Senin, 10 Oktober 2011

Memasuki Hutan Belantara PhD

Minggu menjelang pukul 19.00 ..sepi, Glasgow yang senyap. Hanya alunan lagu-lagu indonesia yang berurutan kuputar di jet audioku. Mengiringi loncatan pikiranku yang kesana-kemari.

--projek riset—jadwal—dia--training skills—acara before christmas lab—telp keluarga—mulai bikin literature review--kursus bahasa inggris mulai besok—belajar—masak--dia—novelku—projek antologi cerpenku—dia—dan dia lagi..ehehe :D

Baiklah, lupakan pikiranku yang meloncat kesana kemari—aku mau melakukan terapi. Menulis ehehe—entah kenapa aktivitas menulis merupakan salah satu bentuk terapi untuk menyenangkan diri sendiri. Menikmati kebersamaan alur pikiran, ketikan di keyboard, memilih diksi, dan menuangkan sebuah cerita atau apapun.

Kututup sebentar beberapa jendela jurnal dan satu e-book tentang dengue (topik yang harus kudalami selama tiga tahun ini). Humm..memasuki hutan belantara studi phD yang benar-benar baru, asing dan tak dikenali.

“ Mulai kapan kuliahnya?” begitu pertanyaan 100 dollar, maksudnya bila kuhitung berapa orang yang menanyakan itu, maka aku akan mendapat banyak dollar ahaha..

Kuliah doctoral degree kan nggak ada kuliahnya. Trus ngapain aja??itu pertanyaan berikutnya. Dulupun aku bertanya begitu, ibarat nyemplung ke sebuah dunia yang belum kukenali gambarannya sebelumnya. Ah, bakat nekad dan spontanku memang susah hilang ehehe...

Wis nekad-o nduk..ta restui nekadmu!” masih jelas terngiang pesan seorang dosen senior biologiku menjelang keberangkatanku kemarin itu.

Humm...baiklah..Maka kumulai mbabas alas. Mulai kubacai dua buku tentang doctoral degree....Dan...hummm dalam rentang beberapa waktu, perspektifku tentang waktu studi phD langsung berbalik 180 0 derajat. Dulu kupikir waktu 3 tahun studi PhD akan menyisakan banyak waktu luang, karena nggak ada kuliah resmi. Humm bisa voluntering, bisa kerja, bisa bikin banyak tulisan, bisa bikin novel, bisa jalan-jalan muterin eropa. Hoho baiklah, kini setelah agak sedikit tahu ritme studi doktoral. Pernyataanku berganti :

“ tiga tahun rasanya terlalu singkat untuk studi doktor!!

Hoho,..pantes saja, rata-rata studi doktor diselesaikan dalam empat tahun. Tapi penyandang danaku adalah uang dari republik Indonesia tercinta yang mengharuskanku selesai studi dalam tiga tahun (akupun tak ingin lama-lama disini ehehe), maka tiga tahun adalah patokan waktu yang harus kususun time schedule-nya.

Iyap, studi PhD mengharuskan kita untuk menyusun jadwal akademik sendiri, apa yang harus dilakukan per hari, per minggu, per bulan, per tahun.

** you design the curriculum for your PhD project

Jadi, latihan mengatur diri sendiri, apa yang harus dikerjakan, apa yang harus disiapkan, apa yang harus dipelajari, kapan waktunya, berapa budjetnya, apa kira-kira masalah yang akan muncul, bagaimana mengantisipasinya...

Haisssh, yap..fail to plan is planning to fail sodara sodara!!

Sedangkan aku adalah dosen kemarin sore, dengan pengalaman riset yang ..yaaaaah...masih belajar riset. Dan sekarang ngambil studi PhD yang ternyata hampir bisa dibilang tanpa guidance. Artinya, peran diri sendiri dalam keberhasilan studi Phd memegang poin sentral. Supervisor hanya mengarahkan, memberi saran, paling ketemu seminggu sekali atau bila ada progres dan masalah yang harus dibicarakan.

“You’re an expert...doctoral student usually doesn’t need to take a course” kata Alain-si supervisorku itu. Glek, hadeeeeh tepok jidat...hihihi...

Teringat pertanyaan super konyolku dulu pas pertama kali ketemu Alain,

So, what should I do during my first year of PhD?” tanyaku dengan polosnya. Auwww...bila kalian suatu saat mengalaminya, jangan pernah tanyakan pertanyaan konyol ituu..Iqro dulu!!!Iqro...dan Iqro..baca...bacalaaaah...ahahaa...tutup mukaaaa...setelah khatam membaca buku getting a PhD itu rasanya gambarannya agak samar-samar sekarang hihi...

Gambaran yang samar-samar itu, dibumbui dengan deadline yang kemaren sudah diumumkan administrator college-ku. Deadline literature review Januari, sedangkan annual review (presentasi, report dan evaluasi) Juni...nyum nyummm..baiklaaaaah...I’m in trouble now ahaha....menertawakan diri sendiri.

Jadi, proses studi doktoral ini akan dimulai dengan membuat literature review untuk menunjukkan latar belakang riset, tentang originalitas, kebaruan dibandingkan riset lain, serta riset-riset lain yang sudah dilakukan sebelumnya. Kemudian melakukan penelitian, training yang menunjang penelitian, analisis data, menulis report, presentasi, evaluasi, publikasi ke jurnal, dan menulis disertasi.

Hummm...ayooh masuki hutan belantara ini dengan semangat dirikuuu, ehehe walau mulai dari awal, bila semangat melakukannya, tak ada yang tak ada yang tak bisa...

Jadi, teringat sebuah lagu....

“ When I see you smile...I can face the world..
When I see you smile I can do anything “

Yang ditimpalinya dengan pertanyaan, “wuihh bisa dong bikin pesawat boeing 737 setelah melihat senyumku?” blep..blep...bisa, pakai kertas lipat!
Baiklah, Glasgow masih tetap sepi. Heyyy..kenapa kalian masih membacai tulisanku??ehehe...di Indonesia sudah jam 1.36 WIB dan 2.36 WITA (ahaha maksudnya apa....baiklah, kuakhiri tulisanku sebelum kekacauan sistem semakin parah dan ayo ayooo sinaaaaau).

**kembali membuka jendela e-book tentang dengue...mari belajar!!

Previous Post
Next Post

2 komentar:

  1. hoho ternyata begitu ta. wah kalo ga siap n ga bisa planning y repot y. Selamat berjuang Bu. ehem ehem apa maksude wita tu ?

    BalasHapus
  2. ehehe iyaaaah berjuaaaang...heuheuu semangaaaat...harus kutaklukan ini semua ehehe...thanks:)

    BalasHapus