Rabu, 24 Desember 2008

Selamat Malam, Odessa...

Apa kabarmu..?hmm maaf bila akhir-akhir ini kita jarang bicara, untuk sekedar bertukar kepala ataupun menghabiskan malam dengan menepis sunyi yang menyelimutiku tiba-tiba.
Odessa,..apa kau lupa bercermin akhir-akhir ini?
Kapan terakhir kalinya kau melihat dirimu benar-benar bahagia?. Bukan bahagia dalam artian baik-baik saja tentunya. Aku yakin kau baik-baik saja. Matahari masih tetap setia menyinari harimu, karena setauku ia memang tidak pernah pilih kasih. Bukan ingin merumitkan dirimu dengan artian bahagia, tapi kenapa dalam sinar matamu akhir-akhir ini tidak lagi kulihat bintang?
Kemana terang benderang kilatan sinar yang biasanya kulihat di matamu, Odessa?
Ditelan kebisingan orang-orang yang berteriak saling berebut jatah rejeki?Digamangkan orang-orang yang melempar senyuman dan kemudian menikammu dari belakang? Atau dikalahkan gelapnya tempat yang kautinggalikah?. Terakhir kali kaubilang.
“Tempat ini membosankan, begitu juga dengan penghuninya, setiap kali kucoba terbang ke atas rasanya ada tembok-tembok kaca di atas langitnya dan aku terpental lagi ke bawah”. Bila tidak salah ingat, Odessa..begitu yang kau katakan saat itu
Apakah engkau sudah berhasil terbang, Odessa?atau masih menguatkan sayap-sayapmu lagi?
Apakah dengan terbang bisa membuatmu bahagia?Engkau masih ingin melihat tanah-tanah yang jauh itu?. Kau pernah bilang kadang kebahagiaan berupa penaklukan bukan?. Saat engkau merasa tanah yang kau pijak merasa tergetar dan takjub saat engkau menaklukan mimpi-mimpimu?
Hmm..apa kabar mimpi-mimpimu kini, Odessa?Masih kau jaga dengan baik atau engkau sudah mulai lelah menggenggamnya erat-erat?.
Aku yakin engkau takkan pernah merasa lelah. Karena setauku mimpi-mimpimu itulah yang selalu membuatmu hidup. Hidup dengan artian yang berbeda dengan sinar yang kulihat dari orang-orang di pinggir jalan itu, yang berjalan terus menabrak tanpa sempat bertanya sebentar, sebenarnya mereka mau kemana?apa yang mereka cari?dan untuk apa mereka berlari?
Kau tidak seperti itukan ,Odessa?.
Tapi kenapa terakhir kali aku melihatmu, keningmu lebih berkerut daripada biasanya?engkau jadi jarang tersenyum…walaupun aku tahu kau tak pernah marah. Tidak bisa marah lebih tepatnya. Ataukah engkau sudah lupa bahwa engkau pernah mengalami saat-saat engkau dalam bawah sadarpun tersenyum, berbinar-binar, engkau jadi kelihatan lebih cantik dari biasanya, Odessa!Apa engkau sudah lupa?
Ya..ya..sinar itu yang membuatmu sungguh berbeda dengan orang-orang yang kukenal.
Oh ya bagaimana dengan penyakit kronismu itu ha?ehehe..ah Odessa, sungguh aneh mendengar penuturanmu waktu itu.
Sungguh ganjil di tengah ratusan orang yang ingin dicintai, engkau justru masih saja beringsut memasang benteng-benteng itu. Apa sekarang engkau masih begitu, Odessa?..
Engkau tidak boleh bilang suatu saat pasti akan sembuh. Hehe..tidak ada suatu saat, Odessa. Adanya detik ini, saat ini. Engkau harus mencoba mengizinkan dirimu merasa dicintai. Ah, kau ini memang aneh…
Baiklah..Selamat malam,Odessa…tentu saja pada pertemuan berikutnya engkau harus memperlihatkan padaku bintang-bintang di matamu. Lagi!
Mari kejar lagi mimpi-mimpi kita, Odessa!
Kita lanjutkan persenyawaan kita…***

23 dicembre’08 23:00
Previous Post
Next Post

0 Comments: