Selasa, 05 Februari 2019

Untukmu yang Menggangap Hidupnya “Begini gini Aja” #10yearschallenge


Kalian pernah nggak merasa “hidupku kok begini gini aja ya”? hayoo pernah enggak? hehe jangan khawatir, saya juga kok pernah merasa begitu.

Terkadang melihat kehidupan teman-teman seangkatan yang sudah begini sudah begitu..jadi rasanya kok saya begini gini aja.  Apalagi dengan era sosial media sekarang ini, semuanya berseliweran tiap harinya yang menyebabkan benih-benih “comparing to others” itu mudah sekali menggejala.

Itulah mengapa kita sering merasa “kok hidupku begini gini aja ya”. Apalagi kalau tidak terjadi perubahan perubahan signifikan dalam hidup di permukaan. Maksud saya di permukaan itu yang terlihat jelas seperti lulus kuliah, mendapat pekerjaan, menikah, punya anak, punya rumah dan hal hal yang membuat perubahan hidup bisa terlihat dengan jelas.

Sebagian besar orang yang fokus melihat pada perubahan perubahan di permukaan ini. Saya pun terkadang begitu.

Mari lihat ke dalam. Lihat ke dalam..
Satu-satunya yang tahu pasti perubahan dalam hidup adalah dirimu sendiri. Namun seringkali kita lebih sering berfokus pada hal-hal di permukaan dibandingkan perjalanan ke dalam diri.

Look at the details,
Kita sering lupa mengapresiasi diri sendiri, terhadap keberanian-keberanian yang pernah kita buat dalam mengambil keputusan dalam hidup. Terhadap kerja keras yang telah kita upayakan. Terhadap upaya upaya kita untuk menerima kehidupan yang terjadi. Saya, bukan lagi saya 10 tahun yang lalu. Tentu saja kalian juga.

Beberapa waktu lalu sempat menjadi trend 10 years challlenge, yang menampilkan foto 10 tahun yang lalu dibandingkan dengan foto sekarang. Kita kebanyakan lebih banyak menilik seberapa orang berubah secara penampilan, soalnya yang nampak memang hanya gambar dalam foto. Tapi perjalanan selama 10 tahun terakhir yang persis tau pasti adalah diri kita sendiri. Ini yang seringkali kita lupa.

Kalau saya melihat foto di atas, yang sebelah kiri itu ketika saya sedang short course bahasa Italia di Perugia. Foto tersebut diambil seusai kuliah di salah satu gedung Universita per Stranieri di Perugia. Saya masih nampak polos dan kurus di foto tersebut, tapi senyumnya nampak masih sama dengan foto sebelah. Yang berbeda dan tidak orang lain lihat adalah..senyum sebelah kiri adalah semacam senyum penaklukan mimpi mimpi, kemenangan atas perjuangan tak kenal lelah..dan kebanggaan. I proud of myself. Gampang sekali untuk mencintai diri sendiri waktu itu. Kalian mungkin pernah juga ada dalam tahap itu.

Tapi senyum sebelah kanan, adalah semacam senyum yang mengatakan betapapun hidup memberikan banyak jalan sulit, kehilangan orang orang tercinta, bahkan kehilangan harapan..tapi hidup terus berjalan dan dihadapi dengan senyuman. Dan senyum itu adalah upaya belajar untuk bisa mencintai diri sendiri kembali.  Mungkin juga kalian pernah ada dalam tahap betapa sulitnya kembali mencintai diri sendiri lagi. Iyah, hidup terkadang berjalan tidak sepenuhnya seperti yang kita inginkan. Tidak seperti yang kita rencanakan.

Tetaplah berjalan..Tetaplah hadapi. Lalu mungkin.. di sepanjang jalan ke depan, kita akan menemukan harapan lagi.***


Previous Post
Next Post

1 komentar:

  1. Sekarangpun saya merasa begini gini aja mba. Apa kurang bersyukur yah

    BalasHapus