Sabtu, 04 Mei 2013

Mengeja Rasa di Dubai



Salah satu sudut Dubai Airport

Lalu lalang orang-orang di Dubai airport ini, riuh tapi aku sepi. Aku, tas punggung dan tas selempangku dan kamu di kejauhan. Jauh, kata itu nampaknya ampuh membuat hatiku terkadang  sedikit menciut. Bahwa jarak antara aku dan orang-orang yang aku cintai tidak bisa lagi ditempuh dengan hitungan jam yang sedikit.
            " Tetap semangat selalu ya, Have a safe flight ya, " katamu di detik-detik terakhir waktu boarding pesawat Emirates menuju Dubai tiba tadi malam. Ah, aku ingin detik melambatkan lajunya. Tapi waktu tak acuh melarikan detik demi detiknya.
Semangat selalu, aku tak ingin berpura-pura bersemangat selalu. Semangat mungkin juga seperti perasaan perempuan yang mengarak rasa demi rasa dengan begitu bergelombangnya.
           " Kalau aku ikut sedih lalu siapa yang bertugas menyemangati?" begitu kilahnya saat sekali lagi aku memprotesi grafik rasa jenis lelaki yang selalu nampak konstan. Lempeng, kata seorang teman melabeli grafik mood laki-laki.

Namun sepertinya kita memang akan menemukan kekuatan pada rasa lemah orang-orang yang kita sayang. Menemukan keberanian pada kecemasan orang-orang yang kita cintai. Ada energi yang ingin kita salurkan untuk memberi kekuatan, ketegaran dan keberanian. Mungkin memang begitu hukum alamnya.
Seorang sahabat dekat melepasku dengan matanya yang bertaburan kaca. Aku menguatkan dengan seulas senyum, bukan berarti aku tidak sedih. Tapi tak ingin membebani semesta dengan membalas kesedihan. Lagipula aku ingin merasa ini bukan semacam perpisahan. Sampai jumpa lagi, begitu kuharap.
Pergi memang selalu sanggup mengaduk aduk rasa dengan begitu sempurna. Begitu pula rasaku.
            "Nano-nano rasanya" begitu kataku padanya semenjak kemarin pagi. Apalagi keberangkatanku kali ini dari Jogya. Dan meninggalkan Jogya yang kutinggali selama beberapa bulan ini tentu saja bukan perkara rasa yang mudah. 
Dubai kali inipun menangkap rasa gamangku, bahwa hidup kembali berubah. Ah, aku memang tahu bahwa hidup dan perubahan adalah pasangan kekasih tak terpisahkan. Tapi perubahan yang rasanya terlalu hilir mudik ini menyisakan kegamangan. Kemarin aku masih dalam ritme menikmati pagi Jogya, ke Lab dengan jadwal sesuka hati, kemudian wisata kuliner yang mendukung nafsu makanku yang kian menggila. Kini, di ruang tunggu di samping orang-orang yang tak kukenal. Dan beberapa jam mendatang, aku kembali akan menghirupi udara Glasgow sekaligus rentetan tanggung jawab yang telah menungguku.
Ah nikmatilah, nikmatilah wahai diriku. Bila katalog rasa tersedia untuk kita, bukankah hidup menawarkan untuk menikmatinya?
Aku tak perlu berpura-pura tak sedih, tak usah pura-pura kuat ataupun berusaha menyembunyikan kegamangan. Aku sama seperti rasa manusia lainnya, tapi di atas itu semua, rasaku berkata “semua akan baik-baik saja.
Dubai dengan berderet-deret shopping shop itu tak terlalu lagi menarik perhatianku. Aku di sini mengakrabi rasaku sendiri.




Dubai airport, 4 May 2013. Sambil menunggu jadwal penerbangan berikutnya bersama Si Silver manis itu. Alur pikiranku, kecepatan keyboardnya masih saling mengenali. Semoga segera cepat saling berharmoni :)

PS : Foto2nya minimalis, soalnya diambil dari tempat duduk bersila ahaha dan males jalan2 narsis ;p
Previous Post
Next Post

0 Comments: