Minggu, 14 Oktober 2012

Sepiring Nasi Goreng kita


Dari seluruh masakan yang biasa kumasak, nasi goreng adalah menu yang tidak biasa. Nasi goreng adalah refleksi masakan sederhana yang dicipta agar tetap istimewa. Iya, bahan utamanya saja hanya nasi, namun biasanya ditambah dengan bahan-bahan lain agar menjadi istimewa. Bisa ditambah telur, teri, seafood, daging, mentimun, acar dll agar lebih terasa nikmatnya. Aku suka masak nasi goreng, baik yang paling sederhana maupun yang ditambah bermacam-macam bahan pendukungnya. Tapi entah mengapa, setelah memasak aku terkadang tak suka memakannya. Paling hanya kucicipi beberapa suap, dan sudah. Selesai.
Aneh.
Memang banyak orang bilang, bila sudah selesai memasak, orang akan malas memakannya. “sudah marem/puas membauinya” begitu kata orang. Memang terkadang begitu, namun bagiku untuk kasus nasi goreng memang tidak biasa dibanding masakan lainnya.
Tapi entah kenapa kau suka makan nasi goreng. Bahkan kau bisa makan dengan menu nasi goreng, dalam dua kali jam makan berturutan.
            Agak keasinan,” katamu sambil nyengir, tapi tetap memasukkan sesendok makan nasi goreng ke dalam mulutmu. Mengunyah dengan lahapnya, dan aku selalu suka memandangimu makan lahap.
Aku tergelak. Lalu kau menyorongkan sesendok makan ke mulutku. Aku menggeleng, aku tidak terlalu suka nasi goreng. Tapi kau selalu tahu caranya biar aku mau membuka mulut dan pasrah menikmati nasi goreng yang ada dalam mulutku.
            Jangan banyak-banyak” kilahku protes. Tapi akhirnya pun menyerah dengan terus mengunyah.
            iyah, sesuap lagi ya,” katamu, yang lagi-lagi berhasil membuatku mengunyah lagi.
           dikit lagi nih mau habis, ayo sesuap lagi, nanggung kasihan nasinya, ” begitu alasanmu. Dan lagi-lagi sesendok nasi goreng itu masuk lagi ke dalam mulutku.
Kemarin kumasak nasi goreng, dengan campuran udang dan suwiran daging ayam. Aku menikmati saat memasaknya, kucicipi dan rasanya lumayan enak. Namun, entah kenapa setelah itu hasrat makanku hilang entah kemana. Lenyap. Hanya kupandangi saja sepinggan nasi goreng itu. Anehnya aku malah membuat kentang goreng dan memakannya untuk mendiamkan perutku yang protes kelaparan.
Mungkin nasi goreng itu mengingatkanku lagi akanmu//atau aku hanya tak bisa lagi makan nasi goreng tanpamu//
Nasi goreng pertama kita, nasi goreng buatanku, yang membuatmu harus menghabiskan jatah porsiku.
Nasi goreng terakhir kita, nasi goreng di sebuah warung tenda kota kita,
Kapan kita nikmati sepiring nasi goreng berikutnya?

Glasgow, 14 Oktober 2012.
Previous Post
Next Post

5 komentar:

  1. Entah mengapa baca ini aku kok tiba2 jadi pengen nangis ya? Aku ingat dia...ah kau tau siapa? Si penggemar jamur :'(

    BalasHapus
  2. Tapi sudahlah tak usah kau sebut lagi... mungkin aku saja yang sedang tak waras, maafkan aku kau yang disana...
    *meracau tak jelas

    BalasHapus
  3. aihhh..hummm...aku tidak bertanggungjawab lho..kabuuuur.. ada yg pengen nangis ;p

    BalasHapus
  4. mungkin karena feeling yang bikin nasi goreng sama yang masak jamur sama ;ppp

    BalasHapus