Pantai terkadang adalah tempat rehat jiwa,
membiarkan tarikan nafas senada dengan aliran debur ombak yang menemui bibir
pantai, kemudian menjauh lagi, ritmis. Karena itulah aku merindu pantai,
menyegarkan kembali raga yang lelah karena banyak hal yang mendera raga ini,
begitu juga jiwa yang butuh jeda, pada banyak cerita yang akhir-akhir ini harus
ditanggungnya. Maka, segera kuiyakan ajakan seorang sahabat baik, mba nuk,
untuk refreshing di akhir pekan ini. Jalan-jalan ke pantai Gunung Kidul merupakan
rayuan yang sulit untuk kutampik.
Sabtu pagi, seusai sarapan pagi, kami meluncur ke
UNY untuk ketemu pak supir, karena mba nuk menyewa supir kantornya untuk
mengantarkan kami ke lokasi. Yeaaah, pak supir yang bernama pak Edi itupun
kaget karena ternyata yang harus dianternya cuma kami berdua ahaha dikirain
rombongan hihi ;p
Lalu sekitar jam 9 pagi, kamipun meluncur menuju
daerah gunung kidul. Bersama obrolan ringan, alunan lagu, dan pemandangan
sepanjang jalan. Beneran piknik hihi...soalnya pemandangan sepanjang jalan juga
cukup menghibur mata, yeaaah apapun tentang jogya memang menenangkan jiwa (haiaaaah ;p).
Jalanan memang kemudian lumayan berkelok-kelok dan
menyempit. Sempat pula melewati daerah bukit bintang, yang terkenal menjadi
tempat populer untuk melihat jogya dari atas saat malam. Heuuuu kepengeeeeen
banget kesini pas malam-malam suatu saat nanti.
Perjalanan memang cukup lama sampai ke lokasi,
mulai melewati daerah-daerah tak berpenghuni, serta bukit-bukit menghijau.
Gunung kidul, kujejakkan kaki ke sini entah berapa tahun lalu, lama sekali
sudah. Saat dulu masih semester awal kuliah S1 di Biologi Unsoed, pas praktikum
Struktur Perkembangan Hewan ke pantai Krakal dan Kukup, jaman masih muda dulu
hehe.
Dan tentang Gunung Kidul, adalah tentang kisah
Galaksi Kinanthi-nya Tasaro GK. Karena salah satu setting tempatnya adalah gunung kidul.
Engkau ingin tahu mana saja tempat yang kukunjungi? Garis pantai yang mengingatkanku akan tali kasih Ajuj dan Kinanthi. Doaku untuk keduanya menyaingi jumlah pasir putih yang menumpahi lidah-lidah pantai di sepanjang batas daratan gunung kidul (Tasaro GK)
Pantai-pantai di sepanjang batas daratan gunung
kidul memang beraneka, kalian bisa memilih mau pergi kemana, karena sepanjang
batas itu menawarkan keindahannya masing-masing walau sepintas hampir sama.
Pantai pertama yang kami kunjungi adalah Pantai Indrayanti, alasannya adalah
bujuk rayu promosi dunia maya.
Ahaha iyaap, beberapa fanpagenya Jogya yang kulike di jejaring sosial facebook (pengen
ngitung berapa kali aku nge-like
setiap ada postingan gambar tentang Jogya hihi)sering mempromosikan
tempat-tempat wisata di Jogya. Dan pantai indrayanti ini tergolong pantai
“baru” karena sebelumnya yang dikenal wisatawan biasanya seperti Pantai Baron,
Kukup, dan Krakal. Maka benar saja, di petunjuk jalan, pantai Indrayanti belum
ada di papan, tapi jangan khawatir karena jalannya memang searah, sepanjang
batas daratan itu memang menyusur pantai-pantai nan indah itu. Dan pantai
indrayanti terletak di bagian timur pantai sundak. Saat mobil sudah mendekati
kawasan pantai, sekilas saja juga mengundang kesan indaaaaaaah, bikin enggak
sabar turun dan menyusuri bibir pantai.
Pantai indah, bersih dan terkelola dengan baik.
Yups, karena pengelolaan pantai ini kabarnya dikelola oleh swasta, dan “Indrayanti”
adalah nama pemilik cafe dan restoran di tempat itu,sehingga nama pantai yang
awalnya “Pulang syawal” itu lebih terkenal dengan sebutan Pantai Indrayanti.
Pasir putihnya yang bersih, debur ombak yang
ritmis menemui tepian pantai, hummm..indaaah. Sayangnya karena musim liburan,
banyak pengunjungnya jadi rameeeee....Coba kalau sepi, tiba di sana menjelang
senja, duduk di pasir-pasir itu sambil melintas cakrawala menyaksi mentari yang
menua, heuuuu...deng..deng....banguuuuun...
Karena terlampau ramai, aku sama mba nuk beralih
ke pantai sebelah, cuma jalan kaki saja dan hummm lebih sepi, dan lebih nyaman
untuk duduk nongkrong sambil menikmati es kelapa muda.
Rehat, ya rehat yang cukup sempurna. Melupakan
sejenak riset, administrasi, urusan pribadi dan memberikan waktu untuk
istirahat bagi diri sendiri. Kadang, jiwa serta raga butuh jeda.
Jeda yang istimewa, meluangkan waktu di antara
deretan rutinitas adalah hadiah bagi jiwa. Terimakasih atas kebersamaan yang
istimewa.
Bulir-bulir
pasir putih di tepian pantai itu mengajariku,
Bagaimana
belajar mencintai tanpa terlalu takut lagi akan kehilangan,
Cinta,
masih bisa tetap ada di situ, seperti bulir-bulir pasir putih itu,
Baik
ombak datang menghampiri atau menjauh pergi, pasir itu tetap menyimpan semua
Entah
dalam kebersamaan ataupun keterpisahan
Cinta
itu mungkin menanti, tapi yang jelas ia terus memberi..
“ Apa di masa depan, biarkan
Tersenyumlah, Tuhan mencintaimu lebih dari
yang kamu perlu (Galaksi Kinanthi-Tasaro GK)
Lalu biarkan tembang Kinathi mengalun..
Mangka
kanthining tumuwuh
Salami
nipun awas eling
Eling
lukitaning alam
Dadi
wiryaning dumadi
Supadi
nir ing sangsaya
Yeku
pangreksaning urip
(Tembang Kinanthi : yang bisa berarti bergandengan
tangan)
Dan kutinggalkan pantai-pantai indah Gunung Kidul
dengan harap suatu saat akan kembali lagi. Menyusuri lagi pasir putihnya,
semoga bisa menangkup senja dengan mentari membulat merona, atau mentari yang
merekah mengawali hari. Suatu saat nanti!!
(merampungkan tulisan ini sembari menemanimu mengisi form dari
jauh, 9 July 2012. 22.47)
3 Komentar
Wuiiih...pantainya indah banget mbak.
BalasHapusiyaaaah pengen kesini lagiiiii...indaaaah bangeeet ngett...:))
BalasHapusmba disana harga sewa penginapan nya berapa permalam?? terus bisa di jangkau dengan angkutan umum gak??? terimaksih untuk infonya... tolong bals ke email ziehafidin@gmail.com
BalasHapusterimakasih