Heidelberg dan Pertemuan Kembali ke Dalam Diri




 “ Uhm, saya masih pengen di sini dulu,” ujar saya pada rekan seperjalanan, seusai kami selesai menyelesaikan booking tiket bus dari Brussel ke Paris di lobi Hotel Adagio. Saya masih ingin berlama-lama dengan laptop saya di lobi hotel. Duduk di tempat biasanya kami sarapan pagi. Saya duduk sendiri disitu, sembari melihat lalu lalang tamu-tamu Hotel Adagio. Waktu hampir menunjukkan pukul 9.00 malam. Namun karena sedang musim panas, matahari di Jerman bersinar jauh lebih lama. Langit Heidelberg belum lagi menggelap, masih ada campuran semburat biru yang mewarnai.

Tiba-tiba saja, saya disergap perasaan tidak biasa yang menyeruak dalam hati saya. Rasa yang asing namun dekat, begitu lekat. Saya perlahan mencoba mengenali kembali rasa itu. Sudah lama sekali saya tidak merasa seperti ini. Seperti menjumpai kembali rasa yang sudah begitu lama ada.

Mata saya sampai berkaca-kaca, meredam perasaan yang muncul bergejolak. Saya kembali berkesempatan ke luar negeri, belajar, dan punya waktu untuk jalan-jalan. Mengingatkan saya pada waktu kuliah doktoral di Glasgow dulu.


Terakhir saya ke UK tahun 2019 lalu, kemudian dunia dilanda pandemi Covid-19, lalu saya menikah di Tahun 2021 dan melahirkan Deva. Peralihan dari status sendiri, menikah dan menjadi seorang ibu begitu menyita energi, fokus dan waktu saya dalam beberapa tahun belakangan ini. Bahagia? Tentu saja. Mempunyai keluarga dan tingkah lucu Deva tiap harinya adalah riak-riak bahagia yang saya selalu syukuri.

Namun sebagai perempuan, tentu peran sebagai ibu bukanlah peran yang mudah. Semenjak hamil, melahirkan dan membesarkan Deva harus diakui ada barisan waktu kurang tidur, stress kalau anak sakit, atau rasa-rasa bersalah ketika harus meninggalkannya untuk bekerja. Dan rasanya seperti marathon, yang harus dijalani terus menerus.


Dan mungkin saat ini seperti sebuah hadiah jeda yang luar biasa. Bisa berkempatan selama 2 minggu di Eropa untuk mengikuti short course proposal grant writing di Heidelberg University dan jalan-jalan ke beberapa kota di Eropa. Suasana seperti ini seperti menemukan salah satu sisi diri saya kembali.
Tentu perasaan yang muncul dengan diri saya yang baru. Yang tetap seorang istri dan ibu, namun tetapi menjadi diri saya yang saya temui dulu. Dan saya sangat bersyukur untuk itu.

Heidelberg sudah menggelap, akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke Kamar 505 untuk beristirahat. Karena esok pagi, kegiatan course di Heidelberg University akan dimulai lagi. Tentu excited selalu untuk belajar ilmu-ilmu baru, dan kemudian agenda kami usai kelas adalah menjelajah cantiknya Kota Heidelberg.

Sulit sekali untuk tidak jatuh cinta pada kota ini. Kota yang tidak terlalu besar yang tenang, nyaman dan aman. Sejak pertama, ia hangat menyambut seperti pelukan. Ia menawarkan rasa “seperti rumah” yang pernah saya rasai dulu dengan Jogyakarta, Malang, dan Glasgow.

              “ Siapapun yang pernah menginjakkan kaki ke Heidelberg, akan merasa selalu ingin kembali lagi ke sini.” Saya masih ingat ujaran kata Dr. Alexander Au, Head of the International Relations Division di Alte Aula waktu itu.

Mungkin ujaran itu benar. Mungkin sekali benar. Karena kota yang dibelah tenangnya aliran Sungai Neckar, dan dinaungi Kastil Heidelberg yang menjulang, memang rasanya selalu memanggil pulang. 

Semoga ada larik larik waktu ke depan, yang mempertemukan kembali dengan Si Jelita, Heidelberg.


Adagio-Heidelberg 29 Juli 2025




0 Komentar