Kamis, 10 Juli 2008

Civita di Bagnoregio- Desa di Negeri Dongeng

Ladang gandum yang tengah menguning menghampar, diselingi dengan pohon-pohon yang berjajar melingkupinya dengan tegap. Lanskap perbukitan menghijau di balik jendela kereta regional trenitalia selalu memenuhi hasrat indera penglihatanku. Serupa gambar-gambar yang ada di kartu pos, majalah travel dan ensiklopedi yang dulu sering aku pandangi dengan kekaguman. Kini, dapat kulihat dengan mataku, fasade rumah-rumah yang masih dibiarkan natural, tanpa berkeinginan untuk nampak modern di tengah tuntutan modernisitas, namun desa-desa di Italia nampak anggun mempertahankan aroma kekunoannya yang klasik yang anggun.Kadang membayangkan bagaimana peradaban mereka di zaman yang lalu, dengan peninggalan bangunan yang menyebar hampir di seluruh tempat. Kastil-kastil yang berdiri dramatis di puncak-puncak bukit, dengan bentuknya yang meruncing menaklukkan langit, tanpa berkesan arogan namun berdiri apik, bertahun-tahun membiarkan para pengagum yang menatapnya dengan mata berbinar.
Lanskap italia yang membuatku selalu jatuh cinta saat memandangnya, kadang terlintas dalam pikiranku, akankah tumbuhan dan tanah italia pun mempunyai cita seni yang tinggi, hingga walaupun tumbuh natural, berselang, seling tak teratur namun keseluruhannya membentuk sebuah pemandangan yang menakjubkan. Ah, aku tidak membual, buktikan saja dan kaupun pasti akan jatuh cinta. Lanskap yang kini kurindukan, ingin kembali melihatnya lagi. Masih banyak hal-hal yang belum kulihat, dan masih banyak cerita-cerita penuh godaan yang membuatku mempunyai mimpi suatu saat ingin kembali lagi.
Civita di bagnoregio, daerah di dekat Orvieto ini tampaknya harus menjadi list utama saat aku kembali (selain Perugia tentunya, tempat pertama yang ingin kembali kukunjungi). Gila, ada tempat sekeren ini!!!! Memang kota ini tidaklah seterkenal milan, venezia atau roma namun keeksotisannya mulai membuat namanya membumbung dengan promosi dari mulut ke mulut. Pertama kali mendengarnya dari Q, temenku yang sering berkelana ke tempat-tempat yang tidak menjadi tujuan wisata orang kebanyakan disaat akhir pekan. Kemudian, dari Yuta, Aki dan Tomoko yang mengunjunginya selepas berkelana ke Orvieto. Civita’ di Bagnoregio, kota di atas bukit dengan jembatan panjang yang menghubungkannya ke kota kecil yang hampir tak berpenghuni itu. Ckkckk...bila berkabut, yang terlihat hanyalah jembatan itu dan kota yang ditujunya di atas bukit, kupikir pemandangan semenakjubkan itu hanya ada di dongeng-dongeng, atau di film animasi saja..

Sebuah film animasi jepang yang berjudul Luparta yang aku tonton bersama teman-teman jepangku menjelang kepulanganku ke tanah air, juga mengambil setting lokasi yang serupa dengan pemandangan yang ditemukan di civita di bagnoreggio. Ah, kota yang masih terlewat dari petualangan yang hanya sekejab di Italia, yang terbatas waktu dan dana tentunya. Tiga bulan rasanya terlalu cepat untuk merambah pesona Italia yang serasa tidak ada habisnya. Tiga bulan yang telah berhasil membuatku semakin jatuh cinta pada negeri itu!
Previous Post
Next Post

0 Comments: