Minggu, 12 Mei 2013

A Good Question




Mengawali minggu pagi yang tenang, dengan membuka HP berisi recent updates teman-teman di BB dan tanda mention twitter. Kubuka perlahan, dan duniaku yang berada dalam lingkaran kosmik yang tunggal seketika pada detik itu pula terkoneksi dengan banyak orang. Dan beberapa distraksi tentu saja. Manusia modern yang aneh, dan tehnologi yang aneh. Kadang sebenarnya jiwa manusia terasa lebih tenang tanpa alat-alat komunikasi itu. Lebih tenang? Ah ketenangan yang didapat dari bersembunyi di liang bukankah terasa seperti prajurit yang kalah perang? Bukankah peperangan sesungguhnya adalah bagaimana membuat hati dan jiwamu tenang di tengah hiruk pikuk dan distraksi?
Aku hanya bertanya, aku tidak ingin menjawabnya. Apa kau punya jawabannya?

Pagi ini mau tak mau distraksi menghampir, dan aku seperti biasanya menghitung dalam hati “ satu, dua, tiga” belum sampai hitungan ketiga rasanya hatiku berkata “ ok, I’m fine”. Tapi aku tidak tahu itu sebuah ketenangan atau sekedar mati rasa? Semacam kekebalan imunitas rasa akibat tempaan panjang?
Aku tidak tahu, aku hanya bertanya.
Kemudian aku menyapa sahabat dekatku yang tengah studi di Aussie via chat skype, berbicara ringan. Sampai pada pertanyaan,
            Kau tau bagaimana membedakan saat Tuhan berkata “tidak” dengan “belum atau tunggu dulu”?” begitu tanyaku.
            Umm, aku tak tahu,”jawabnya singkat.
Membedakan Tuhan berkata “ya” dan “tidak” mungkin terasa lebih mudah, tapi membedakan antara Tuhan berkata “tidak” dan “belum” sungguh butuh upaya yang jungkir balik. Aku pernah mendengarkan sebuah acara seorang motivator terkenal di negeri ini, dan seseorang menanyakan pertanyaan sama yang kuajukan barusan. Jawaban beliau sepertinya tidak menjawab pertanyaan, hanya diakhiri dengan selorohnya,
            Nah itu dia, yang bikin saya jungkir balik untuk mengetahuinya” begitu kata beliau.
Mungkin mencari jawab dengan terus berjalan dan memperhatikan bahasa-bahasa semesta. Mungkin, sungguh aku tidak tahu.
Manusia memang hanya sedikit tahu. Karena itu Tuhan ada.
Hidup memang penuh ketidakpastian. Karena itu doa menjadi kebutuhan.
Aku terus berjalan dengan pertanyaan-pertanyaan. Seseorang bilang hidup kadang adalah tentang melontarkan sebuah pertanyaan bagus dan bergerak mencari jawabannya. Entahlah, mungkin memang begitu.
Banyak orang yang melabeli pertanyaan-pertanyaan itu tanda “kegalauan”. Sayangnya sekarang ini banyak orang yang memberikan label “galau” sebagai sebuah fase yang negatif. Galau banyak diartikan menjadi sebuah ketidakstabilan, ketidakpastian, ketidaktenangan. Ya, memang ada rasa seperti itu, tapi bukahkah hidup diberi nutrisi oleh ketidakpastian hidup, kebimbangan? Karena itulah manusia bergerak maju, mencairkan kestagnanan.
Galau dan ketidakpastian adalah anak tangga yang menaikkan hidup ke anak tangga pemahaman hidup berikutnya.
Bila seorang manusia tak pernah mempertanyakan hidupnya, mau kau beri nama dan makna apa hidupmu?
Aku hanya sekedar bertanya!
Sungguh.

 
Glasgow, Minggu 12 Mei 2013.


Previous Post
Next Post

0 Comments: