Uni of Glasgow terlihat dari jauh-foto : koleksi pribadi |
Tahun ini sepertinya akan menjadi
tahun terakhir saya tinggal di Glasgow. Kadang-kadang ada rasa rindu sebelum
pergi meninggalkannya. Kota yang telah saya tinggali lebih dari tiga tahun ini
memang telah menjadi salah satu bagian penting dalam perjalanan hidup saya.
Kota yang sebelumnya tidak ada dalam “peta” rencana hidup saya. Dan sekarang,
rasanya sudah terbiasa dengan kota ini. Nggak lagi berasa tinggal di luar
negeri, rasanya seperti berada di kota yang perlu sekitar sehari perjalanan untuk
pulang ke rumah, itu saja. Hanya soal jarak dan ketidakbisaan untuk dengan
mudah bertemu dengan keluarga. Namun nyatanya tehnologi seperti skype dan
facetime membuat segalanya terasa dekat.
Setelah sekian lama tinggal di kota
ini, ada beberapa hal yang membuat hati saya lumer. Tentu saja kali ini saya
tidak sedang membicarakan keindahan”raga” kotanya. Namun lebih pada “jiwa” kota
terbesar kedua di Skotlandia ini. Apa sih yang membuat saya lumer, hal-hal yang
sederhana saja kok,
1. Sapaan supir bus.
Sejak pindah lab ke daerah Garscube,
saya pergi ke lab dengan menggunakan bis setiap hari. Entah pagi-pagi selagi
mood masih belum bangun ataupun pulang dengan letih. Namun ketika mengulurkan
bus pass ticket 10 weeks saya ke supir bisnya, seringkali responnya sungguh tak
terduga,
“Thanks
love”-“thank you, darling”. Ataupun sebutan lain dengan muka yang ramah.
Aduh, lumer seketika. Tubuh yang
penat atau mood yang agak mendung bisa membaik seketika rasanya. Saya bisa
merasakan kalau sapaan-sapaan ramah mereka itu natural, bukan senyum sintetik.
Itulah mengapa sapaan ramah mereka terasa dalam hati saya. Kadang-kadang saya
juga penasaran, kenapa ya mereka nampak begitu menikmati pekerjaannya? Mungkin karena
mereka gajinya cukup, nggak dikejar setoran, nggak peduli berapapun penumpang, gaji mereka tetap sama. Mereka pun nampaknya bekerja dalam waktu yang
ditentukan tiap harinya (nggak kelebihan beban kerja). Pernah teman saya bilang
saat dia naik bis trus pada saat bus sampai ke bus stop tempat pergantian
supir, dan supir penggantinya ternyata tidak datang. Si supir itu tetap
meninggalkan bis, dan para penumpang berganti ke bis yang berikutnya. Mungkin
karena kesejahteraan mereka yang terjamin itu yang membuat mereka nampak menikmati
pekerjaannya itu. Entahlah, yang jelas hati saya terasa “nyes” kala mendapat
sapaan ramah mereka. Terimakasih
2. Sapaan orang tak dikenal
Di Glasgow, mudah sekali mendapat
sapaan ramah dari orang-orang yang tidak kita kenal. Ataupun sekedar saling
senyum saat berpapasan jalan. Sering pula diajak ngobrol ringan kala menunggu
bus di bus stop. Tertawa bersama kala angin Glasgow yang terkenal dahsyat
hampir menerbangkan tubuh sehingga beberapa orang harus memegang tiang bus
stop.
“
It was terrible outside,” tiba-tiba saja orang tak dikenal itu mengajak ngobrol
setelah kami naik ke bus.
Hal-hal seperti itu kadang-kadang
bikin hati lumer. Terasa hidup di daerah yang nyaman dan damai. Walaupun
menurut UK peace Index yang ditetapkan oleh Institute for Economics and Peace
bahwa Glasgow merupakan kota dengan peace index yang rendah dan tinggi
kriminalitasnya di UK, namun so far
kenyataannya saya merasa damai bahagia sejahtera di kota ini.
3. Kebaikan dan keramahan ada dimana-mana
Entahlah, tapi kebaikan itu akan
menyebar dan menular, itu yang saya percayai. Janganlah berhenti berbuat
kebaikan, demi diri kita sendiri. Di kota ini juga mudah sekali menemukan
kebaikan-kebaikan. Mungkin bisa dirasakan dari perlakuan-perlakuan kecil yang
membuat hati lumer. Kalau mau naik bis, bukannya pada berebut mau naik, tapi
malah saling mempersilahkan naik duluan. Kalau jalan berbanyak orang, misalnya
melewati pintu maka orang yang membuka pintu akan menahan pintu itu sampai
orang orang di belakangnya memegang pintu tersebut. Kebaikan dan keramah
tamahan bisa ditemukan dimana-mana. Kasir supermarket, orang di jalan, petugas
loket subway dan sebagainya. Atau coba deh jalan-jalan, pasti banyak disenyumin
orang. Kalau jalan-jalan sore, orang-orang yang jalan dengan anjingnya gemar
sekali mengumbar senyum, sepertinya hidup terasa bahagia. Dan yang jelas
bahagia itu juga menular. Bahagia terasa hati saya.
Itu beberapa hal yang membuat hati
saya lumer selama tinggal di Glasgow, terutama tentang perilaku orang-orangnya
sih. Aih, iya..saya memang betah tinggal di sini dan tengah memanfaatkan waktu
yang masih ada untuk menciptakan kenangan sebaik baiknya.
Salam dari kota yang saya cintai
0 Komentar