Selasa, 22 Desember 2009

Menyapa "aku" di Penghujung Tahun 2009


Atas nama perubahan yang terjadi setiap detiknya, hai ”aku” yang mengisi ragaku. Aku ingin menyapamu menjelang penghujung tahun ini. Yah, penghujung tahun senantiasa membawa pada refleksi, kilas balik, dan mengaudit langkah. Dan wahai ”aku”, apakah kau telah berubah kini?

Apakah ”aku” adalah aku yang berbeda kini?

Kita telah melewati hidup lebih dari seperempat abad. Banyak orang yang menilaimu berbeda, wahai jiwaku. Tapi beberapa orang di lingkaran dalam kita menganggapmu masih seperti dulu. Mungkin ada yang berubah, tapi perubahan itu bergerak bersama kehidupan mereka juga, jadi perubahan itu seakan berada segaris mengikuti jalur-jalur perubahan mereka. Aku bersyukur untuk itu.

Semua kejadian hidup membuat kita berubah, tapi apapun perubahan itu... aku tetap si pemilik jiwaku yang dulu.

Jiwa penghuni ragaku yang selalu kusebut ”aku”

”Aku”, apakah engkau bahagia kini?. Bahagia menurut versimu sendiri, bukan versi atau standar orang lain, bahkan engkau tidak harus memenuhi standar ”kebahagiaan nasional” masyarakat Indonesia. Ah aku lupa, bukankah soal kebahagiaan kita telah setuju untuk tidak lagi dipertanyakan lagi. Bukankah kita sudah punya rumus mati yang telah lama kita setujui, jiwaku. Bukan tentang definisi, artian yang berbelit atau apapun.

Yah aku dengar kau berbisik sambil tersenyum

”Aku bahagia..dan selalu memilih untuk bahagia.titik” Aku senang engkau menjawab begitu. Berarti engkau masih ”aku” yang dulu.

Baiklah, aku ingin bertanya hal lainnya. Apakah engkau lelah, jiwaku? Kali ini engkau tersenyum lagi, kali ini agak masam kulihat.

” Terkadang aku lelah, tapi aku senang menghunimu. Mungkin dalam hal ini kau harus lebih memperhatikan ragamu. Tanyakan padanya apakah ia lelah, apakah ia menginginkan liburan panjang, atau sedikit menyenangkan dirinya. Dia lebih lelah daripada aku. karena dalam menghadapi apapun dia yang bergerak, berusaha seperti apa maumu. Sedangkan aku, engkau terkadang tidak membiarkanku terganggu oleh apapun, aku semerdeka udara.”

Aku tersenyum, senang mendengarkan jawabanmu, jiwaku. Sembari berjanji akan menanyakan pada ”ragaku’ apa yang menjadi maunya agar ia bisa lebih senang. Mungkin ia mau aku menceraikan kopi yang setiap hari meracuninya secangkir demi secangkir demi menopang energi saat-saat aku mengajaknya lembur. Ehehehe..aku akan menegosiasikannya nanti, jangan khawatir.

” Kau juga harus menanyakan kabar hatimu di penghujung tahun ini, apa ia mengatakan sesuatu padamu akhir-akhir ini?” Ah, jiwaku..untung engkau mengingatkanku.

” Ahaha..entahlah. Dia hanya bicara sedikit padaku. Mungkin sedikit bingung dengan mauku, aku menyuruhnya menjaga penghuni baru yang tidak dikenalnya dengan pasti. Aku tidak mengkhawatirkannya, dia sudah terbiasa dengan segala macam mauku. Paling-paling ia hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala melihatku begitu keras kepala, bahkan merajuk Tuhan untuk menuruti mauku, atau menyerah akhirnya sejenak bertopeng keikhlasan ehehe..aku malah memberi si penghuni itu kunci agar ia bisa dengan leluasa keluar masuk tanpa mau disebut gila”

Hatiku, aku tidak mengkhawatirkannya. Aku hanya khawatir pada suatu titik aku menempatkannya pada posisi yang sulit. Karena selama ini aku menempatkannya pada posisi pemenang. Aku takut suatu saat ia berbicara terlalu lirih, hingga aku tak lagi bisa mendengarnya. Aku menjadi tuli.

maka kubiarkan kini ia bicara sesukanya, aku menurutinya. Ia lah panglima perangku, semoga tidak sering berselisih paham dengan penasihatku, pikiranku.

Bicaralah, aku mendengar dan mengikuti kemanapun engkau mau..

Va dove ti porta il cuore...Pergilah kemana hati membawamu...seperti kata Susana Tamaro.

Yap, hatiku di penghujung tahun ini sudah membisikkan sesuatu. Mungkin aku akan mengikuti apa maunya

Dia bilang, belok kanan ********** !

Senin, 21 Desember 2009

Galaksi Cinta - Galaksi Kinanthi


Kinanthi, bagiku galaksi cinta tidak akan pernah tiada

Ketika malam tak terlalu purnama, lalu kusaksikan

Bintang-bintang membentuk rasi menurut keinginanNya

Cari aku di Galaksi Cinta. Aku tetap akan ada di sana

Tersenyumlah..Allah mencintaimu lebih dari yang kamu perlu

(Ajuj)



Buku : Galaksi Kinanthi ( Sekali Mencintai Sudah itu mati?)

Penulis : Tasaro GK

Penerbit : Salamadani

Genre : Novel Sastra

Hal : 432 halaman



Pertama kali melihat buku Galaksi Kinanthi di jajaran rak buku Gramedia, buku ini langsung sanggup membuatku mengambil dan menilik buku ini. Kenapa? yap, cover bukunya sungguh menawan untuk kelas novel sastra lokal. Berwarna biru kehijauan dengan desain yang apik, apalagi sampulnya berlipat-lipat yang dalam setiap lipatannya tertuang kalimat-kalimat khas beberapa tokoh sentralnya, Ajuj, dan Zhaxi. Trus, judulnya tak biasa, dan aku sungguh suka. Galaksi Kinanthi, yap gabungan dua hal yang ”aku banget” ehehe, aku maniak dengan hal-hal berbau bintang, galaksi dan astronomi, dan Kinanthi adalah sebuah tembang jawa yang berarti pelipur lara...dan segala hal tentang kultur Jawa sudah sepatutnya dengan lahap kusimak. Jadi simpulan yang bisa kutarik singkat sekilas menscreeninng buku ini adalah perpaduan antara hal-hal berbau Jawa dan astronomis. Ok, itu cukup membuat aku terkesan, apalagi menilik penulisnya Tasaro GK merupakan Best writer FLP award 2007 dan Ikapi award 2006&2007, plus buku ini merupakan best seller...uhmm banyak plusnya. Membaca beberapa bagian awal buku ini membuatku berkesimpulan bahwa suatu saat buku ini harus menghuni rak bukuku dengan kategori must read! kenapa?..ah, mungkin terlalu banyak alasannya. Dilihat dari daftar isi, bab-babnya yang bertajuk rasi-rasi bintang itu langsung bisa menawan hatiku. Kemudian menurutku salah satu kunci sebuah buku bagus bisa dilihat pada kalimat-kalimat awal. Membacanya sekilas sambil menyender di rak buku Gramedia karena kursi-kursi baca telah penuh, membuatku terus antusias membolak balik halaman-halaman buku itu.

Impresif!


Kalimat pembukaaan sebuah buku yang membuat pembaca disuguhkan sebuah intro yang tak biasa.


Begini cara kerja sesuatu yang engkau sebut cinta; engkau bertemu seseorang lalu perlahan-lahan merasa nyaman berada di sekitarnya. Jika dia dekat, engkau akan merasa utuh dan terbelah ketika dia menjauh. Keindahan adalah ketika engkau merasa ia memerhatikanmu tanpa engkau tahu. Sewaktu kemenyerahan itu meringkusmu, mendengar namanya disebutpun menggigilkan akalmu. Engkau mulai tersenyum dan menangis tanpa mau disebut gila.

Kelak, hidup adalah ketika engkau menjalani hari-hari dengan optimisme. Melakukan hal-hal hebat. Menikmati kebersamaan dengan orang-orang baru. Tergelak dan gembira, membuat semua orang berpikir hidupmu telah sempurna.

Sementara, pada jeda yang engkau buat bisu, sewaktu langit merah oleh benda-benda yang berpijar, ketika sebuah lagu menyeretmu ke masa lalu, wajahnya memenuhi setiap sudutmu. Bahkan langit membentuk auranya, udara bergerak mendesaukan suaranya. Bulan melengkungkan senyumnya. Bersiaplah..Engkau akan mulai merengek kepada Tuhan. Meminta sesuatu yang mungkin itu telah haram bagimu”



Ah. maafkan bila aku terlalu banyak mengutip bagian awal buku ini. Awal novel ini bercerita tentang seorang perempuan Indonesia yang sangat sukses menjadi Queen of NewYork, seorang professor muda, dosen Universitas Drexel, penulis buku bestseller dengan cerita latar belakang kota Rochester yang menakjubkan. Hingga tak menyangka bila novel ini adalah cerita tentang women trafficking, derita tenaga kerja wanita Indonesia, pembaca sungguh dibolak balikkan dengan keadaan yang dramatis, tapi realis karena sesuangguhnya kisah ini merupakan kisah ”inspired by true story”, mungkin tak seluruhnya kisah nyata, tapi setidaknya jiwa cerita ini terispirasi dari kisah nyata. Yap, novel ini mengombang ambingkan pembaca dalam situasi yang paradoks, gemerlapnya Amerika, sederhananya sebuah desa di Gunung Kidul Yogyakarta, Riyadh, Kuwait, Miami sampai Great Plain yang eksotis. Bercerita tentang persahabatan yang berbibit cinta antara Ajuj, seorang anak kyai di sebuah desa di Gunung Kidul dengan perempuan bernama Kinanthi, yang berlatarbelakang keluarga yang terpinggirkan. Tasoro GK menghadirkan suasana Gunung Kidul dengan apik, dialog dengan bahasa jawa khas Jogya yang kental, kultur spiritualitas masyarakat desa yang masih menyimpang, berbagai ritual pun disisipkan serta tak lupa pula tembang-tembang jawa dengan berbagai filosofinya tertuang dengan lugas. Bumbu-bumbu yang sedap untuk membuat buku ini bukan hanya sekedar sebuah cerita.


Ironi, saat Kinanthi ”dijual” orang tuanya dengan 50 kg beras kala itu, hingga ia harus mengalami berbagai kehidupan yang pahit dalam hidupnya. Mulai dari Bandung, kemudian menjadi TKW ke Riyadh, Kuwait, Arab dan Miami. Cerita di kamp-kamp penampungan wanita yang memilukan, kisah penderitaan TKW yang disiksa majikan, percobaan pemerkosaan, realitas tenaga-tenaga kerja RI di luar negeri. Terlalu getir kisah hidup yang harus dilampai gadis cilik bernama Kinanthi, tapi kisah ini mendorongku untuk berpikir betapa banyak nasib-nasib Kinanthi-Kinanthi lain, pejuang wanita yang mengadu nasib di luar negeri. Memilukan, berlembar-lembar halaman kubaca dengan alur mengalir yang filmis. Perjuangan akan keadilan, pun terselip juga kisah cinta yang begitu dalam antara Kinanthi dan Ajuj yang tak pernah mati. Penderitaan-penderitaan memilukan, kabur dari majikan di Riyadh, dikelabui agen-agen mafia tenaga kerja sunguh menyodori kisah-kisah yang mencengangkan. Terkadang berpikir, begitukah nasib-nasib TKW Indonesia? hingga tak sedikit berita-berita di televisi menayangkan kekerasaan, penyiksaan, pulang dengan cacat di badan, stress atau bahkan pulang dengan jasad kaku kehilangan nyawa.


Titik balik terjadi saat Kinanthi memenangkan perkara penyiksaan majikannya di Amerika hingga ia mendapat tunjangan dan beasiswa untuk kuliah, dan transformasipun terjadi. Prof.Kinanthi Hope, menjadi Queen of NewYork. Tasaro GK juga memadukan kisah ini dengan sisi spiritualitas, dimana Kinanthi kehilangan esensi keberagamaannya karena getirnya hidup. Sementara di sisi lain, Gunung Kidul masih menjalankan ritual-ritual menyimpang yang berbungkus keagamaan. Kembalinya Kinanthi ke Gunung Kidul, untuk mencari cinta sejatinya, Ajuj menyetir perasaan pada kisah-kisah yang tak biasa. Balas dendam akan masyarakat desa yang meminggirkannya, pertemuannya dengan Ajuj yang sungguh sangat ”nggak klise” ehehe..i luv that part

”Inikah lelaki yang kusimpan di benakku hampir 20 tahun ini?kemana larinya perasaan yang menggebu itu?” ow ow sangat realis, tidak klise yang seperti kuperkirakan.


Kemudian berlatar gempa besar di Jogya yang menyebabkan Ajuj koma karena kecelakaan saat menambang membuat akhir-akhir bagian kisah ini menjadi kian menarik. Kisah ini juga dibumbui oleh tokoh Zhaxi, editor sukses yang mengorbitkan Kinanthi, seorang tibetan yang diam-diam menyukai sang profesor muda itu. Apakah Kinanthi yang sudah berubah menjadi wanita karir sukses dengan gemerlapnya Amerika akan terus menunggui cinta Ajuj yang terbaring koma?Bagaimana cinta Zhaxi yang begitu setia selama ini mendampinginya? bagaimana nasib galaksi cinta yang dibangun di atas langit oleh Ajuj dan Kinanthi?


Ehehe..baca ajalah bukunya, sungguh tidak menyesal membeli buku ini saat pameran beberapa minggu lalu. Galaksi cinta mengajakmu membuat dialog kecil tentang cinta ”sejauh mana cinta layak diperjuangkan, atau justru perjuangan itu harus dilakukan dalam diam”.


Nikmatilah suguhan kalimat-kalimat magis Tasaro GK dan kisah ini akan menghadirkan cara pandang yang berbeda***

Sabtu, 19 Desember 2009

Travelling, not just the seeing sight...

Ladang gandum yang menghampar kekuningan, bangunan-bangunan gigantis yang menakjubkan, rindangnya hutan-hutan pinus sampai sahdunya matahari yang tengah tenggelam di pantai ditemani semburat-semburat merah di ufuk barak pertanda hari segera berganti. Aku suka memburu untuk bisa melihat semua hal-hal seperti itu, dan banyak hal-hal lainnya. Travelling!!

Entah dari kapan aku suka travelling, jalan-jalan...padahal dulu aku anak rumahan (hanya otak dan pikiranku saja yang mengembara ehehe), tapi sekarang rasanya nikmat sekali menjelajah. Bukan hanya ke tempat-tempat wisata yang memang biasa dikunjungi banyak orang, tapi kemanapun, asal tempat baru yang belum pernah kukunjungi, ataupun bahkan tempat yang entah berapa kali kukunjungi dan menarikku ke sana lagi.

I luv travelling!

Saat jalan-jalan dengan motor, aku suka bunyi deru mesin dicampur terpaan angin, menyusuri jalan-jalan entah berkelok, lurus, naik turun, melewati hutan, apa saja. Saat menggunakan transportasi umum, aku selalu menikmati bingkai-bingkai yang disajikan di luar jendela-jendela besar bis umum, jendela kereta api. Lanskap-lanskap yang dinikmati mataku, entah hijaunya alam atau tingkah polah berbagai macam manusia yang juga menarik diamati.

Uhmm..lalu apa yang ada di balik ”travelling” itu?

Hidup seperti halnya juga cinta perlu diperbaharui setiap kali..bila dibiarkan berjalan statis, monoton...kebosananlah ciptaannya. Bepergiaan menyuntikkan semangat baru, hal-hal baru, kesenangan baru, pengalaman yang lain dan banyak hal yang membuat kita bersinggungan dengan titik-titik tak terduga, bahkan sebuah prinsip hidup sekalipun. Jalan-jalan bukanlah sekedar melihat moleknya sebuah tempat, menyantap kuliner setempat yang menggugah selera. Entah seberapa lelahnya perjalanan, bila dinikmati, aku melihat diriku ”diperbaharui”, suntikan hidup. Mungkin setiap manusia mempunyai ”suntikan-suntikan hidup” sendiri-sendiri, ada yang menemukannya pada belanja, makan, entahlah masih banyak lagi. Dan aku menemukan salah satunya ada pada travelling!

Ada kutipan favoritku tentang hal ini..sukaaaa sekali ehehe

Travel is more than the seeing sight. It is a change that goes on

deep and permanent in the ideas of living

Terkadang jalan-jalan adalah hadiah untuk diri sendiri, aku suka menghadiahi diri sendiri entah dengan belanja buku inceranku, jalan-jalan, atau kesenangan lainnya. Aku meyakini Tuhan menyediakan banyak jalan untuk menemukanNya. Mungkinkah juga ada pada jalan-jalan?? ehehe...aku sudah pernah mengalaminya, sering!

Seperti juga hidup, cinta yang harus terus diperbaharui, begitupun sebuah keyakinan yang tumbuh dan berkembang. Mungkin seperti itu.

Akhir tahun segera menjelang, huhu ada beberapa target yang meleset, juga salah satunya target jalan-jalan ke beberapa tempat. Tahun ini masih berkutat menjelajah tempat-tempat lokal. Tapi tak apalah..

Masih ada akhir tahun, ada tahun depan ehehe... bila waktu masih mau aku terlibat dalam perputarannya itu. Semoga!


Tentangmu


Tentang ketidakpastian..ketidaktahuan

Tentangmu...apalagi tentang kita, harus apa dan bagaimana

Sampai kapan akan bertahan?

Sampai kapan...

Sampai lelahkah?sampai aku kalahkah? atau sampai kapan?

Beritahu aku

Aku bertahan, dulu karena aku yakin,

Kini, bahkan karena ketidakpastian

Seperti pernah kubilang, ketidakpastian hidup justru terkadang jalan yang paling mudah untuk menemukanNya.

Aku...engkau, adakah kita diberikan takdir untuk berada dalam satu perlintasan lagi

dan kemudian sejalur berjalan?

Seperti dulu kita adalah bidak-bidakNya yang dijalankan untuk dipertemukan

Apakah aku harus meminta takdir untuk sejalan dengan mauku kali ini?

Sudahlah, urusan takdir bukan urusan kita

Ada setapak jalan ke depan yang ingin kumaknai dengan perjuangan

Kumaknai dengan perwujudan impian-impianku

Kumaknai dengan syukurku akan hidup

dan mungkin terkadang syukurku akanmu

Dan mungkin sekedar meluangkan waktu, menitipkan doa-doa sebelum tidur untukmu

menyeberangi samudra sejengkal itu.



(saat alnilam, alnitak dan mintaka berkerling di sabuk Orion padaku)

18.12.09 10.45 p.m

Sabtu, 05 Desember 2009

Pada waktu...


Pada waktu yang terlalu cepat memutari lingkaran yang sebenarnya sama itu, aku memohon...jangan berlari sedemikian cepat!
Aku terlibas dalam putaranmu yang membuatku menengokmu entah berapa kali dalam seharinya. Ah, mengapa engkau berlari terus,
aku terengah-engah...lelah...
Engkau melesat terus berputar seraya mengingatkanku lagi pada deadline
dan deadline selanjutnya..begitu seterusnya...
Lelah...
Aku ingin menghardikmu keras, tunggu sebentar...aku ingin menghela nafas...
Apa aku tak cukup cepat berlari seiringmu??
Tidakkah engkau ingin beristirahat sebentar, minum teh di beranda sambil memikirkan impian-impian seandainya tugasmu telah usai?
Wahai waktu, bagaimana kalau kita berdamai saja??
Aku terlalu lelah untuk terus berkejaran denganmu...
Saat ini, biarkan aku melambatkanmu sebentar,
Dengan menulis beberapa kata yang tidak ”ilmiah”, menengok naskah bukuku yang terbengkalai, aplikasi yang belum lagi rampung, dan lihatlah blogku sebulan terakhir yang kosong melompong,
Engkau tersenyum, berbisik mengingatkanku..
”Besok pagi jam 7 ada deadline berikutnya”

*** cerita selanjutnya adalah rutinitas yang sama, kembali ke folder yang harus kubuka, dan beranjak membuat secangkir kopi karena padanyalah aku berhutang energi ***