Ibu
keren yah, dosen masih muda tapi udah lanjut S3, pinter nulis lagi, awesome!
Begitu kata seorang mahasiswi UNY yang ngeadd
FB karena ingin tahu tips-tips cara mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Humm benarkah
begitu?
Ah, nyatanya setiap diri selalu mengalami
pergulatan batin, termasuk tentang profesi diri.
Bila memilih, mungkin aku lebih ingin
menjadi seorang editor, wartawan, penulis, atau pekerja media. Karena ke arah
sana-lah sebenarnya passion-ku, yakni
menulis, nampak selajur dalam satu jalur dengan profesi ideal versiku.
Tapi aku ditakdirkan mendua, atau
memilih untuk mendua. Jalan hidup memposisikanku sebagai seorang dosen dengan
tugas tanggung jawab serta komitmennya, serta di lain sisi, passionku menggelora pada dunia
penulisan. Terkadang gamang, membagi porsi dan energi.
Mengerjakan apa yang kita sukai atau
cintai itu mudah. Tak perlu membangun-bangun semangat, tak perlu membujuki diri
sendiri untuk menghasilkan sesuatu yang maksimal. Semuanya terasa natural.
Namun belajar mencintai mengerjakan sesuatu yang tak begitu kusukai bagiku itu
sulit. Mengerjakan sesuatu yang bukan passion
kita, pastilah akan terasa bedanya. Bagaimana harus membangun semangat yang
seringkali gampang tumbang. Seakan bangun pagi dengan meneguh-neguhkan
semangat, yang kadangkala cepat ambruk, lalu karam. Di sinilah aku bisa
membedakan antara saat aku harus mengerjakan tugas profesiku sebagai dosen,
peneliti dan terus menghidup passionku
sebagai seorang penulis.
Makan Siang Bersama Anak-anak sebelum berangkat ke UK |
Sebagai Pembimbing dalam kegiatan Lapangan Mahasiswa |
Melakukan Riset Doktoral di Center of Virus Research, University of Glasgow |
Dua dunia yang kupilih untuk terus
kujalani. Dalam dunia profesiku sebagai dosen, aku menikmati berinteraksi
langsung dengan mahasiswa dengan spontanitasnya, semangatnya yang
masih berlambung tinggi, dan impiannya yang melangit. Rasanya hidup masih
terasa meletup-letup, penuh, dan berwarna. Pekerjaan ini membuatku merasa ikut
mengalir bersama semangat mereka, sementara waktu kerja-pun bisa diatur
sedemikian rupa hingga masih bisa mempunyai me
time yang cukup, termasuk untuk mendua, menghidupi passionku,
menulis.
Dulu menulis kupikir hanya hobi yang
senang kulakukan kala senggang. Semenjak kecil aku suka menuliskan apa yang
ada di kepala, di hati ataupun di angan-anganku. Kadang hanya sebagai media
katarsis hingga mempunyai kanal-kanal penyaluran emosi ataupun rasa yang
mendesak-desak. Aku menikmatinya, hingga terus dan terus menulis. Namun dulu,
tetap saja menulis bagiku tak lebih dari
sekedar hobi. Aku tidak menghidupinya dengan waktu, energi, kemauan dan
kesempatan yang cukup. Lalu jalur-jalur hidup lain menggilas dan mengantarkan
pada jalur kehidupan yang lain.
Tapi akhirnya pun aku tiba dalam titik
kesadaran bahwa menulis adalah sebuah jalan hidup, tak bisa ditawar lagi. Ia
nafas, udara, hidup dan juga mati. Menulis terus bisa membuat hidupku berdenyut
hidup, merangkaikan kata, membawakan makna, dan mungkin yang terpenting
membincangi diri sendiri. Menulis membuat aku tidak hilang dalam hidup. Tangan,
hati, kepalaku akan terus menulis, menghasilkan karya, menjejakkan sesuatu bila suatu saat aku
telah tiada
Dengan Salah satu Bukuku "Koloni Milanisti" |
Book Signing Session-Launching Koloni Milanisti |
Aku, bersyukur terus mendua, dengan
pekerjaanku sebagai dosen, peneliti, dimana aku belajar tentang kesungguhan dan
komitmen. Dan aku akan selalu cinta menulis, dimana aku menemukan hidup dengan
sebenar-benarnya hidup.
Mungkin semuanya ada pada rasa syukur,
ada rasa keberserahan dan sebuah kesungguhan dalam menjalani pilihan hidup.
Menjadi
luar biasa pada hal yang kita cintai mungkin biasa saja, tapi menjadi luar
biasa bahkan untuk hal yang mungkin kita tidak terlalu suka, pastilah istimewa.
(Untuk sahabat-sahabat yang mungkin mengalami
pergulatan batin yang sama, salam semangat)
*Diikutkan dalam #kisahprofesi bintang
berkisah.
(heuu
maksimal 500 kata, banyak yang disortir nih hihi)
Glasgow, 29 Oktober 2012. Ditulis di sela-sela lab work..benar-benar mendua hihi ;p
__
Untuk mengunduh e-book-nya silahkan didownload di : http://bintangberkisah.wordpress.com/2012/11/06/kisah-profesi-ebook/
__
Untuk mengunduh e-book-nya silahkan didownload di : http://bintangberkisah.wordpress.com/2012/11/06/kisah-profesi-ebook/
4 Komentar
aihhh saya juga passionnya menulis #ngikut :D
BalasHapusih ngikut2...selamat berkarya dengan tulisan terus, pak guru :)
BalasHapusjd inget kata2nya mas iwan "menulis membebaskanku, membesarkanku, memberanikanku. aku menulis utk membaca kehidupan. aku menulis utk melepakan air mata. aku menulis utk menjadilanku manusia. aku menulis utk membunuh malam. aku menulis utk bersyukur. aku menulis krn menulis menybuhkan. aku menulis utk merapikan masa lalu. aku menulis utk menggali hati nurani
BalasHapus(iwan setyawan, penulis novel ibuk)
*dan aku menikmati tulisanmu, krn tulisanmu menguatkan, tulisanmu menyegarkan perjalanan hidup, tulisanmu membuatku smakin berani. terus...terus...dan teruslah menulis :)
**heiii....ini tdk lebayyyy :) *sueeeeerrr
huaaaah..rehat ngelab dan buka kompi, langsung lumer membaca komentarmuuuuu....
BalasHapusheuheueuuu terimakasih terimakasih, tulisanku akan kesepian bila tak dibacai, terimakasih telah setia membaca tulisan2ku, bahagia bila tulisanku bisa menjejakkan hati dihatimu, dan juga hidupmu..peluk lupiiii #ini juga tidak lebay..
# itu kalimat di novel ibuk-kah? belum baca hehe