Senin, 06 Februari 2012

Rindu Tahu

Tahu apa engkau tentang rindu? Tanyakanlah pada tahu, karena ia tahu betapa rinduku padanya. Sederhana saja rindu, tak muluk-muluk, hanya ingin makan tahu. Tahu saja, karena bila ngidam tahu gimbal mas aris di Semarang, tentu saja jauh, dan akupun tidak (terpaksa tidak) ngidam tahu petis kesukaanku di depan pasar Gombong yang berjualan mulai jam 4 sore itu. Aku tahu pasti anak-anak Indonesia yang sekolah ke negeri antah berantah ini banyak disergap rindu, entah rindu keluarga, rindu sahabat, kekasih, ataupun rindu makanan. Sudah sering kudapati upaya-upaya gigih mereka dalam rangka menuntaskan satu rasa, rindu. 
Puput, flatmate-ku nyari labu siam kemana-mana untuk bikin lontong opor, bikin pempek. Lalu cerita kegigihan rekan lain pastilah sudah sering kudengar, berbagi bumbu rendang, dan masakan-masakan Indonesia yang lain. Begitulah rindu, kawan, memberimu segala macam daya upaya untuk menuntaskannya, dan kali ini aku rindu tahu.
Tadinya ingin kubuat semacam tahu yang dibikin opor, tapi niat kuurungkan, kayaknya enak bila diolah original saja. Hanya direndam dengan garam dan bawang putih saja, dan digoreng lalu dilahap panas-panas..hasiih..dan kau tahu..itulah tahu terenak sepanjang sejarahku ahaha...lebaaay..
Kubeli tahu itu di toko cina Chunying, yang letaknya jauh dari flat, harus naik bisa dulu ke city center, lalu jalan sekitar 15 menit ke toko tersebut, panjang perjalanan demi kerinduanku pada tahu.  Dan harganya pun, bikin tarik nafas panjang-panjang, hampir 3 pounds (hampir 45rebu) untuk sebungkus tahu berisi 15 biji. Tapi kau tahu, demi rindu, sepertinya semuanya dikesampingkan. Maka akhirnya tersaji juga tahu goreng panas yang kumakan dengan nasi hangat plus tumis teri, dan oh Gusti...nikmatMu sungguh susah kuingkari.
Mungkin tulisanku terdengar berlebihan, tapi rasailah engkau misal sudah sebulan tak makan nasi, lalu engkau akhirnya menemukannya, rasanya akan berkuadrat-kuadrat nikmatnya. Akhir-akhir kusadari hal itu, Tuhan memang punya mekanismenya sendiri agar manusia belajar bersyukur. Tahu di Indonesia adalah makanan murah yang bisa dibeli dimana saja, tak terlihat, kalah saing dibanding makanan-makanan rupa-rupa yang kini naik pamor dengan semakin nge-trend-nya wisata kuliner yang sekarang berubah menjadi lifestyle manusia masa kini. Tapi kau lihat, tahu yang diolah dengan cara paling tradisional itu, mampu menuntaskan rinduku. Sederhana saja , bukan?
Tahu itu mengajarkan padaku, bagaimana menikmati berkahNya dalam setiap detiknya. Dengan caranya yang sederhana.

**Glasgow, 5 Feb 2012,  8.30 malam dengan bulan yang membulat purnama di luar jendela..




Previous Post
Next Post

0 Comments: