Menuju Heidelberg : Romantisme Kota Tua di Tepian Sungai Neckar



Pagi ini saya bersegera mengontak penerjemah Bahasa Jerman untuk mengurus pengiriman dokumen terjemahan  ke Bahasa Jerman sebagai salah satu syarat pengurusan Visa Schengen. Janji temu di VFS Global insyaAllah dijadwalkan tanggal 11 Juni esok. Sepertinya antrian ajuan visa Schengen sedang banyak-banyaknya, jadi slot kami bisa booking baru kosong Tanggal 11 Juni minggu depan. Agak deg-degan juga karena waktu janji temu dengan rencana keberangkatan kami cukup dekat. Kami bersepuluh rencananya akan menuju Heidelberg Tanggal 26 Juli nanti. Semoga visa-nya bisa terbit dengan cepat.


Seperti biasa, urusan visa ribet dengan pernak pernik dokumen persyarataannya. Memang membutuhkan waktu dan energi untuk ajuan visa Schengen. Terakhir kali mengajukan visa Schengen ternyata Tahun 2008 lalu ketika akan ikut short course Bahasa Italia di Universita per Stranieri di Perugia. Rasanya agak sentimental gitu dengan proses perjalanan ini. Sudah lama banget sejak pandemi, nggak keluar negeri. Menikah dan punya anak, membuat saya lebih banyak berfokus di rumah dan pekerjaan saya di kampus. Perjalanan dinas luar pun hanya di beberapa kota saja karena ternyata setelah ada Deva, kalau dinas luar pengennya segera pulang.


Nah, kali ini keberangkatan saya bersama dengan 4 rekan dosen lain dan 5 mahasiswa magister kesehatan masyarakat yang akan mengikuti short course tentang proposal grant writing di Heidelberg University selama 10 hari. Excited? Tentu saja. Menuju Jerman, negara yang belum pernah saya jejaki sebelumnya pastilah menghadirkan debar-debar yang menyenangkan. Tapi lagi-lagi, saya tentu harus menyiapkan hati karena harus meninggalkan Deva selama kegiatan tersebut. Ini pertama kali dinas luar ke luar negeri setelah ada Deva dan hampir dua minggu lamanya. Semoga nanti bisa membawa keluarga untuk kegiatan yang berdurasi 3 bulan. Aamin Ya Allah. Kencengin nabungnya hehe..


Kegiatan ini merupakan buah kerja sama dengan Heidelberg University dalam hibah DAAD yang berjangka waktu 4 tahun. Semua biaya ditanggung melalui hibah DAAD tersebut selama 10 hari, kecuali biaya perpanjangan selama 3 hari. Kami memutuskan untuk extend selama 3 hari untuk jalan-jalan ke beberapa kota yang dekat dengan Heidelberg. Karena sayang dong sudah jauh-jauh ke sana tapi tidak jalan-jalan,


              “Kalau jadwalnya orang Jerman ketat. Kalau jadwalnya seharian course-nya ya beneran begitu,” kata Mas Budi, Dekan kami yang dulu alumni PhD di Heidelberg University.

Makanya kami memutuskan untuk extend beberapa hari biar ada waktu jalan-jalan hehe. Ada perasaan sentimental saat menyusun itinerary rencana perjalanan. Rasanya sudah lama sekali nggak nyusun itinerary seperti ini. Kayaknya terakhir bikin-bikin saat jalan-jalan seminggu saat libur natal entah tahun berapa saat PhD di Glasgow dulu. Sudah lama sekali.


Makanya saat browsing, mencari kota yang menarik di dekat Heidelberg, mencari tau harga tiket kereta, dan hotel-hotel di kota tujuan, rasanya begitu nostalgik hehe. Ternyata saya menikmatinya, emang dasarnya hobi travelling. Dan yang membuat excited lagi, kota Heidelberg sepertinya cantiiiik banget. Kalau dilihat dari foto-fotonya, mirip karakteristiknya dengan Edinburgh. Ada kastil Heidelberg, dan kota ini terletak di tepian Sungai Neckar dengan pemandangan yang romantis. Tipikal kota tua yang saya gemari. Semoga di sela-sela course nanti  masih bisa ada waktu sedikit menjelajahi Heidelberg.


Sekarang ini tentu fokus pada pengurusan visa, mencoba menyelesaikan beberapa kegiatan penelitian, pengabdian dengan harapan waktunya bisa lebih agak longgar nanti. Tentu juga menyiapkan Deva yang akan mulai sekolah PAUD pada Juli nanti. Semoga semuanya berjalan lancar, dan mudah-mudahan nanti bisa lebih banyak menuliskan cerita-cerita tentang Heidelberg di sini. 

Rasanya ingin segera melihat kota tua romantis, seperti yang dituliskan Mark Twain di A Tramp Abroad :

"... Out of a billowy upheaval of vivid green foliage ...rises the huge ruin of Heidelberg Castle, with empty window arches, ivy-mailed battlements, moldering towers—the Lear of inanimate nature—deserted, discrowned, beaten by the storms, but royal still, and beautiful."

 

 - 2 Juni 2025 - 

 




0 Komentar