Dengan hati yang tak jenak dan berkali-kali melihat waktu, saya menanti proses biometrik untuk ajuan Visa Schengen melalui Kedutaan Jerman di VFS Global. Sejak masuk ke dalam jam 9 pagi tadi sampai hampir jam 2 masih belum selesai juga urusan visa. Drama travel insurance yang tidak sesuai syarat dan harus membuat yang baru membuat energi rasanya terasa lelah. Belum lagi perut terasa lapar karena belum makan siang. Untung saja tadi pagi saya dibekali kue-kue bikinan Mbak Mimi, kakak ipar saya. Setidaknya lumayan untuk mengganjal perut. Kue-kue home-made tadi saya bagikan ke semua rombongan yang tentu saja sama-sama kelaparan. Kami ber-10 mengurus Visa Schengen untuk Short Course ke Heidelberg University.
Untuk mengurus visa ini,
saya memang sengaja berangkat tidak bersama rombongan karena kesehatan agak
kurang fit akhir-akhir ini. Rombongan lain berangkat menggunakan mobil, sementara saya naik
kereta dan bermalam dulu di rumah Ibu Mertua di Cipinang. Alhamdulillah kalau ke
Jakarta sekarang ada tempat transit hehe. Jadi bisa sekalian ketemu Ibu Mertua
dan kakak ipar. Dan tentu bisa lebih bisa istirahat dulu, dibandingkan dengan
naik mobil yang pulang pergi.
Nomor saya akhirnya dipanggil untuk
melakukan biometrik. Si mbak petugas segera mengarahkan jari-jari saya untuk
diproses biometrik, sembari ditanya-tanya singkat terkait keperluan saya ke
Jerman. Prosesnya tidak terlalu lama, tapi antrinya itu yang lumayan bikin pegal.
“Ayo
mbak ke Dikti,” kata Mas Budi begitu melihat saya sudah selesai proses biometrik. Tadi
pagi, beliau membantu saya untuk menelpon pihak yang bisa memberikan informasi
kemana harus mengurus sinkronisasi penelitian Dikti di akun SINTA. Dan saya
diberi tahu untuk ke Kemendikti di Lantai 5.
“Tapi
tas saya masih jadi tempat penitipan laptop,” ujar saya. Jadi ketika masuk ke
VFS Global, ada beberapa barang termasuk laptop yang tidak boleh dibawa ke
dalam. Jadi kami harus menitipkannya, dan biayanya tuh per tas. Jadi tas
punggung saya dijadikan tempat penitipan beberapa laptop.
“Ayo
ganti dengan tas saya,” kata Mas Budi bergegas keluar dari kantor VFS Global
menuju ke tempat penitipan barang. Dengan segera kami menukar laptop-laptop di
tas saya ke tas Mas Budi. Beberapa teman masih menunggu giliran biometrik. Saya
berpamitan dan bergegas keluar dari VFS Global sembari memesan Goride ke
Kemendikti. Belum ada waktu untuk makan siang, karena waktunya sudah mepet.
Saya berangkat dari VFS Global sudah jam 2 lebih kemudian sampai ke Kementerian
sekitar jam 2.30an. Saya sudah antisipasi bila urusan belum beres, mungkin saya
harus menginap semalam lagi di rumah Ibu Mertua. Kamis besok deadline revisi
ajuan Guru Besar saya. Ceritanya saya sedang mengajukan kenaikan jabatan ke
Guru Besar, namun penilaiannya masih “Belum direkomendasikan”.
Sebenarnya keputusannya draw, Asesor
1 menyatakan “sudah direkomendasikan” tapi Asesor 2 memutuskan “Belum
direkomendasikan”, sehingga akhirnya ditunjuk Asesor 3 yang ternyata
keputusannya “Belum direkomendasikan”. Tapi untungnya poin revisi yang diminta
oleh kedua asesor yang belum merekomendasikan itu sama, minta kelengkapan untuk
syarat khusus tambahan saya yakni mendapatkan hibah kompetitif nasional. Mereka
minta kelengkapan SK, kontrak, Laporan dan harus tersinkronisasi muncul di akun
SINTA saya.
Beberapa kelengkapan dokumen sudah berhasil saya penuhi, tinggal
masalah sinkronisasi akun SINTA menjelang deadline belum ada pencerahan. Saya
sudah muter menemui beberapa orang yang disarankan untuk ditemui guna mencari
tau bagaimana mensinkronkan riset Dikti di akun Sinta. Namun hasilnya masih
nihil.
Jadi saya berencana untuk mampir ke
Kemendikti sekalian setelah urusan Visa Ke Jerman beres. Mumpung ada di
Jakarta, lebih baik langsung saja bertanya ke pengelolanya.
Setelah mendapatkan kartu visitor di
bagian depan, saya bergegas menuju Lantai 3 sesuai yang disarankan oleh ibu-ibu
yang menjadi loket di penerima tamu. Ada dua staff mbak-mbak yang ada di situ,
kemudian saya menyampaikan maksud kedatanganya saya.
“
Owh baik bu, silahkan tunggu saja dulu di ruang tunggu ya,” Ujar si Mbak itu
sambil menyilahkan saya menuju ke ruang tunggu.
Saya menunggu dengan dag dig dug plus
perut yang lapar. Di ruang tunggu itu, ada juga ibu-ibu yang sedang ada di sana
sedang menelpon seseorang. Cukup lama juga saya menunggu, sekitar 30 menitan,
“
Staff yang bertugas sedang ada zoom bu, mohon ditunggu sebentar lagi,” si mbak
petugas di bagian front office lantai 3 Kemendikti menghampiri saya. Saya
kembali menunggu beberapa saat, dan kemudian ada mas-mas yang menghampiri saya.
Rupa si mas-mas tersebut itu pengelola Sinta Kemendikti. Akhirnya saya
menjelaskan permasalahan saya dan meminta bantuan dari si mas yang ternyata
namanya Walantar Sitorus.
“Jadi
begini bu, Sinta itu kita tidak input data. Kita narik data dari beberapa
sumber data,” jelas si Mas Walantar, sembari mengklik-klik laptop yang dia bawa
untuk mengecek akun sinta saya. Mendengar penjelasan si masnya tadi saya
langsung sempat pesimis. Duh, jadi nggak bisa input data dong.
Tapi si mas nya berbaik hati untuk
mengecek-ecek data dan akun saya, sembari bertanya beberapa data-data. Cukup
lama juga itu mengecek kesana kemari dengan laptopnya. Sampai akhirnya si
masnya mengambil kesimpulan dimana akar permasalahan sinkronisasi sinta saya.
“Sepertinya
akun Sinta ibu ini masih menunggu antrian sikronisasi yang cukup panjang bu,
kami biasanya membuka sinkronisasi pada Hari Jumat,” jelas Mas Walantar tadi.
“Kapan deadline revisinya
bu?” tambahnya.
“Besok
kamis, mas” ujar saya dengan muka agak pasrah. Yah gimana lagi, sudah banyak
upaya dilakukan, tapi sepertinya masih belum ada hasilnya.
Si Mas Walantar bilang sih akan
mengupayakan untuk bisa mempercepat prosesnya, dan berkoordinasi dengan beberapa
pihak. Saya sudah pasrah karena berasa sudah mentok. Tapi saya meminta foto
dengan Mas Walantar, rencana saya mau saya sertakan sebagai bukti bahwa saya
sudah berusaha menemui pengelola Sinta-nya langsung di Kemendikti hehe.
Menjelang jam 4 sore akhirnya saya
keluar dari Gedung Kemendikti dan memesan gojek ke Stasiun Gambir, setelah
mengecek ketersediaan tiket. Sepertinya masih ada tiket jam 5an yang masih
tersedia. Saya tentu sudah pengen pulang dan bertemu dengan Deva. Begitulah
selalu kalau ada tugas di luar, pengennya selalu segera pulang ke rumah.
Di Stasiun, saya sempatkan makan
bekal dari Ibu Mertua yang belum sempat dimakan di ruang tunggu stasiun. Ini
kali pertama saya mampir ke rumah ibu mertua tanpa suami saya dan Deva. Tadi
pagi, ibu mertua sudah sibuk memasak untuk menyiapkan sarapan. Terharu juga,
beliau menyiapkan bekal, sampai bekal botol air minum pun sudah disediakan.
Padahal usia beliau sudah senja, tapi masih cekatan memasak dan menyiapkan
semuanya.
Kereta mengantarkan saya menuju
Purwokerto, dan sampai stasiun sekitar jam 21.00an lebih. Saya segera menuju ke
pintu keluar barat untuk menunggu gocar untuk pulang ke rumah. Tubuh lumayan
penat, tapi perjalanan dengan kereta memang paling nyaman dibandingkan harus
pulang dengan mobil. Rombongan lain masih dalam perjananan darat dengan mobil
menuju Purwokerto.
Mobil yang melaju di jalanan
Purwokerto, vibesnya begitu berbeda dengan Jakarta yang hiruk pikuk. Seharian
tadi mulai pagi saya dengan membonceng sepeda motor melaju di jalanan Jakarta
yang aduhai semrawut. Berbeda dengan Purwokerto yang lebih santai, lengang.
Pukul 21.16 tiba-tiba ada pesan
whataps saya terima, saya buka.
“
Silakan dicheck bu data bima sudah disinkronkan,” pesan dari mas walantar. Saya
langsung terkesiap, dan buru-buru mengecek aku sinta melalui HP saya. Dan woaaaa deretan penelitian saya sudah
terupdate dan muncul disitu. Alhamdulilaaah, lega rasa hati saya.
Saya mengucapkan terima kasih pada
Mas Walanstar. Sungguh orang baik masih ada dimana-mana ya. Saya sebenarnya
tidak terlalu menaruh banyak harapan, ketika Mas walantar bilang akan mencoba
untuk mempercepat proses sinkronisasinya. Karena mungkin selama ini menghadapi
ada banyak petugas yang hanya lip service saja hehe.
Tapi Alhamdulilah saya bertemu orang
baik. Padahal saya orang yang nggak dikenalnya. Dia tidak punya kepentingan dan
benefit apa-apa dengan membantu saya.
Tapi sampai malam-malam, dia mau
mengerjakan apa yang menjadi permasalahan saya tadi.
Mungkin juga ini keberuntungan. Ah, atau
entah apa namanya.
Tapi karena salah satunya dari jasa
beliau, akhirnya setelah menunggu sekitar 2 minggu, semua asesor luluh, dan
akhirnya saya direkomendasikan menjadi Professor/Guru Besar Bidang
Epidemiologi.
Alhamdulillah, tentu saja ini berkah
doa dan dukungan dari banyak orang. Doa ibunda saya, suami dan keluarga serta
sahabat sahabat tercinta saya. Terima kasih semuanya. Gelar Prof tentu bukan
untuk gaya-gayaan, tapi sebagai pengingat bahwa harus lebih banyak menebar
manfaat. Semoga.
0 Komentar