Tiba-tiba saja, saya disergap perasaan tidak biasa yang menyeruak dalam hati saya. Rasa yang asing namun dekat, begitu lekat. Saya perlahan mencoba mengenali kembali rasa itu. Sudah lama sekali saya tidak merasa seperti ini. Seperti menjumpai kembali rasa yang sudah begitu lama ada.
Mata saya sampai berkaca-kaca,
meredam perasaan yang muncul bergejolak. Saya kembali berkesempatan ke luar
negeri, belajar, dan punya waktu untuk jalan-jalan. Mengingatkan saya pada waktu
kuliah doktoral di Glasgow dulu.
Terakhir saya ke UK tahun 2019 lalu,
kemudian dunia dilanda pandemi Covid-19, lalu saya menikah di Tahun 2021
dan melahirkan Deva. Peralihan dari status sendiri, menikah dan menjadi seorang
ibu begitu menyita energi, fokus dan waktu saya dalam beberapa tahun belakangan
ini. Bahagia? Tentu saja. Mempunyai keluarga dan tingkah lucu Deva tiap harinya
adalah riak-riak bahagia yang saya selalu syukuri.
Namun sebagai perempuan, tentu peran
sebagai ibu bukanlah peran yang mudah. Semenjak hamil, melahirkan dan
membesarkan Deva harus diakui ada barisan waktu kurang tidur, stress kalau anak
sakit, atau rasa-rasa bersalah ketika harus meninggalkannya untuk bekerja. Dan
rasanya seperti marathon, yang harus dijalani terus menerus.
Dan mungkin saat ini seperti sebuah
hadiah jeda yang luar biasa. Bisa berkempatan selama 2 minggu di Eropa untuk
mengikuti short course proposal grant
writing di Heidelberg University dan jalan-jalan ke beberapa kota di Eropa. Suasana seperti ini seperti
menemukan salah satu sisi diri saya kembali.
Tentu perasaan yang muncul dengan
diri saya yang baru. Yang tetap seorang istri dan ibu, namun tetapi menjadi
diri saya yang saya temui dulu. Dan saya sangat bersyukur untuk itu.
Heidelberg sudah menggelap, akhirnya
saya memutuskan untuk kembali ke Kamar 505 untuk beristirahat. Karena esok
pagi, kegiatan course di Heidelberg University akan dimulai lagi. Tentu excited
selalu untuk belajar ilmu-ilmu baru, dan kemudian agenda kami usai kelas adalah
menjelajah cantiknya Kota Heidelberg.
Sulit sekali untuk tidak jatuh cinta
pada kota ini. Kota yang tidak terlalu besar yang tenang, nyaman dan aman.
Sejak pertama, ia hangat menyambut seperti pelukan. Ia menawarkan rasa “seperti
rumah” yang pernah saya rasai dulu dengan Jogyakarta, Malang, dan Glasgow.
“ Siapapun yang
pernah menginjakkan kaki ke Heidelberg, akan merasa selalu ingin kembali lagi
ke sini.” Saya masih ingat ujaran kata Dr. Alexander Au, Head of the
International Relations Division di Alte Aula waktu itu.
Mungkin ujaran itu benar. Mungkin sekali benar. Karena kota yang dibelah tenangnya aliran Sungai Neckar, dan dinaungi Kastil Heidelberg yang menjulang, memang rasanya selalu memanggil pulang.
Semoga ada larik larik waktu ke depan,
yang mempertemukan kembali dengan Si Jelita, Heidelberg.
Adagio-Heidelberg 29 Juli 2025
0 Komentar