Rabu, 21 November 2012

Clarity




Kali ini hanya ingin menuliskan yang hal sederhana, saat malam sudah beranjak naik, Glasgow sedemikian tenang malam ini. Maka saya ingin menuliskan beberapa hal saja sebelum duvet bunga-bunga itu menggoda saya untuk segera menghampirinya.

Saat sedang membacai tulisan saya ini, bagaimana cuaca hatimu? Cerah, berawan, atau mendung? Semoga tulisan saya bisa mencerahkan..eh, kalian semua ding yang berkuasa membuat hidup kalian cerah ;p

Bagaimana kabar hidup akhir-akhir ini? Mari kita bincangi sejenak.

Ada yang menganggap hidup itu biasa-biasa saja, bisa makan, sandang, papan cukup, keluarga berkumpul. Maka sudah cukup bahagia.

Ada yang letak kebahagiaannya saat dirinya sudah mampu serve the world’s need, yakni memberikan kontribusinya pada sesama, pada bumi. Dia merasa “penuh” dan bahagia.

Ada yang apapun yang dilakukan agar orangtuanya bahagia, maka ia pun akan bahagia.

Ada yang memaknai cinta dengan degup, dengan binar, bersatunya dua jiwa yang saling menghidupi.

Ada yang memaknai cinta dengan memberi kasih, pengabdian atau komitmen.

Ada yang memaknainya kehidupan di dunia hanya “mampir ngombe”, jadi hidupnya fokus untuk akhirat.

Ada yang bercita-cita jadi kaya agar bisa menyantuni yang berkekurangan, slogannya wanna feed the poor? Be rich!

Ada yang ingin jadi full housewife, mengurusi suami dan anak-anak. Namun ada pula yang ingin berkarir di dunia kerja, dan menyeimbangkannya dengan mengurus keluarga

Banyak, banyak lagi lainnya. Setiap orang punya “nilai hidup” yang pasti berbeda-beda.

Dan pastinya kamu, kalian punya itu bukan? Punya kalian sendiri, masa mau nyontek saya ehehe..

CLARITY

Kejelasan. Kejelasan pemaknaan. Hal-hal di atas terlihat berbeda, namun semua pada dasarnya sama. Letaknya ada pada Clarity-nya.

Misalnya : “ saya merasa nggak cukup hidup menjadi biasa-biasa saja. Tuhan pasti menciptakan saya dengan tugas tertentu. I want serve the others, I will contribute to others.”

Misal loh ituu..okai, that’s the clarity. Jelas. Sering-seringlah bicara pada dirimu sendiri. Maumu apa? Nilai apa yang kau pegang? Hal-hal apa yang penting bagimu?  CLARITY.

Ada seorang teman berkata “ aku nggak tau sebenarnya buat apa aku belajar jauh-jauh ke luar negeri? Atau..” nggak ngerti juga buat apa sih aku berdarah-darah berjuang sedemikian rupa?” atau pernyataan-pernyataan yang hampir serupa.

Hidup tanpa clarity. Betapa hampa, tanpa makna-nya bila hidup sering ada dalam fase “ tanpa clarity” seperti itu.

Humm cobalah baca kata Rene Suhardono nih :
Tak usah dicari ke mana-mana, karena sejatinya bahagia itu sudah ada dalam diri. Tinggal, bagaimana keputusan kita sendiri untuk memaknai bahagia seperti apa. Bagi saya kenikmatan tertinggi adalah ketika kita tahu siapa kita. Kapan bisa discover ourself, kapan menemukan diri sendiri, bagaimana bisa menemukan clarity akan ke mana, bukan tujuannya, tapi clarity-nya.

Tuh kan, jadi kalau ditanya ngelab sampai gelap, bahkan weekend juga ngelab demi apa (kalau alay : miapah?) atau kerja sampai lembur-lembur di kantor demi apa? Pergi meninggalkan keluarga beberapa lama, demi apa? Pengen gendut demi siapa?#eh hihihi..
Jelas kan claritynya?

Selamat membincangi diri sejenak, kawan. Jangan-jangan “ia” kangen lama tak kau bincangi.

Salam cinta dari Glasgow.

 

Glasgow, 20 November 2012 10.30 pm

 
Previous Post
Next Post

0 Comments: