Senin, 05 Oktober 2009

Menentukan Arah


Gerimis rintis yang tiada henti sejak tadi siang membungkus suasana yang sendu menjelang sore di Purwokerto. Musim sudah mulai mendekati penghujan, hingga gerimis rintis di pagi ataupun hampir sepanjang hari harus bisa dimaklumi. Tetesannya yang lembut mengingatkanku akan salju, di negeri seberang sana mungkin sebentar lagi musim dingin. Di dunia antah berantah nun jauh di sana, dan aku tengah bergerak mendekati koordinat itu.

Ah, bicara tentang koordinat, aku merasa sejauh ini agak terlalu lambat melangkah. Bukankah tahun ini tak terasa sudah memasuki bulan-bulan akhir? Oh lihatlah serentetan rencana yang tersusun apik di awal tahun yang masih menunggu untuk segera diwujudkan. Sebenarnya di awal tahun, aku sudah menentukan titik-titik koordinat yang harus dituju, target yang harus diraih, tapi aku menemukan diriku masih tersendat dan belum lagi tersenyum puas akan hasil perjuangan.

Apakah aku meragu? Meragu pada apa dulu yang harus difokuskan pada hidup belakangan ini?

Seperti halnya keraguan yang belum menemukan jawaban tentang kemana? pada lembaga apa harus mengajukan beasiswa? topik apa?

Ah, aku memang agak sedikit terlena. Kebimbangan tentang fokus hidup memang agak mendua di pertengahan tahun ini, dan begitulah diri manusiaku lagi-lagi tersenyum rapuh.

Aku harus berpikir ulang, mengaudit langkah, memantapkan titik koordinat dan menyusun strategi. Aku jelas tidak mau menikmati hidup tanpa arahan yang jelas, ada peta yang harus dicermati, ada potongan-potongan puzzle yang harus dilengkapi. Dan yah, aku ingin memantapkan langkah dan arah. Bila memang keputusanku membawa hidup menuju ke hal-hal yang tidak biasa, lalu kenapa? Tidak harus menjadi biasa saja untuk bahagia kan ehehe?

Dan di sinilah aku, di sebuah kursi asyik meruntuti tuts pada keyboard lenovito yang selalu menempati meja belajarku, dengan serentetan musik yang menyelusup gendang telinga, dan secangkir kopi hangat yang selalu setia menemaniku. Bubuk-bubuk hitam dicampur creamer selalu saja membuatku jatuh cinta. Zona nyaman, yah..zona nyaman yang kadang melenakan. Tapi hidup yang dianugerahkan, setiap detik yang terlewati sepertinya harus dijalani dengan kualitas yang penuh sebagai manusia. Belum terlambat untuk kembali melihat koordinat itu dan mengumpulkan semua daya hidup untuk sampai di titik itu!


1'10'09

Previous Post
Next Post

0 Comments: