Jumat, 23 Mei 2014

Jaga Keypad - Jaga Keyboard



Hiruk pikuk menjelang Pilpres sepertinya bakal mengiringi hari-hari ke depan, dengan meruahnya berita-berita tentang pilpres ataupun status-status di media sosial yang berkaitan dengan Pilpres. Memang terkadang yang membuat jengah adalah berita-berita yang bernada menjelek-jelekkan, menjatuhkan kompetitornya. Pun begitu juga dengan perang status, atau perang komen yang bertebaran di timeline dengan bahasa yang kurang santun membuat polusi pikiran.
Jengah, iya.
Kenapa manusia sih begitu ngototnya untuk mempengaruhi orang lain untuk mau sepihak dengan mereka? Terkadang sampai titik tertentu saya belum bisa mencerna sikap orang-orang yang ngotot untuk memaksakan pilihan mereka.
Orang sepertinya berlomba-lomba menentukan bahwa pilihannya lah yang paling oke, paling tegas, paling jujur, paling bla bla. Terkadang dengan jalan menyebarkan berita yang menginformasikan kekurangan/kejelekan kompetitornya. Sayangnya media juga kini bukan lagi menjadi sumber informasi yang bisa dipercaya kevalidan beritanya. Betapa kita harus berhati-hati membaca, memilih sumber berita, karena banyak sekali berita-berita yang provokatif, judulnya fenomenal, atau kadang berita yang hanya berisi asumsi, persepsi, bahkan yang lebih memprihatinkan lagi berita/artikel dengan bahasa yang tidak layak untuk disebut sebagai produk jurnalisme.
Saya juga punya preferensi keberpihakan dan pilihan Capres mana yang akan saya pilih nantinya. Iya dong, sebagai warga negara Indonesia saya harus tetap ikut berpartisipasi ikut serta dalam demokrasi yang berlangsung. Memang saya jarang menulis tentang politik, ngetweet tentang politik atau bikin status yang berkaitan dengan politik. Tapi sebenarnya saya punya ketertarikan dan kepedulian tersendiri pada apa yang tengah terjadi di kancah perpolitikan tanah air. Mungkin dulu wacana yang banyak berkembang ada pemikiran “sudahlah, yang penting damai-damai, ngapain ngurusin politik” atau pilihan golput yang dianggap sebagai pilihan seksi. Namun, semakin lama semakin saya menyadari mungkin dulu  saya adalah bagian dari masyarakat yang tidak peduli. Mungkin banyak orang-orang yang baik, jujur, cerdas, punya banyak ide untuk kemajuan bangsa ini, namun cenderung tidak peduli. Saya banyak terpengaruh dengan gagasan-gagasan Anies Baswedan dengan gerakan turun tangan, bagaimana kita sebagai warga negara, apalagi seorang warga negara terdidik haruslah ikut serta turun tangan untuk membuat perubahan yang baik untuk negeri ini.
Dan saya melihat menjelang Pilpres ini, kita semua bangsa Indonesia tengah diuji. Seberapa dewasa kita semua menghadapi perbedaaan entah perbedaan pilihan, perbedaan pendapat dan sebagainya. Mungkin saya, kamu juga geregetan saat membaca berita, status atau hal-hal yang kita rasa mengusik. Lihatlah jejaring sosial yang kadang menjadi ajang adu komentar yang kurang elegan. Mungkin saatnya belajar untuk menjaga sikap reaktif kita dengan lebih mengendalikan apa yang kita ketik. Jaga keypad, jaga keyboard. You are what you write. Iyah, karena dengan fenomena dunia maya dan media sosial, keypad dan keyboardlah yang harus banyak kita kendalikan. Pikirlah kembali sebelum menekan tombol enter.
Bangsa ini harus banyak belajar mensikapi perbedaan. Bahwa ketidakseragaman adalah hal yang sangat wajar. Menjelang pilpres ini, saya meyakini bahwa pemenang adalah pihak-pihak yang menunjukan kualitasnya, dengan cara yang ksatria. Bukan dengan cara menjelek-jelekkan pihak lain, bukan dengan menggunakan segala macam cara untuk menjatuhkan kubu lainnya. Saya merindu sebuah kampanye yang elegan, dengan saling bersaing menunjukkan kualitas, kapasitasnya masing-masing. Seharusnya sebagai pemilih, kita dorong orang-orang terbaik Indonesia untuk berkiprah memimpin Indonesia. Kita sebagai pemilih, seharusnya belajar untuk menyuarakan pilihan kita dengan cara yang bijak, santun dan cerdas.
Jaga Keypad jaga keyboardmu. Itu akan menentukan kalian adalah pemenang atau hanya pecundang.
Salam demokrasi damai dan santun.

 Glasgow, 23 May 2014. Di suatu siang yang cerah.
Previous Post
Next Post

2 komentar:

  1. hmm, memang terlalu ramai kampanye yang begitu ya, mba. jadi sangsi nanti hasilnya bakal tetap diterima dengan legowo atau malah bikin rusuh :(

    BalasHapus
  2. semoga tetap aman dan damai heheh :)

    BalasHapus