Glasgow dan Perubahan


Bus menuju London hanya tinggal beberapa jam lagi meninggalkan Glasgow. Saya sudah merapikan koper dan barang-barang yang jadi beranak pinak. Dan sibuk berusaha menentramkan hati saya yang rasanya tengah tak menentu.

Antara ingin segera pulang, menemui senyum ibu di rumah dan meninggalkan Glasgow. Glasgow yang..entahlah!

Glasgow yang sama dengan kehangatan dan ramah senyum sapa orang orangnya. Yang masih saja dengan cuacanya yang seringkali berubah ubah. Gloomy yang menghiasi hari, namun kebaikan orang orangnya membuat hati selalu menghangat. Yang selalu menyambut dengan tangan terbuka tiap kali saya pulang padanya.

Tapi Glasgow juga tak lagi sama, karena tiada lagi sahabat sahabat, orang orang yang dulu bersama sama sekehidupan selama saya di Glasgow. Semuanya berubah, tak lagi sama. Tanpa mereka, ada rasa yang hilang. Ada sebuah lubang kehilangan yang besar. Bahwa saya datang sebagai outsider, bukan lagi sebagai penghuni seperti dulu. Yang selama empat tahun telah menganggap tempat ini sebagai rumah. Bahwa jalan jalan seperti Byres road, Greatwestern Road atau kawasan city centre begitu diakrabi. Ketika berbelaja ke Tesco, Sainburry atau Lidl kembali mengingatkan akan kebiasaan waktu dulu.

Bahwa pernah kujalani kehidupan di sini, ketika berjuang menyelesaikan studi S3 di University of Glasgow. Masa masa yang tak mudah, tapi juga masa masa yang sungguh menyenangkan. Mungkin itulah yang membuat perasaan saya tak menentu. Ketika selintas demi selintas kenangan hadir di ingatku. 

Lalu saya diingatkan kembali..
Bahwa hidup harus terus berjalan..yah harus terus berjalan. Kembali ke rutinitas pekerjaan. Perjalanan ke UK selama 2 minggu ini rasanya cukup lama. Dari perjalanan Purwokerto-Jakarta kemudian terbang ke Abu Dhabi- lalu tiba di London. London kemudian bergeser ke Birmingham, pergi ke Stratford Upon Avon kemudian baru ke Glasgow. Rasanya lama kutinggalkan meja kerja dan kampus bersama rutinitas harian yang biasanya padat merayap. Pergi pagi pulang sore ataupun bahkan malam untuk urusan pekerjaan.

Rindu juga dengan canda tawa teman teman sekantor saya. 
Sayapun rindu rumah. Selain tentu saja rumah orang tua saya di Kebumen, saya rindu rumah saya di Purwokerto yang kosong selama saya pergi. Semenjak punya rumah, memang saya cepat rindu pulang.
Saya ingin kembali menata lagi rumah mint saya.

Ya, Glasgow memang salah satu rumah hati saya.. yang selalu menyimpankan rindu. Tapi hidup saya ada di Indonesia kini. Semoga jetlag fisik dan rasa tidak terlalu lama sehingga saya bisa segera ngebut kerja lagi..hehe

Lantai 9, Euro Hostel Glasgow. 12 Sept 2019

2 Komentar

  1. Ka, Saya mau Tanya Tanya tentang Glasgow, apakah bisa ngobrol sedikit lewat email?

    Terimakasih

    BalasHapus
  2. @hamidah : silahkah email saya : siwimars@gmail.com

    BalasHapus