Rabu, 10 Juni 2009

Arrivederci, kaka!


Bila suatu saat kau akan pindah dari Milan, toh aku sudah ada dalam kontrak “perjanjian” untuk nggak boleh protes lagi ehehe..U know why exactly the reason behind that things

(arsip MarsDreams.blogspot.com-21 januari 2009)


Tapi ternyata saat detik itu tiba, tetap saja menyesakkan. Tapi bisa dipungkiri kesenyapan menyeruak dan duniaku seketika menggelap. Dengan alasan yang tidak pernah kupaksakan untuk dimengerti semua orang. Kecuali orang-orang di lingkaran dalam yang rela kusms, kutelpon, yang berchat hanya sekedar memperbaiki suasana hatiku. Dan sahabat yang pagi-pagi mengirimkan berita super buruk itupun kemaren berusaha keras untuk menyembuhkan mood-ku yang seketika berubah. Thanks a lot..

Fiuhh..Baiklah, harus bicara apa lagi? Kenyataannya memang kaka sudah menandatangani kontrak dengan Madrid untuk enam musim ke depan. Apapun alasan di balik kepindahan kaka ke Madrid, keputusan sudah diambil dan terpaksa harus diterima dengan kerelaan. Walau satu hal yang menyesakkan, setting drama kepindahan kaka ke Madrid yang bermotifkan menyelamatkan Milan dari krisis finansial. Galliani, Berlusconi, para petinggi Milan itu pulalah yang pada akhirnya menetapkan ”properti”nya harus dijual guna memperbaiki kondisi keuangan klub.

Dan kaka harus dijual!

Begitulah mirisnya bisnis sepakbola di balik gilang gemilangnya prestasi di lapangan, sebanyak apapun gelar yang telah diraih dan betapa sentimentalnya perasaan yang telah tertambatkan, bisnis dan uang mengalahkan segalanya. Pedih!

Siapa yang mau bertahan bila manajemen Milan tak menghendaki? atau kaka sekarang berubah menjadi pahlawan nan memilukan yang harus berkorban ”menjual dirinya” demi cintanya pada Milan, menyelamatkan klub yang dicintainya itu dari krisis finansial ufff..tidak adil!

Sebenarnya separah apa kondisi keuangan Milan?toh belum akan bangkrut.


"Keinginanku adalah bertahan di Milan. Tetapi, krisis finansial dunia telah memengaruhi banyak klub, khususnya Milan, Aku bicara kepada dewan direksi Milan dan kami menyimpulkan bahwa hal terbaik bagi setiap orang adalah menjualku," Ujar kaka.


Lupakan subjektivitasku pada kaka, tapi bila melihat secara umum sebagai penikmat sepakbola, menurutku kaka adalah salah satu pemain bola yang punya “hati”. Lihatlah para pemain yang memburu gaji tertinggi, pergi ke klub yang berpundi-pundi kekayaannya. Tapi tidak dengannya. Bagaimana ia menolak tawaran gila Manchester City januari lalu yang akan memboyongnya dengan harga 107 juta pounds (nilai yang jauh lebih besar daripada nilai kontraknya dengan Mardid). Kita tidak sekedar melihat sepakbola sebuah sebuah permainan, industri, bisnis, tapi juga pelajaran kehidupan. Dan pada saat-saat inilah aku harus banyak belajar.

”sepakbola adalah bisnis, disini uang yang berbicara. Begitu cara berpikirnya dong non!”

Seorang anggota friend di facebookku (yang sebenarnya aku tak mengenalnya) mengomentari status facebookku yang kemaren berstatus :

*** Duniaku menggelap seketika..hiks, kaka dicopet dari Milan.

Dari sekian banyak yang mengomentari, aku paling tertohok dengan pernyataannya, seakan mengajariku tentang dunia bola yang dikiranya baru setahun atau dua tahun kuselami. Fiuhhh...

Ah, baiklah. Untuk apa bersitegang, toh ia memang tidak mengenalku. Bukankah kita tidak bisa memaksakan semua orang untuk mengerti kita. Dan sudahlah, pagi ini dengan tabung energi yang berkedip-kedip bertanda low!..low!..akhirnya mengingat perjanjian yang pernah kubuat. Asal dia bertahan di Milan sampai aku bisa berdiri di stadion San Siro untuk melihatnya. Begitulah gilanya sepakbola sampai membawaku ke sana hihi..

Dan tuntas sudah, tidak boleh protes lagi, bukan?. Musim depan setiap kali melihat Madrid bermain, aku akan melihat 10 pemain madrid, dan seorang pemain Milan.


I can officially say I’m a Real Madrid player. My professional link with AC Milan finishes now, but my sentimental link will never end,” he said.

Banyak teman bertanya tentang dampak kepindahan kaka terhadap dukunganku.

“akan berganti mendukung Madrid?”, pun ada juga yang berkomentar :

“ halah, gampang.tinggal ganti klub aja kok repot”

Tersenyum sekilas, dengan perih tentu saja. Perjalanan panjangku menikmati permainan 2 x 45 menit itu mengajariku tidak pernah berpikir sedangkal itu. Engkau tahu pasti jawabannya. Ini bukan pertama kalinya hal ini terjadi padaku, walaupun klub yang menyerobot pemainku adalah klub yang sama, sekali lagi, Madrid!. Nasib MU di hati akan sama seperti posisi Milan nantinya. Grazie kaka e Arriverderci!

Selasa, 09 Juni 2009

Conversation With X


Kompromi, berdamai dengan keadaan. Kata itu sering mampir di telinga saat idealisme bertarung dengan realitas, dan pada suatu titik, kompromilah yang menjadi pemenang. Apakah dengan kompromi dengan keadaan yang kita ambil serta merta menghapuskan idealisme kita?

Idealisme, mimpi, prinsip hidup itu gratis dan bebas untuk dimiliki oleh setiap manusia. Lalu apa yang salah dengan terus menggengam eratnya?. Seorang sahabat yang baru saja diterima kerja dalam suatu departemen, beberapa waktu lalu menulis status di facebooknya

**** bagaimana mesti bertahan? mesti mengedepankan ego dan idealisme, atau membuat kompromi? mestikah keputusan ekstrim kembali kupilih?

Perkiraanku ia tengah dihadapkan pada sistem, cara kerja dan rekan kerja baru yang sepertinya banyak yang bertentangan dengan prinsip dan idealisme yang ia bangun.

Akupun merasa gatel untuk berkomentar, karena memang sepertinya para pengguna facebook ini berlomba-lomba menulis status yang mengundang teman-temannya untuk berkomentar (termasuk aku tentu saja..jiaahhh)

” kompromi saja dulu, tapi tetap bergerilya untuk mempertahankan idealisme kita, kalo itu sih rumusku ehehe”

Tentu saja setiap orang berhak penuh atas rumus hidupnya masing-masing. Itulah mengapa manusia merupakan laboratorium hidup yang tak pernah habis penelitian yang sanggup menjangkau menyibak misterinya.

Suatu sore yang senyap dengan kopi yang tersisa, pikiranku berkelebat akan hidupku yang kini dihadapkan pada pilihan-pilihan yang datang, namun bukan pilihan yang aku inginkan. Tersenyum sekilas mengingat sebuah obrolan pendek via facebook dengan seorang sahabat yang lebih terasa sebagai kakak (beuhh..enaknya ya punya kakak whihi).

” Posisiku sekarang adalah dihadapkan oleh banyak pilihan yang tidak aku inginkan, dan mengejar pilihan yang mungkin sedikit peluang untuk bisa mewujudkannya”

(obrolan yang sebenarnya kuedit hihihi..pokoknya intinya begitulah).

Setelah puas menertawaiku, obrolan berlanjut seperti biasa. Namun obrolan tadi membuatku bercakap-cakap dengan diriku sendiri. Hingga pada sesapan kopi terakhir di cangkirku, aku berkata pada diriku :

Me : Aku tidak akan pernah menyerah dengan menghabiskan waktu hanya dengan pilihan yang ada, tapi ingin mengejar pilihan yang kuinginkan. I deserve to get what I want!

X : Tapi pilihan itu belum tentu sama menurut Tuhan!


Me : Urusanku bukan mencari tahu kehendak Tuhan atasku. Tapi pada titik ini aku tahu apa yang aku inginkan, mempunyai tekad untuk memperjuangkannya, dan bersedia berpeluh dalam perjalanan mewujudkannya. Dan manakala takdir jatuh, penerimaan atas kuasaNya lah proses yang memanusiakanku.


Hihi..tiba-tiba saja aku suka dengan penyataan terakhirku. Yap, Banzai! Tersenyum sekilas dan menyadari hari telah petang. Waktu terus bergulir dan setiap nafas berhembus berhak atas pilihan kebahagian yang selalu kuambil. Selamat hidup, kawan..

Selasa, 02 Juni 2009

Benvenutto, anggota baru Milanisti!



Tangis lirihnya memanggilku pulang

Dari pengembaraan dan pencarian

Kutemukan kesahajaan hidup dalam genggam kecil tangannya,

Dalam isak tangisnya menjelang pagi

Cerita tentang sebuah kehidupan yang siap dititi

Menangkup cintaku dalam bening matanya

Menggengam hidupku dalam senyum malaikatnya

Dan hidupku seketika sempurna


Untuk Raditya Muhamad Aryutama

(Putra pertama Rizki Yulianti (M’Kiky)& Roib)


Hiii..maap bila larik puisi pendeknya nggak pas, maklum belum mendalami ehehee. Posting ini muncul atas permintaan mba kiky yang ingin agar teman-teman yang sudah terpisah jarak yang jauh bisa melihat wajah si malaikat kecilnya yang baru saja lahir. Sudah agak lama sih, tapi aku belum sempat untuk bisa menengoknya. Di tengah kehidupan yang seakan berlari ini, sulit untuk menentukan jadwal yang pas bagi kami untuk sekedar meluangkan waktu menengok si “keponakan” baru. Nah, dengan upload foto ini semoga teman-teman satu dharmawanita milanisti dan the genk BIO bisa melihat anggota baru milanisti. Berlabel Milanisti Junior 1. Silahkan siapa yang mau ngantri mendaftar untuk urutan berikutnya whihihi ?

Kehidupan terus berubah, dan persahabatan kami pun berkembang. Masing-masing dari kami mulai menemukan pasangan jiwanya dan akhirnya melahirkan buah hati. Walaupun sedih karena aku tidak bisa hadir di pernikahannya karena saat itu aku tengah di Italia, tapi tidak mengapa karena doa restu tetap menyertainya. Wew gila, setelah pesan cintanya berhasil kusampaikan di Sansiro kepada ******i, dia langsung menikah dengan lelaki yang baru dikenalnya beberapa bulan (ahaha nggak segitunya seh). Gosh..such a crazy decision! Begitu pikirku saat itu. Diapun saat itu berkirim email panjang lebar saat menjelaskan keputusannya itu. Bukan tidak menyetujui pilihannya untuk segera menikah, tapi sebagai sahabat aku peduli terhadap keputusan hidupnya. Ah, tapi saat mengunjunginya setelah aku kembali ke Indonesia, aku merasa lega melihatnya bahagia, walau kerikil-kerikil kecil pernikahanan memang sempat mampir di telingaku. Tapi begitulah jalan panjang cerita sebuah pernikahan (kayaknya gitu kata orang-orang bijak). Waktu itu keluarga kecilnya masih sepi, tapi kini pastilah sudah diramaiakan oleh tangis dan tawa si radit kecil. Selamat ya mba, kami semua berbahagia untukmu!

Ada satu kalimat yang membuatku terharu saat dulu ia menjelaskan alasannya untuk menikah padaku.

Impianku adalah menikah dan menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku.

Dan impianmu sudah sempurna kini, selamat ya mba…

Selamat menjalani hari-harimu menjadi ibu!

NB : The Genk Milanisti, kapan nih nengokin si Milanisti junior 1? n sapa mau pesen no urut 2?


01.June'09. 22.22pm