Kamis, 11 Juli 2013

Sebuah Alasan



Kenapa dalam tata bahasa manusia mengenal kata “alasan”? “reason”? Untuk apa? Kata tersebut pastilah diciptakan manusia terdahulu dengan maksud tertentu. Pernahkah terpikir oleh kalian?
Secara bawah sadar ternyata alasan/latar belakang/motif menjadi salah satu yang penting dalam nilai hidup saya. Bahkan untuk mencintai tanpa alasanpun setidaknya saya tahu bahwa itulah alasan saya mencintai seseorang ahaha. Aneh? Entahlah. Saya juga belum menyadarinya terlalu lama. Kadang saya melontarkan pertanyaan ini secara spontan pada beberapa teman/rekan/kenalan saya. Setelah beberapa kali, akhirnya saya menyadari hal ini.
Seorang rekan dosen di Unsoed yang beberapa saat yang lalu akan segera pulang ke Indonesia, karena dia memang bolak balik Belanda-Indonesia selama studi doktoralnya. Risetnya bidang sosial yang bisa memungkinkan dikerjakan dimana pun. Jadi menjelang puasa ia memilih pulang untuk berpuasa bersama keluarganya. Lalu dia berbincang :
            Kalau balik, kita bikin yuk omong-omong sastra. Ntar kita yang cuap-cuap. Anak-anak yang bikin acaranya,” katanya begitu dengan gaya bicaranya yang cenderung asal dan santai. Begitulah memang tipikal teman saya itu.
            “ Hiyaah mau cuap-cuap? ngomong apaan? Tapi okelah. Keren juga,” timpal saya waktu itu.
Saya tidak menanyakan buat apa? Untuk apa? Karena di balik jawaban saya untuk “okelah” saya tahu pasti alasan saya mau melakukan hal tersebut. Passion saya di bidang tulis menulis sudah cukup menjelaskan pada diri sendiri kenapa saya gampang saja bilang “oke”.
Lain waktu, teman saya lain lagi tiba-tiba berkata :
eh gimana kalo kita merintis penerbitan ?aku sih udah kepikiran sejak lama, dimulai dengan menulis sendiri, diterbitkan sendiri (dengan nama penerbit sendiri tapi mesin terbitnya bisa ke yg lain), dijual sendiri dll. serba sendiri. nanti2 juga bisa ke gramedia dkk." ungkap temanku itu.
Nah, dirimu kan keren, ya tulisannya #ehm.. jadi bisa lah kita jual #ngajakSerius” tambahnya dalam chat kali itu.
Lalu  secara spontan saya bertanya :
“ humm motifnya apa?” Tanya saya singkat. Tik tok tik tok.
“Nah itu dia belum nemu ahaha”, dia cuma ngakak.
 Saat itu saya butuh alasan dan sebuah penjelasan yang meyakinkan diri saya apakah saya akan bilang”ya atau tidak”.
Lalu dia tidak bisa memberikan penjelasan yang meyakinkan. Dan bagi diri saya juga tidak mempunyai alasan cukup untuk mencoba ide tersebut. Saya tidak tertarik pada teknis dunia penerbitan, pemasaran. Paling tidak itu yang saya rasai sekarang, entah nanti. Saat ini saya lebih cenderung tertarik pada proses menulis, pada tulisan dan produk-produk tulisan lainnya.
Saya juga masih ingat, pembicaraan saya dengan seorang gadis dari China yang secara kebetulan bertemu di acara makan-makan di flat Eliza, teman saya di Glasgow. Awalnya saya agak canggung karena beberapa orang yang datang tidak saya kenal. Sedangkan mereka sudah kenal satu sama lain karena kuliah di program yang sama.  Saya duduk berdekatan dengan seorang perempuan bermata sipit yang kalem. Awalnya saya agak enggan untuk memulai pembicaraan, lebih memilih berkonsentrasi pada nasi briyani di piring saya. Tapi beberapa saat kemudian saya berbasa basi menyapanya. Lalu dia bertanya pada saya,
            Are you moeslem?” tanyanya dengan suaranya yang lembut pelan. Tentu saja kujawab sambil menganggukkan kepala. Lalu sebuah penyataan yang membuat saya sungguh tertarik yakni dia bilang bahwa ia baru saja menjadi seorang muslim dan sedang belajar beribadah. Hati saya terkejut. Dan tidak bisa menahan kespontanan saya untuk bertanya kenapa dan bagaimana prosesnya? Maksud saya bagaimana ia sampai dalam titik tersebut pastilah ada alasan atas keputusannya tersebut. Kita yang terlahir sebagai muslim mungkin tidak pernah mengalami proses tersebut.
Saya hanya yakin bahwa seseorang melakukan sesuatu dengan alasan tertentu. Bukankah begitu? Karena alasan itulah yang menjadikan energi pendorong di balik setiap tindakan. Paling tidak bila itu tindakan-tindakan besar. Dan bagi saya itu penting.
Bagaimana manusia menjalankan sesuatu tanpa alasan?
Bahkan saya pikir seseorang bingung bila ditanya : kenapa kau mencintaiku? Lalu orang tersebut menjawab : “entahlah. Aku hanya mencintaimu. Mungkin tanpa alasan” #aih ini ngarang banget dialognya ahaha.
Nah bahkan dalam konteks seperti itu, saya berpikir bahwa oang tersebut hanya tak mampu mendefiniskan alasannya dengan pasti. Pasti tetaplah ada alasan.
            Apa motivasimu melakukan itu? Untuk apa?” pertanyaan itu seringkali saya lontarkan secara tidak sengaja. Dan kadang ada beberapa yang terbeliak kaget menerima pertanyaan tersebut, ada yang tampak biasa saja, dan yang begitu antusias menjelaskannya. Nampaknya saya pun bisa menebak seberapa banyak passion yang diinvestasikan pada aktivitas/tindakan seseorang sesuai dengan responnya. Yah, kira-kira mungkin tak jauh meleset.
Saya pernah melontarkan pertanyaan tersebut pada seseorang  yang memutuskan bekerja jauh dari bidang keilmuannya, atau berganti haluan atau saat seseorang yang melakukan hal yang bagi saya masih terasa asing atau aneh. Menjadi menarik untuk mengetahui motif orang untuk melakukan hal tertentu. Teman saya di group GRAD school beberapa waktu lalu, riset doktoralnya di bidang matematika mengukur jarak benda-benda. Bagi saya aneh, buat apa? Pasti ada alasannya? motivasinya untuk apa?
Menurut saya, alasan pula yang bisa merubah perspektif orang akan sesuatu. Anggap saja saya mengetahui seseorang melakukan sebuah tindakan X. Persepsi saya hanya sebatas aksi dari tindakannya saja. Tapi begitu orang tersebut menjelaskan alasannya, persepsi saya tentu saja berubah. Bisa sama atau menguatkan persepsi saya sebelumnya tentang tindakan orang tersebut atau bisa juga merubah sama sekali persepsi saya dengan menciptakan persepsi yang baru.
Bukankah kalian pikir alasan itu menarik dan unik?
Ah saya meracau lagi. Ahaha mungkin karena cuaca yang panas di luar sana.
            complicated” begitu sering kali kamu berkomentar akan isi tulisanku.
Ahaha biarlah, maka teruslah datang dalam hidupku dengan kesederhanaanmu. Dengan senyum dan canda sapamu itu. Dan mungkin begitulah harmoni.

Lab CVR usai eksperimen. 12 July 2013. 3 pm.

Previous Post
Next Post

0 Comments: