Senin, 23 Februari 2009

Kenapa Harus Menikah


Eitss jangan terpancing dengan judul yang provokatif di atas ehehe. Kenapa harus menikah?. Kata “harus” disini memang mengganjal di telinga, tapi justru itu menarik untuk membahasnya. Keadaan diri yang memang belum menikah, bertemu dengan orang-orang yang masih belum menikah, yang “enggan” untuk menikah, belum “butuh” untuk menikah atau yang ingin menikah tapi belum menikah membuatku tergerak ingin menuliskannya.

Seorang teman, wanita karir yang ingin segera melanjutkan jenjang S3nya namun harus ditundanya karena keinginan orang tua yang mengharapkan ia menikah dulu. Teman yang baru saja kukenal pun hampir sama, dengan usia yang telah menginjak kepala tiga, mapan, karirnya bagus, cantik, namun belum juga menikah. Ada banyak alasan dan latar belakang mengapa mereka belum juga menikah. Dan itupun pilihan mereka sendiri.

kenapa?aku memang belum ingin menikah!”.Uhmm..”Aku memang belum “butuh” untuk menikah” sergah yang lainnya.

Uff apakah memang telah terjadi pergeseran kebutuhan akan pernikahan?.

Aku sering mengatakan hal ini pada beberapa orang, tentang kebutuhan akan menikah bagi seorang wanita sudah bergeser.

Satu, kebutuhan finansial. Dulu, zaman ibu-ibu kita misalnya, dengan umur yang masih muda mereka sudah menikah. Mengapa? Alasan kebutuhan finansial salah satunya. Zaman dimana wanita masih dijadikan “konco wingking”, belum dihargai potensi dan eksistensinya membuat wanita menjadi tergantung secara finansial pada laki-laki. Wanita zaman dulu yang tidak punya keahlian, tidak cukup berpendidikan, tidak punya pekerjaan tentu saja mempunyai “kebutuhan” yang lebih untuk menggantungkan hidupnya pada laki-laki untuk menopang kehidupannya. Disinilah mengapa kebutuhan finansial merupakan salah satu alasan kebutuhan untuk menikah.

Namun hal itu sudah bergeser sekarang, seiring dengan emansipasi wanita dimana sekarang wanita telah berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing. Mempunyai pendidikan yang cukup baik, keahlian, potensi yang dikembangkan bahkan sekarang ini banyak wanita yang mempunyai karir yang cemerlang, menduduki jabatan-jabatan penting. Tentu saja dengan keadaan yang demikian, ia telah mampu berdiri di atas kakinya sendiri, jadi secara finansial ia tidak tergantung pada siapapun.

Alasan kedua adalah kebutuhan protektif, uhmm sulit mengistilahkannya. Maksudku begini, dulu banyak wanita yang mempunyai ketergantungan untuk dilindungi, diperhatikan secara protektif, ada alasan–alasan kesuperioritasan laki-laki. Harus dibantu ini itu, diantar jemput, dan lain sebagainya. Namun, fenomenanya sekarang banyak wanita yang ketergantungan akan kebutuhan itu semakin menipis. Nyaman dengan dirinya sendiri, biasa kemana saja tanpa tergantung laki-laki, melakukan hal-hal tanpa harus menggantungkan diri pada bantuan laki-laki, melakukan apa yang ia suka, kemanapun ia ingin pergi. So?..yah, kebutuhan akan itupun semakin menipis. Sungguh bukan ingin mengatakan wanita sekarang merasa lebih superior, bukan demikian. Hanya saja mengungkapkan semakin menipisnya ketergantungan wanita terhadap laki-laki.

Nah, karena tidak tergantung pada kebutuhan finansial, tidak dependen terhadap laki-laki, sehingga kebutuhan untuk menyegerakan menikah semakin berkurang. Bilang saja kalau engkau tidak setuju, aku hanya mengungkapkan wacanaku saja ehehehe.

Sudah banyak yang menyergahnya, namun banyak juga yang menyetujuinya…ihihihi.

Dengerin deh refrain lagunya oppie:

“Aku baik-baik saja, menikmati hidup yang aku punya..

Hidupku sangat sempurna, I’m single and very happy

Mengejar mimpi-mimpi indah, bebas lakukan yang aku suka

Berteman dengan siapa saja..I’m single and very happy”.

Nah, refrain lagunya Opiie Andaresta ini pastilah lagu kebangsaannya para singel-singel bahagia ehehe, tuh kan kata-kataku beralasan bukan?(maksa kekekek).

Nah, kebutuhan terakhir inilah sepertinya menjadi kebutuhan yang membuat wanita ingin menikah. Kebutuhan akan cinta. Yap, menemukan seseorang yang biasa saja, namun memancarkan pesona diri yang menarik dan klik di hati (hii terinspirasi dari lagu nuansa bening yang tengah menjadi lagu kebangsaanku akhir-akhir ini). Kehadiran cinta yang membuat hidup terasa lengkap, inilah pada akhirnya salah satu kebutuhan manusia untuk menikah.

Apakah kau setuju?

Menghabiskan sisa hidup bersama seseorang yang kita pilih, membuat hidup terasa lengkap. Cinta, Cinta dan Cinta…itu yang dibutuhkan semua orang dalam keadaan, kondisi dan status apapun.

Jadi, kebutuhan akan cinta dan kasih sayang inilah yang pada akhirnya menyebabkan manusia ingin menikah, menurutku..lagi-lagi menurutku yang bukan ahli kehidupan, tapi hanya ingin sekedar menuangkan pikiran saja. Hingga bila belum menemukan orang yang disebut “cinta’ rasanya memang belum urgent untuk menikah. Menilik dari pergeseran kebutuhan yang telah kukemukan di atas.

Memang ada kebutuhan lain seperti kebutuhan biologis, kebutuhan status sosial ataupun lainnya hal tentu saja menyebabkan manusia untuk menyegerakan untuk menikah. Jadi, bagi yang belum butuh menikah, semoga secepatnya ingin menikah ahahaha..



Previous Post
Next Post

5 komentar:

  1. Hasil prajab big bro, ahahaha....

    BalasHapus
  2. Kalau DEPDIKNAS punya program "AYO SEKOLAH!", maka DEPAG punya program "AYO MENIKAH!". Cocok buat jomblowan dan jomblowati yang masuk kategori High Quality Jomblo...he.he.he... seperti dirimu.

    BalasHapus
  3. Lagu Oppie Andaresta yang berjudul I am single but I am happy itu lagu hanya merupakan pembenaran dan pembelaan bagi para jomblowan dan jomblowati yang memang masih mau sendiri dan belum ada rencana menikah...capek dech..he.he.he...

    BalasHapus