Kamis, 14 Februari 2013

Pertarungan/Diri




1.
Perempuan itu belum lama saya kenal, namun entah kenapa ia mau membagi hidupnya pada saya. Saya terhenyak mendengar runtut kisahnya di balik senyumnya yang bersahaja. Di samping hidupnya yang nampak sempurna, ada satu hal yang sangat ia inginkan dalam hidupnya. Dalam waktu ia menunggu, dan dalam usaha ia berdoa.
Sampai suatu ketika, mungkin sama yang dialami tiap manusia, tiba pada pertanyaan : sampai kapan harus menunggu? Sejauh mana harus berupaya?
Tuhan menganugerahinya ketidakpastian.
Dengan pilihan, ketidakpastian membuatnya menjauh atau mendekat padaNya. Naik turun, katanya. Kadang menjauh, kadang mendekat. Tapi saya ingin mendekat, begitu ia bilang.
Ada rasa trenyuh, haru, takjub, dan simpati padanya. Semoga malaikat semakin rajin menyampaikan doa-doanya agar mujizat Tuhan yang ia nantikan segera datang.
Semoga ia terus berani menjalani hidup dengan pertarungannya itu.

2.
Saya bertemu dengannya beberapa  bulan lalu. Masih cantik dan dinamis seperti terakhir kali saya bertemu dengannya. Hidupnya penuh warna, beberapa negara telah dijejakinya sementara karirnya tetap saja cemerlang. Hidup dalam kasih keluarga yang menyenangkan, dengan sahabat-sahabat yang membanjirinya dengan kasih dimanapun ia berada. Mungkin orang lain melihatnya sempurna, bahagia.
Senyumnya pun tak lepas dari bibirnya bila bertemu. Tapi siapa yang tahu tangis usai sujud yang ia curahkan padaNya? Harapnya dan perjuangannya selama ini, untuk sebuah keyakinan akan sebuah perwujudan.
Dia tetap yakin, walau ia berdoa dengan menengadahkan tangan sedang kekasih hatinya berdoa yang menangkupkannya.
Tuhan Maha Mampu memungkinkan hal yang tidak mungkin, dan memudahkan hal yang sulit.
Semoga tetap berani dan sabar dalam pertarunganmu.

3.
Ia masih mempersalahkan Tuhan, dulu..entah kini. Mungkin saja sudah bisa berkompromi.Semoga. Tuhan yang dulu ia kultuskan sekarang harus dia persalahkan. Tuhan yang dulu Maha Pemurah kini menurutnya jadi Maha Semena-mena. Ia masih tak terima.
Kepahitan hidup, kegetiran..kalian tak kan benar-benar paham, bila tidak mengalaminya. Bilangnya suatu saat.
Ia masih dengan pertarungannya. Semoga waktu dan Tuhan menyembuhkannya. Dan doaku tentu saja untuknya agar bisa menghadapi semuanya dengan lapang.

Baru tiga manusia, sebenarnya bisa seratus, sejuta. Setiap manusia menghadapi pertarungannya sendiri-sendiri. Tuhan tak pernah salah memberi, tak pernah salah memilih. Lalu mengapa harus gentar dan terhenti?

Saya pun dengan pertarungan saya sendiri. 
Ndalem Pogung, 14 feb 2013. 23.43
 
Previous Post
Next Post

0 Comments: