anjrutan di jembatan, sok foto-foto natural ataupun ngemil bekal. Coba bayangkan kalau sendirian jauh-jauh ke Alnwick Castle trus tutup, heuheuu bakalan terancam garing.
Nah, untuk mengobati kekecewaan kami nggak bisa masuk ke castle-nya, maka kami berupaya sekuat tenaga (sampai melipir melipir ke arah belakang kastil) agar bisa mendapatkan view kastilnya. eh eh ada foto saya di depan kastil, tapi yang jelas saya-nya sih, kastilnya absurb! wkwk salahkan fotografernya kalau gitu ;p
itu tuuuh kastilnyaaaaa *tunjuk ke belakang ahaha..


Maksa banget yaa...tapi beberapa foto bisa didapatkan dari bagian belakang kastil .Sebenarnya selain kastil, ada objek Alnwick garden-nya, tapi mahal tiket masuknya (sekitar 10 pounds) uhuk jadinya kami ogah masuk. Walaupun sudah didiskon dengan student card dan tiket return ke Alnwick tetap saja dirasa mahal, maka kami memutuskan untuk tidak masuk. Setelah puas foto-foto dengan latar "seadanya" karena kastilnya tutup, kami kembali ke kota.
Perbedaan antara daerah "pinggir" newcastle dengan kota-nya memang terlihat jelas. Daerah pinggiran lebih hijau, tenang dan tidak terlalu ramai dibandingkan dengan daerah tengah kota yang metropolis.
Sekitar jam 4 sore bus mengantarkan kami ke kota newcastle. Musim dingin membuat gelap cepat sekali merayapi hari. Maka sesampai di Newcastle sudah gelap dan perut keroncongan hihi. Lalu segera saja Yunita mengajak kami untuk makan malam (makan siang digabung malam deh hehe). Perut kami seharian hanya diisi burger bikin yunita, jadi sudah waktunya minta diisi. Makan malam kami di tempat makan halal yang tempatnya enak dan harganya lumayan di kantong, nggak mahal-mahal amat. Desain ruangannya seperti maroko-maroko gitu deh, dan hanya kami bertujuh seruangan jadi bebas aja makan sambil ngobrol, gitaran, dan nyanyi-nyanyi halaaah ehehe..

Yeiii makaaan akhirnyaaaaa...

Nah setelah perut sudah tentram, kami kembali jalan-jalan. Pastilah tujuan berikutnya adalah stadion Newcastle United. Tidak jauh dari city center, dan hanya berjalan sekitar 10 menit dari tempat makan kami sampai di stadion Newcastle United. Berada di tengah kota, stadium bernama St.James Park dari klub yang berdiri pada tahun 1892 ini nampak gagah berdiri walaupun tidak terlalu istimewa. Tapi mengunjungi langsung stadium klub yang berjuluk The Magpies ini pastilah salah satu kebanggaan bagi kami-kami. Semuanya antusias foto-foto walaupun cuacanya sedang bbrrrr...ampun anginnya badai luar biasa. Sampai sampai kami menunggu beberapa saat, hingga badainya lewat lalu kembali berpose ahaha :

Hihi kembali bergaya di St James Park



Setelah puas foto-foto di St james Park, kami masih lanjut ke Millenium Bridge. Jembatan yang salah satu landmark khas kota Newcastle ini memang lebih keren dilihat saat malam karena efek efek cahanya membuat jembatan ini nampak fantastis. Jadi walaupun hujan gerimis menyirami bumi Newcastle, kami tetep semangat jalan kesana dan again, foto-foto pastinya yaaa...
 
Dengan latar Millenium Bridge-Newcastle
Setelah itu kami kembali ke flat dek yunita untuk beristirahat setelah puas jalan-jalan seharian, karena besok kami akan menuju DURHAM yeah.

**Catatan perjalanan UK trip winter break.

Rabu, 08 Januari 2014

Jalan Sulit



 
Selalu suka foto dengan background jalan-karena jalan akan mengantarkanku ke suatu tempat

Obrolan ringan di pagi hari dengan sahabat lama, mengantarkan pada sebuah kalimat sahabat lama saya itu.
“ Aku iri pada orang-orang yang berani memperjuangkan kebahagiaannya, dengan jalannya sendiri, berani mengambil risiko”
Ah, bukankah hidup yang menjalani itu kita sendiri, yang merasai juga kita sendiri. Pada akhirnya hidup adalah tentang pilihan-pilihan dan keputusan yang kita ambil. The cup of suffering is not the same size for everyone, kata Paulo Coelho.
Jatahnya sendiri. Ini yang terkadang sulit untuk diterima, kadang saya juga. Karena hidup berisi pembelajaran yang tak pernah habis. Pertanyaan "Kenapa harus saya? Kenapa harus seperti ini?" mungkin banyak dilontarkan manusia, termasuk saya. Ah, bukankah kita dianugerahi Tuhan kekuatan untuk mengambil pilihan dan keputusan?
Kita bisa bilang tidak, iya, menolak, menerima. Tentu saja dengan segala risiko dan konsekuensinya. Kemudian hidup akan bertumbuh.
Pilihlah jalan-jalan mendaki! Kata Anies Baswedan. Jalan mendaki yang akan menempamu menjadi pribadi yang solid, yang tak gentar akan tantangan, ataupun kritikan. 

“Yes, we are going to suffer, we will have difficult times, and we will experience many disappointments – but all of this is transitory it leaves no permanent mark.
And one day we will look back with pride and faith at the journey we have taken”
(Paulo Coelho)

Ada kekuatan dalam diri kita yang harus ditempa agar terus memancar sepanjang jalan. Beranilah dengan jalan-jalan mendaki, jalan-jalan sulit ataupun setiap jalan yang kita pilih.
Ya, kita berkuasa memilih jalan yang kita jalani.
Pilihlah dengan hatimu.

Glasgow, 7 Januari 2013

Penebar Inspirasi?



 
Before I die...I want to feel ENOUGH--Globe Trott Inn Hostel-London

Berapa banyak orang-orang yang tidak saya kenal menghubungi saya kemudian menanyakan bagaimana caranya meraih beasiswa? Bagaimana caranya belajar TOEFL, IELTS, bagaimana mengontak supervisor? Atau hanya mengatakan bahwa ia terinspirasi dengan saya. Saya tidak ingin menjadi sombong dengan mengatakan banyak jumlahnya. Iya banyak, bahkan beberapa kemudian akhirnya menjadi teman dekat. Juga beberapa orang yang kontak karena membacai tulisan-tulisan saya.
Kepulangan saya ke tanah air yang hanya seminggu pun bulan Oktober lalu pun ditandai dengan pertemuan dengan seorang adik yang dengan antusiasnya hendak menemui saya. Dengan muka berbinarnya menemui saya di warung tenda sate kambing perempatan kentungan, Yogyakarta karena posisi saya saat itu sedang makan malam dengan sahabat baik saya. Dia menyerahkan sebuah buku sebagai buah tangan, katanya ia terinspirasi dari tulisan-tulisan saya di blog. Sesederhana itu, tapi kejadian-kejadian itu sungguhnya menjadi lentera semangat yang mengabadi di saat-saat saya malas menulis. Bukan untuk menyombongkan diri, namun lebih pada apresiasi pada diri saya sendiri, bahwa apa yang saya lakukan berguna untuk orang lain.
Namun ada kalanya saya berpikir? Apa saya terlalu berbunga-bunga dalam berkata selama ini. Dalam artian saya seperti jualan mimpi. Ada saat-saat saya merasa kadang saya terlalu berlebihan., siapa sih saya? Tanya diri saya sendiri.
Terlebih bila ada orang-orang yang bertanya, kemudian menjadi depending. Misalnya : “ mba siwi, tolong dong kalau ada informasi tentang bla bla...atau jurusan yang baik ini atau itu, atau hal-hal lainnya yang membuat saya berpikir.
Hei..bukankah itu inginmu sendiri? Mimpimu sendiri? Tanyakan pada hatimu sendiri.
Atau melihat orang-orang yang kurang struggle mengejar impiannya namun pengennya cepat-cepat. Kadang-kadang saya diamkan, tidak saya jawab. Saya hanya memfasilitasi, bukan menyuapi terus menerus. Di jalan meraih apa yang kalian inginkan akan ada banyak tantangan, kesulitan, masalah yang butuh kerja keras, risiko, kekuatan dan ketegaran. Kalau hanya search detail detail yang seharusnya bisa dilakukan sendiri tidak mau, yang harus dipertanyakan adalah kesungguhan orang tersebut.
Banyak kejadian-kejadian yang membuat saya naik turun di jalan ini. Sampai pada akhirnya saya menanyakan pada diri saya sendiri? Untuk apa melakukan itu semua? Supaya disebut sebagai manusia penuh inspirasi? yang kata-katanya penuh motivasikah?
BUKAN, jawab diri saya dengan mantap.
Sama sekali bukan.
Mungkin iya pada awalnya, dalam artian saya ingin apa yang saya lakukan bisa membuat orang “terkompori” untuk berbuat, untuk mengejar mimpi-mimpinya, untuk tidak mengalah pada keadaan, untuk tidak menyesal karena mundur atas perjuangan-perjuangan hidup, untuk berkata mari lewati pada jalan-jalan sulit. Itu mengapa saya memberanikan diri menerbitkan Koloni Milanisti –Sebuah Hidup di Atas Mimpi- dan juga banyak posting-posting tulisan saya yang “berbau” serupa.
Banyak yang sudah terkompori dan berjalan di atas mimpi mereka masing-masing, banyak pula yang terkompori sesaat namun kemudian melupakannya.
Namun di titik sekarang ini saya menyadari, saya cukup menjadi diri saya sendiri. Tanpa perlu repot berpikir apa yang saya lakukan berguna atau tidak, menginspirasi atau tidak, keren atau tidak. Berbuat, berkarya, seperti jauh lebih penting daripada itu semua. Bukankah sebenarnya tak ada seorangpun yang mengklaim bisa menginspirasi? Bahkan Anies Baswedan, Jokowi, Ridwan Kamil dll. Mereka hanya berbuat, berbuat. Berkarya, dan berkarya. Dan orang lainlah yang merasa terinspirasi dari karya-karya mereka.
Terimakasih yang selama ini menginspirasi, merasa terinspirasi, yang selama ini mengkritik, dan tentu saja terimakasih pada yang mendampingi saya menjadi partner solid dalam perjalanan ini.
Kita semua bisa berganti peran, berganti profesi, tapi pertumbuhan dan kesolidan di dalam diri akan mampu memerankan apapun peran yang sedang dijatahkan Tuhan.

Salam,
Glasgow, 7 Januari 2014.