Jumat, 19 Oktober 2012

Sahabat Satu Frekuensi



Bila bertemu dengan orang baru, apakah dirimu punya sistem pendeteksi yang akan segera membuat list-list screening seperti mesin otomatis? Blip Blip.. Si mba-nya kalem, rumahan, atau ni anak rame, lucu, asik diajakin jalan-jalan, atau ih ini anak kayaknya rese, cerewet bla..bla..begitu biasanya sistem pendeteksi otomatis memberikan laporan sementara. Banyak orang bilang “Don’t judge the book from it’s cover” haduuh kalo udah otomatis gimana dong ya? Mungkin ganti, Don’t judge the book only from it’s cover...ehehe ;p
Dari laporan sementara itulah kita menjadikan dasar untuk bagaimana untuk bersikap, apakah :

-       Standar

-       Pasang benteng-benteng

-       Agak terbuka

Begitulah opsi yang biasanya terjadi pada saat bertemu dengan orang baru, yang seperlintasan hidup dengan kita. Sikapku biasanya tergantung dari laporan sementara mesin penscreening otomatis tersebut (istilahnya itu lho..maklum lah yaaa...mantan robot mekanik—paling begitu komentarmu hihi)

Kemudian setelah beberapa waktu ngobrol, berinteraksi, mesin penskreening itupun terus berjalan untuk melakukan verifikasi. Apakah laporan awal mesin pendeteksi itu benar atau ada yang keliru. Si mesin itu re-check dan re-check lagi.

Laporan awal itu setelah ada interaksi beberapa waktu, biasanya akan memberikan simpulan awal, yang dapat digunakan untuk rekomendasi sikap lanjutan. Aih ribet amat yah kedengarannya. Eits ingat, semua sistem berjalan otomatis, jadi saya pun terkadang tanpa sadar bahwa proses itu sedang berlangsung.

Tapi akhir-akhir ini saya tertarik untuk mengamati, karena beberapa hari ini saya bertemu dengan orang-orang baru. Dan menyadari betapa saya mempunyai perbedaan dalam menunjukkan diri saya, ataupun sikap saya pada beberapa orang itu. Misalnya, ada teman perempuan yang baru saja saya kenal, tapi hanya dalam beberapa saat saja saya merasa sefrekuensi, enak diajak ngobrol apa saja, ketawa ketiwi nggak jelas. Tapi dalam waktu yang sama pula, pada seorang teman perempuan lain yang baru saya kenal,  saya bersikap standar, formal, permukaan. Dua-duanya baik, trus apanya yang membedakan cara berinteraksi saya dengan mereka ya? Rasanya beda saja hihi...klik sama enggak klik, sefrekuensi sama enggak sefrekuensi.

Kadang kita bertemu dengan orang baru yang dengannya gampangnya ngobrol, tertawa-tawa, komunikasi rasanya nyambung. Rasanya sefrekuensi. Tapi ada pula kalanya saat bertemu dengan orang baru yang biasa saja, standard. Atau kadang ketemu orang yang dengannya kita cenderung untuk membuat benteng-benteng, tertutup, hanya berdiri di permukaan. Pernahkah mengalami hal ini? Hihi..

Tentang sefrekuensi, kubilang. Klik, kurasa.

Bila saya mengulik lagi persahabatan dengan inner circle saya, rasa sefrekuensi itu bukan berarti kita “sama”. Sama dalam artian karakter, kebiasaan, hobi dll..tidak, kami masing-masing punya karakter yang berbeda, tapi tetap klik rasanya. Kebersamaan dengan mereka selalu menyenangkan, dan selalu menantikan untuk bersama lagi kalau sudah lama tak berjumpa seperti sekarang ini. Komunikasipun tetep baik walau jarak, ruang, jalur hidup sudah berjalan masing-masing. Masih ada pesan-pesan offline skype, BBM atau chat YM /FB yang masih menyambungkan komunikasi kami. Hubungan apapun terkadang adalah kemauan dua belah pihak untuk tetap “saling” menghubungkan jembatan antara dua jiwa, dua hati #eaaaa apaan sih.

Tapi pada orang-orang yang padanya kita bersikap biasa, sulit untuk bisa cair, bukan berarti orang tersebut tidak baik, atau enggak pas..atau apalah namanya. Bila menurutku, hanya enggak “klik” saja.

Chemistry-biasanya orang bilang begitu biar keren. Klik. Cocok. Sefrekuensi. Mungkin kita masing-masing mempunyai radar yang akan mencari/menemukan/ditemukan/saling menemukan orang-orang yang sefrekuensi. Seperti law of attraction, hukum tarik menarik. Yang mirip akan mendekat ke yang mirip.

Itulah mengapa, dalam hidupmu engkau bertemu, berkenalan dan berkomunikasi dengan begitu banyak orang, tapi perhatikanlah..berapa banyak dan siapa yang akhirnya menjadi sahabatmu? Yang kau bisa lari padanya dengan segala macam cerita. Yang kau tak perlu jadi orang lain untuk berbagi apa saja. Kau bisa menyebalkan, bisa menyenangkan, bisa menjadi apa saja. Menjadi manusia tanpa topeng-topeng, tanpa banyak label-label. Mereka tidak banyak bukan? Kira-kira mengapa mereka ada terus dalam hidupmu? Entah kemanapun engkau, dengan siapa kau berpacaran atau menikah, mereka tetap ada. Persahabatan memang ajaib kupikir.

Kita biasa tak sepaham, kita biasa beradu argumentasi, saling sebel, tapi kita bisa juga saling berbagi, jalan-jalan bersama, tertawa, menangis, saling memberi semangat, terus dan terus. Sahabat akan menopangmu dengan sebuah kehidupan yang stabil dan kaya. Sebuah artikel yang saya baca (lupa sungguh sumbernya), seseorang yang berumur 40an, sudah menikah, kehidupannya akan lebih stabil bila dikelilingi oleh sahabat dekat. Glek..hihi kenapa pakai deskripsi umur 40an, sudah menikah bla bla..ahaha lah setiap orang juga kehidupannya akan lebih stabil dan kaya bila dilingkupi oleh sahabat-sahabat dekat yang hangat kan.

Chemitry, klik atau sefrekuensi memang awal yang membuat suatu hubungan apapun berjalan, namun untuk bertahan (duh bertahan sepertinya sebuah diksi penuh penderitaan dan paksaan ya)-ganti ah--untuk terus berlanjut, tetap butuh keinginan kedua belah pihak. Untuk saling berkomunikasi dengan hangat. Hiyaaaa kangen sahabat-sahabatku, semoga Tuhan memberkahi kalian dengan sebuah kehidupan yang hangat dan kaya cinta kasih. Di akhir tulisan, aku ingat sebuah obrolan minggu lalu, yang ngomongin tentang chemistry-klik-ataupun sefrekuensi ini.

            Adek pengen dapet banyak klik?” tanyamu kala itu.

            Maksudnya?” tanyaku sambil setengah tak mengerti,

            Nanti mas belikan mouse, kan banyak klik-nya” katamu dilanjutkan dengan memunculkan ikon tertawa terbahak-bahak.

Dasar badut gendut !!  

 

Glasgow yang terus saja gerimis. 18 Oktober 10.00 pm
Previous Post
Next Post

2 komentar:

  1. ..
    pernah gak, ketemu orang belum ngobrol, belum interaksi, tapi lihat mukannya saja eneg, sebel dan kepengen nempeleng..?
    kata orang chinese itu namanya chiong, shio-nya gak cocok..
    ..

    BalasHapus
  2. ehehe gak pernah sampai seekstrim itu sih, cuma berasa aja enggak sefrekuensi..enggak enak energinya

    BalasHapus