Jumat, 23 Oktober 2015

Menjelang Viva

Musim gugur tahun lalu



Glasgow sudah memasuki musim gugur, salah satu musim favorit saya tentu saja karena pemandangan dimana-mana indah sekali dengan warna dedaunan yang berubah warnanya menjadi merah kekuningan itu. Berasa romantis gitu dimana-mana. Daun-daun berguguran, dan suhu udara sejak minggu lalupun sudah turun drastis.

Hari hari menjelang viva, saya pun mencoba fokus untuk belajar..heuu berasanya banyak banget yang nggak ngerti. Viva itu semacam ujian doktoral kalau di Indonesia. Tahap terakhir untuk meraih gelas doktor (PhD). Tadinya otak saya masih santai-santai, masih nonton film di youtube, nulis nulis yang nggak ilmiah, tapi tiba-tiba seminggu lalu datanglah email ke inbox saya yang mengabarkan bahwa akan ada 3 kali mock viva (semacam latihan viva), sekali dengan Mel dan Steph (dua orang Postdoc), kemudian dengan Alain (supervisor saya) dan kemudian dengan mereka bertiga. Jreng! Sejak saat itu otak saya mulai bekerja lagi dengan normal ahaha..memang kadang-kadang butuh digituin, biar bangun dan nggak santai-santaian.

Senin lalu saya sudah melewati mock viva tahap 1, minggu depan ada mock viva dengan supervisor saya dan minggu depannya lagi dengan mereka bertiga, beberapa hari sebelum viva saya yang sebenarnya. Haihh berasa serem serem gimana gitu sebenarnya. Tapi so far, baik baik saja. Cuma harus banyak belajar dan fokus, biar otaknya tetep jalan.
Dan mungkin juga sembari diselingi jalan-jalan #halaaah..kan belum foto-fotoan di antara guguran daun musim gugur.

Demikian sekilas cerita, belum bisa nulis-nulis yang macem-macem lagi. Mau pamit belajar dulu untuk persiapan viva, nanti setelah viva InsyaAllah bisa nulis-nulis nggak jelas yang lebih banyak lagi.

Salam dari romantisme musim gugurnya Glasgow
23 Oct 2015
 

Minggu, 11 Oktober 2015

Aisha, Seberapa Jauh Kita Kenal Dia?




Aisha, nama itu semenjak sekitar dua bulan lalu begitu menarik perhatian saya. Salah satu sahabat baik saya bercerita kalau ia memesan kindle buku “ Aisha, the wife, the companion, the scholar” dari amazon dan sedang merampungkan membacainya. Dari ceritanya itulah saya jadi tertarik untuk membacai tulisan tentang Aisha dari berbagai sumber. Hik malu memang, pengetahuan saya tentang salah satu isteri Rasullah SAW ini sangatlah sedikit. Seringkali yang sering terlintas selama ini, ya hanya Aisha-isteri Rasullah SAW yang dinikahi dalam usia yang sangat muda. Kemudian sedikit cerita tentang tuduhan perselingkuhan Aisha yang diceritakan dalam An-Nur. Lainnya nggak banyak ngerti hahaha..hiks.. ya perempuan muda yang dinikahi dalam usia yang belum dewasa memangnya bisa apa sih? Kasarnya begitu ya yang sempat terlintas..ya ampuuun parah ahah.

Nah..nah, ternyata setelah membaca tulisan-tulisan mengenai Aisha, saya gantian malah jatuh cinta berat. Keren banget ini perempuan, batin saya. Ternyata si perempuan muda ini memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah islam dan juga pergerakan perempuan dalam islam. Dan apalagi kisah cintanya sama Rasullah SAW ya yang sering kali bikin lumer ehehe. Karena di antara isteri-isteri Rasulullah SAW, selain Khadija, Aisha-lah isteri yang paling dicintai dan disayangi Muhammad SAW. Dari tulisan-tulisan yang saya bacai jelas sekali adanya equal relationship dalam pernikahan Rasulullah SAW dan Aisha. Padahal rentang usia mereka itu jauh banget ya, karena mereka menikah saat Rasul berusia 55 tahun, sedangkan usia Aisha sekitar 7-10 tahun, karena banyak sekali sumber yang menyebut usia yang berbeda-beda. Kenapa selama ini yang ditonjolkan adalah cerita pernikahan yang sangat muda ini ya? jadi selintas mengesankan kalau islam mendukung pernikahan di bawah umur. Padahal tidak demikian, bahkan Aisha tetap tinggal bersama orang tuanya, Abu Bakar dan Umm Ruman selama beberapa tahun sebelum akhirnya hidup bersama Rasullullah SAW. Konon pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Aisha ini dimaksudkan untuk mempererat hubungannya dengan Abu Bakar yang bermakna politis, dan secara budaya arab hal itu sering dilakukan dengan pernikahan.

“ In mecca, where belief, self sacrifice and bravery were so necessary, He gave him Khadija; In Medica, where the requirement of knowledge, intellegence and reasoning were felt, He bestowed him, Aisha. ( Aisha, the wife, the companion, the scholar)

Yang paling menarik dari sosok Aisha adalah kombinasi antara kecantikan, kecerdasan dan kematanganya walau di usia muda. Seperti disebutkan di beberapa tulisan bahwa Muhammad and Aisha had a strong intellectual relationship. Aisha merupakan salah satu dari 3 isteri nabi (dua lainnya yakni Hafsa dan Umm Salama) yang hafal Al Qur’an. Karena intelektualitasnya itulah Aisha dijuluki “Mother of Believer”. Ia juga menarasikan 2210 hadits yang tidak hanya mengenai kehidupan pribadi Nabi Muhammad SAW, tapi juga hal-hal seperti warisan, ziarah dll. Beberapa sumber juga menyebutkan kalau ia juga mempelajari beberapa bidang keilmuan seperti kedokteran dan kesusastraan. Whoah, mengagumkan sekali sih menurut saya.

Dari beberapa tulisan yang saya baca, Aisha juga digambarkan manusiawi seperti pernah cemburu terhadap isteri-isteri nabi yang lain, mendebat nabi kala ada hal yang tidak sesuai dengan pemikirannya. Kalau kisah tentang romantismenya dengan Nabi banyak bertebaran dimana-mana. Saya sih bayanginnya kalau mereka berdua tuh saling cinta banget, dan Nabi Muhammad SAW sepertinya can’t help fallin in love with her. Panggilan kesayangan beliau kepada Aisha pun unyu banget : “Aisy”. Kalau mau belajar menjaga keromantisan rumah tangga, sepertinya kisah Nabi Muhammad-Aisha ini harus banget dijadikan rujukan *kode ahah.  Ya soalnya ada banyak kisah-kisah yang membumi banget seperti kala Rasullullah SAW lomba lari sama Aisha, kala menggendong Aisha pas mau nonton pertunjukan, ataupun hal-hal yang sederhana seperti menyisirkan rambut atau mengoleskan krim ke tubuh Rasulullah. Dan pada akhirnya pun Rasulullah SAW di akhir hayatnya saat sakit-sakitan pun meminta ijin pada isteri-isterinya yang lain untuk dia bisa beristirahat di rumah Aisha, dirawat dan pada akhirnya meninggal di pangkauan Aisha. Aih, indah banget sih kisah cinta beliau berdua.

Sepeninggal Rasullullah SAW, peran Aisha sangat terasa terutama sebagai rujukan utama tentang praktik ibadah Nabi, dan banyak mengungkapkan sunah-sunah Nabi Muhammad SAW. Coba deh baca-baca tulisan yang menyebutkan praktik-praktik ibadah Nabi Muhammad SAW hampir sebagian besar dikisahkan oleh Aisha. Kenapa bukan oleh isteri-isteri lainnya coba? Mungkin inilah keistimewaan Aisha dengan intelektualitas dan memorinya yang kuat.  Salah satu kontribusi intelektualitasnya yakni menjadikan teks verbal islam menjadi bentuk tertulis yang menjadi sejarah resmi islam. Beberapa kisah juga menyebutkan peranan politiknya pada tiga kekhalifahan yakni Abu Bakar, Umar dan Uthman. Ah, perempuan ini ternyata sangat memikat hati. Dan akhirnya saya pesan buku “Aisha, the wife, the companion, the scholar” via amazon dan tengah menunggu kedatangan buku itu di tangan saya. Habis penasaran berat dan pengen tau lebih banyak aja sih. Nanti kalau bukunya sudah datang dan sudah saya baca, InsyaAllah saya bagikan reviewnya. Semoga semakin banyak perempuan-perempuan yang terpesona untuk meneladani keistimewaan perempuan kesayangan Nabi Muhammad SAW, Aisha. 

 10 October 2015. Glasgow menjelang tengah malam
 

Sabtu, 10 Oktober 2015

Nanti Pasti Ada Jalannya








Semalam saya liat postingan sahabat baik saya di wall ayahnya, mengucapkan selamat ulang tahun dengan tautan lagu “Yang Terbaik Bagimu”. Saya tiba-tiba ingin mendengarkan lagu itu, dan kemudian ada rindu menyeruak. Rindu bapak.
Lelakiku itu, hampir lebih dari dua tahun tidak bertemu muka, walaupun sering kali menyapa lewat bbm ataupun video call via skype. Tapi memang hadir dalam nyata selalu saja menghadirkan perasaan perasaan yang berbeda. Saya jadi semakin menyadari, distance is a matter..jarak tetap saja membatasi pertemuan-pertemuan yang nyata. Walaupun kemajuan tehnologi membantu untuk bisa mengeliminasi keterbatasan-keterbatasan jarak.

Saya merindui lelaki itu, dan kemudian rasanya ingatan melintas menjelajah melewati tahun demi tahun yang telah lalu. Saya mendewasa, dan ia semakin menua. Kadang kala kita ingin menyangkal perubahan, tapi saya menyadari satu-satunya cara berdamai dengan kenyataan adalah menerimanya.

Saya tetap dan selalu mengagumi bapak. Mungkin semacam narsis di bawah sadar, karena saya merasa sepertinya banyak mengcopy sifat-sifat beliau.  Ada satu yang baru saya sadari beberapa waktu ini.  Saya menyaksi banyak perjuangan-perjuangan beliau, bagaimana memperbaiki kehidupan keluarga, menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi dan banyak peristiwa hidup lainnya. Kegigihan, persistensi dan tidak pernah menyerah.

            “Nanti pasti ada jalannya,” kalimat itu sering saya dengar kala menghadapi saat saat sulit ataupun ketidakpastian.
Kalimat itu juga sering beliau sampaikan pada saya kala dulu saya menapaki kehidupan dengan berbagai macam peristiwa jatuh bangunnya kehidupan.
Hidup saya sejak dulu tidak mudah, walaupun saya sangat sadar ada banyak kemudahan-kemudahan yang datang dalam hidup saya. Hampir semua aspek dalam hidup saya, rasanya diperoleh dengan perjuangan. Hidup saya penuh struggle, eh tapi mungkin memang tiap orang struggle dengan kehidupannya masing-masing ya? Walaupun mungkin ada yang naturally hidupnya lebih gampang dibandingkan lainnya..

Atau sebenarnya ini hanya masalah perspektif belaka? Susah-berat-gampang? Memang relatif untuk setiap manusia. Entahlah.
Tapi yang jelas orang tua saya saja sering berkata: “sudah hapal kok, nanti pasti dikasih jalan,” begitu kata mereka. Mereka hapal akan kesulitan-kesulitan yang sering kali menghampiri hidup saya. Kadang-kadang itu melegakan namun juga mendatangkan sebersit rasa bersalah. Karena mau tidak mau, orang-orang tercinta saya juga terkena imbasnya. Ikut mikirin ahahah. Itulah makanya, sekarang ini saya lebih memilih mana-mana yang harus saya ceritakan, mana mana yang harus saya selesaikan sendiri. Saya tidak ingin lagi membebani mereka, walaupun sebenarnya mungkin mereka tak pernah merasa terbebani.
Cinta, begitulah cinta mengejawantah sedemikian rupa.

Saya kini baru tersadar, selama ini orang tua saya  memberikan kesempatan pada saya untuk menghadapi kesulitan-kesulitan, tidak pernah memproteksi berlebihan serta jarang memanjakan. Saya yakin setiap orang tua ingin yang terbaik untuk anak-anaknya dengan pola asuhnya masing-masing. Dan saya bersyukur orang tua saya memberikan kepercayaan pada saya dengan pola asuh yang demikian. Membiarkan hidup menempa saya.

Nanti pasti ada jalannya,
Nanti pasti ada jalannya,
Nanti pasti ada jalan dariNya,

Semacam mantri sakti pemberi harapan. Mungkin itulah kenapa naturally saya lebih cenderung menganut konsep optimisme dengan menggenggam harapan sebagai tenaga penggerak saya.
Dan saya tidak pernah jauh jauh melihat contoh lain, bapak menjadi contoh hidup yang saya saksikan perjuangannya.

Tapi saya juga menyadari belakangan ini, hidup mencobai dengan banyak hal. Dan saya mendapati salah satu pelajaran yang sulit adalah bagaimana membedakan saat kita harus terus berjuang dengan kapan saat kita harus melepas. Kala jalan masih sulit..saya sering berpikir mungkin kita harus berjuang lebih keras, mungkin waktunya belum tepat, mungkin kita harus lebih banyak berdoa dan merayu Tuhan. Tapi sungguh membedakan pertanda kapan harus terus berjuang dan kapan harus melepas menjadi hal yang sulit untuk saya.

Melepas seringkali berkonotasi dengan menyerah, dan menyerah merupakan kosakata yang jauh dari hidup saya. Walaupun melepas berbeda dengan menyerah, saya tahu itu. Tapi sungguh pelajaran pelajaran ini terus memperkaya lajur lajur hidup.
Saya  lebih memilih untuk terus berjalan berjuang, biar Tuhan nanti yang menunjukkan jalanNya,
Nanti pasti ada jalannya, jalan dariNya.

Bapak.. semakin kuarungi hidup..semakin aku tahu betapa hidup bukanlah hitam dan putih. Hidup bukanlah jalan yang lurus-lurus saja, ada banyak kelokan, banyak persimpangan, banyak onak duri di sepanjang jalan. Tapi hidup pula menganugerahiku dengan orang orang yang selalu ada untuk menemaniku berjalan dan berjuang, membersamaiku menghadapi segala macam perjalanan hidup.

Ah, saya merindui lelakiku itu. Semoga senantiasa diberikan kesehatan dan umur panjang, bapak.
Salam rindu dari Glasgow

 


10 October 2015. Udara mulai mendingin, kala Glasgow senyap dini hari