Minggu, 12 Juni 2011

The Art of Doing Nothing

Tiupan angin yang agak keras membangunkanku dari tidur. Hey..ternyata aku ketiduran selama beberapa jam. Hummm rasanya dibangunkan tiupan angin dari surga (ehehe kayak pernah di surga aja ;p).

Sepertinya ini tidur ternikmat yang kurasakan selama beberapa bulan terakhir, ehehe rasanya sih gitu. Hey tebaklah aku tengah dimana? Hum si sebuah kamar hotel kelas atas? Di sebuah resort liburan?atau…dipinjemin pintunya doraemon buat mencicipi seperti apa tidur di Glasgow sebelum kesana?ahaha ngarang deh..

Dengan sebenarnya dan sejujurnya, kuberitahu kalian bahwa aku hanya sedang berada di kamar kosku. Melakukan apa yang kusebut fare niente atau the art of doing nothing alias menikmati hidup dengan tidak melakukan apa-apa. Apakah kalian pernah mencobanya? Ehehe aku..kadang menikmatinya. The art of doing nothing versiku kali ini adalah meninggalkan sejenak tumpukan jurnal yang belum kubaca untuk nyiapin riset studi lanjutku, membiarkan sebentar beberapa koreksian skripsi tergolek (jiaaah tergolek…duh diksi macam apa ini) di meja. Inti pokoknya, pengen menikmati hidup saja, bersama detik yang berlalu. Jadi, beginilah..setelah melakukan ritual pagi, beres-beres kamar yang semakin crowded dengan barang-barang..(sambil mikir, mau dikemanain ini semua barang2 kalo udah mau pergi nanti), ngechat sebentar dengan sahabatku, cu’u di Bali yang tengah menulis proposal untuk S2nya, dan diakhiri dengan kalimatnya,

“ mau masak sop dulu ya” kalimatnya yang terlihat di layar komputer..
“ yap, aku juga mau mandi” balasku, hihihi…akhirnya, “harus” mandi juga ehehe…

Mandi, beli rujak sayur di depan kos, makan dan akhirnya meletakkan bantal super gede di lantai. Pintu kamar kubiarkan terbuka, inilah enaknya punya kamar kos di lantai 2 dan tak ada penghuninya selain aku. Ah..nikmatnya hidup, menggeletakkan badan di lantai dengan bantal—sarung bantal baru berwarna ungu yang kubeli di jogya (jangan mencibirku—kagak beli bantalnya di Jogya sekalian??ehehe..), cuaca purwokerto menjelang siang yang sempurna, cerah ceria namun tak terlalu panas, jadi menempelkan badan di lantai rasanya menjadi begitu nikmat.

Angin yang bertiup sepoi sepoi terasa melewati teras dan masuk ke kamarku, langit biru plus semburat awan-awan putihnya nampak mempesona, daun-daun pohon mangga di depan rumah kos nampak lebih hijau dari biasanya (ahaha, aneh…itu karena aku jarang memperhatikannya). Kemudian siuuuttt burung kecil hinggap di dahan, dan siuuuuttt satu burung lain menghampirinya lalu mereka berdua terbang…sepertinya mereka laki-laki dan perempuan (hadoooh nggak penting juga kali) hihihi….Sementara lagu-lagu di laptopku melengkapi ritualku, hum…Bad English-dengan When I see you smile-nya..membuatku ter-smile…smile…doooh bahasa apa iniiii…

When I see you smile, I can face the world,
You know I can do anything
When I see you smile, I see a ray of light…
I see it shining right through the rain
When I see you smile, Oh yeah, baby when I see you smile at me

Ah, no comment deh…ehehe, yang jelas paduan cuaca, langit biru, angin sepoi-sepoi dan alunan musik itu membuatku berasa di surga! Paling tidak surga dunia versiku. Aih, sederhana bukan? Hanya dengan menikmati apa yang selama ini sering kulewatkan. Kadang terlalu “sibuk” hingga pulang kampus pasti menjelang maghrib, paling-paling menikmati sajian langit di teras saat malam bersama “tiang” itu ahaha..meluk tiang sambil liat bintang…ampun ampuuun, kebiasaan gila nomer tujuh! Ahihihi..

Dan ternyata suasana siang nan sempurna ini membuatku liyer-liyer (bahasa indonesiane opo yo—mengatuk kurang pas!) dan akhirnya terlelap dalam tidur paling nikmat yang kurasakan selama beberapa bulan terakhir. Bila bukan karena tiupan kencang angin, mungkin baru berapa jam lagi aku akan terbangun. Dan hey..aku harus segera mbalap pulang, setelah salat, siap-siap lalu mampir beli jilbab di toko langganan. Kebetulan bertemu dengan seorang rekanan dosen sefakultas di parkiran saat akan beranjak meninggalkan toko,

“ Borong jilbab nih bu?” sapanya sambil tersenyum

“ ehehe, mumpung masih bisa beli disini” jawabku spontan. Welaaah kok yang muncul jawabanku seperti itu ya, beberapa detik mikir sendiri kok jawabanku aneh. Aih, sudahlah paling-paling si ibu-ibu tadipun tak memperhatikan dengan baik apa yang kuucapkan. Aku tak suka jawabanku tadi, berasa akan “segera pergi”, heuu paling nggak suka membahas itu sekarang. Titik. Tidak menerima pertanyaan.

Sesi membalap terasa menyenangkan seperti biasa, sampai di rumah …sepiiii..karena ibu sedang ke jogya menengok sepupu yang lahiran anak pertama,adekku yang bungsu di jogya, adekku yang satu lagi di purwokerto, heuuu. Jadilah ritual selanjutnya adalah masak untuk makan malam, ngobrol dengan bapak sambil nonton tivi..lalu hummm waktunya reading for pleasure..leyeh-leyeh di kasur depan tivi, memulai salah satu daftar aktivitas paling menyenangkan bagiku, baca buku yang tidak ilmiah ehehe…tinggalkan dulu jurnal-jurnal tentang molecular epidemiology dengue yang memenuhi kepalaku akhir-akhir ini, dan menikmati malam minggu yang sempurna. Di ruang depan, bapak menyetel radio dan lagu-lagu jawa mulai terdengar..dan beliaupun mulai nembang jawa seperti biasanya. Aih, inilah surgaku..surga yang sederhana. Dengan seharian melakukan the art of doing nothing, mengistirahatkan sejenak jiwa dan raga, dan surgapun aku yakin bisa terasa dimana saja, dengan keadaan yang bagaimanapun adanya..

Selamat menikmati hidup bersama setiap rasa dalam detik yang berlalu, hidup milikku..hidup milikmu….***

11 June 2011

Previous Post
Next Post

0 Comments: