Selasa, 17 Maret 2015

Tentang Glasgow : Yang Membuat Hati Saya Lumer

Uni of Glasgow terlihat dari jauh-foto : koleksi pribadi


Tahun ini sepertinya akan menjadi tahun terakhir saya tinggal di Glasgow. Kadang-kadang ada rasa rindu sebelum pergi meninggalkannya. Kota yang telah saya tinggali lebih dari tiga tahun ini memang telah menjadi salah satu bagian penting dalam perjalanan hidup saya. Kota yang sebelumnya tidak ada dalam “peta” rencana hidup saya. Dan sekarang, rasanya sudah terbiasa dengan kota ini. Nggak lagi berasa tinggal di luar negeri, rasanya seperti berada di kota yang perlu sekitar sehari perjalanan untuk pulang ke rumah, itu saja. Hanya soal jarak dan ketidakbisaan untuk dengan mudah bertemu dengan keluarga. Namun nyatanya tehnologi seperti skype dan facetime membuat segalanya terasa dekat.
Setelah sekian lama tinggal di kota ini, ada beberapa hal yang membuat hati saya lumer. Tentu saja kali ini saya tidak sedang membicarakan keindahan”raga” kotanya. Namun lebih pada “jiwa” kota terbesar kedua di Skotlandia ini. Apa sih yang membuat saya lumer, hal-hal yang sederhana saja kok,
1. Sapaan supir bus.
Sejak pindah lab ke daerah Garscube, saya pergi ke lab dengan menggunakan bis setiap hari. Entah pagi-pagi selagi mood masih belum bangun ataupun pulang dengan letih. Namun ketika mengulurkan bus pass ticket 10 weeks saya ke supir bisnya, seringkali responnya sungguh tak terduga,
            “Thanks love”-“thank you, darling”. Ataupun sebutan lain dengan muka yang ramah.
Aduh, lumer seketika. Tubuh yang penat atau mood yang agak mendung bisa membaik seketika rasanya. Saya bisa merasakan kalau sapaan-sapaan ramah mereka itu natural, bukan senyum sintetik. Itulah mengapa sapaan ramah mereka terasa dalam hati saya. Kadang-kadang saya juga penasaran, kenapa ya mereka nampak begitu menikmati pekerjaannya? Mungkin karena mereka gajinya cukup, nggak dikejar setoran, nggak peduli berapapun penumpang, gaji mereka tetap sama. Mereka pun nampaknya bekerja dalam waktu yang ditentukan tiap harinya (nggak kelebihan beban kerja). Pernah teman saya bilang saat dia naik bis trus pada saat bus sampai ke bus stop tempat pergantian supir, dan supir penggantinya ternyata tidak datang. Si supir itu tetap meninggalkan bis, dan para penumpang berganti ke bis yang berikutnya. Mungkin karena kesejahteraan mereka yang terjamin itu yang membuat mereka nampak menikmati pekerjaannya itu. Entahlah, yang jelas hati saya terasa “nyes” kala mendapat sapaan ramah mereka. Terimakasih
2. Sapaan orang tak dikenal
Di Glasgow, mudah sekali mendapat sapaan ramah dari orang-orang yang tidak kita kenal. Ataupun sekedar saling senyum saat berpapasan jalan. Sering pula diajak ngobrol ringan kala menunggu bus di bus stop. Tertawa bersama kala angin Glasgow yang terkenal dahsyat hampir menerbangkan tubuh sehingga beberapa orang harus memegang tiang bus stop.
            “ It was terrible outside,” tiba-tiba saja orang tak dikenal itu mengajak ngobrol setelah kami naik ke bus.
Hal-hal seperti itu kadang-kadang bikin hati lumer. Terasa hidup di daerah yang nyaman dan damai. Walaupun menurut UK peace Index yang ditetapkan oleh Institute for Economics and Peace bahwa Glasgow merupakan kota dengan peace index yang rendah dan tinggi kriminalitasnya di UK, namun so far kenyataannya saya merasa damai bahagia sejahtera di kota ini.
3. Kebaikan dan keramahan ada dimana-mana
Entahlah, tapi kebaikan itu akan menyebar dan menular, itu yang saya percayai. Janganlah berhenti berbuat kebaikan, demi diri kita sendiri. Di kota ini juga mudah sekali menemukan kebaikan-kebaikan. Mungkin bisa dirasakan dari perlakuan-perlakuan kecil yang membuat hati lumer. Kalau mau naik bis, bukannya pada berebut mau naik, tapi malah saling mempersilahkan naik duluan. Kalau jalan berbanyak orang, misalnya melewati pintu maka orang yang membuka pintu akan menahan pintu itu sampai orang orang di belakangnya memegang pintu tersebut. Kebaikan dan keramah tamahan bisa ditemukan dimana-mana. Kasir supermarket, orang di jalan, petugas loket subway dan sebagainya. Atau coba deh jalan-jalan, pasti banyak disenyumin orang. Kalau jalan-jalan sore, orang-orang yang jalan dengan anjingnya gemar sekali mengumbar senyum, sepertinya hidup terasa bahagia. Dan yang jelas bahagia itu juga menular. Bahagia terasa hati saya.
Itu beberapa hal yang membuat hati saya lumer selama tinggal di Glasgow, terutama tentang perilaku orang-orangnya sih. Aih, iya..saya memang betah tinggal di sini dan tengah memanfaatkan waktu yang masih ada untuk menciptakan kenangan sebaik baiknya.

Salam dari kota yang saya cintai


Previous Post
Next Post

0 Comments: