Minggu, 08 Januari 2012

The New (Me)


Saya, Aku, menemukan diriku sendiri lagi setelah beberapa saat “hilang”. Memang mungkin begitulah siklusnya, hilang—mencari—menemukan. Dan aku menemukan diriku lagi, rasanya begitu. Menemukan jalur-jalur ke depan, merayakan hidup dengan warna-warna dan cinta, memberi kasih pada sesama. Tersenyum dengan penuh lagi, Yeaaah, Welcome to The New Me!!
Aku yang sama, tapi memilih untuk mengadakan percepatan. Seperti resolusiku tahun 2012, rasanya cukup untuk energi pencapaian personal. Saatnya memberikan lebih banyak energi, kemampuan, apapun untuk memberikan kontribusi. Selama ini rasanya terlalu banyak hanya bergerak pada ranah konseptual, memang ada tindakan kontinu yang mengarah ke sana, tapi rasanya sudah saatnya melakukan tindakan nyata yang lebih intens. Entah mengapa, di saat aku berada di rentang 7760.54 mil jauhnya dari Indonesia, aku malah merasa inilah waktunya. “saya resmi pacaran sama Indonesia”  , itulah mengapa saat kukunjungi Gallery of Modern Art beberapa saat lalu, kubuat hasta karya dari kertas-kertas dengan menyatakan cintaku pada Indonesia.
Resmi Pacaran dengan Indonesia
Dan Tuhan meyakinkanku dengan kejadian-kejadian luar biasa di akhir dan awal tahun, rasanya energi mengalir begitu meluap-luap. Mulai dengan perbincangan dengan sahabat dengan mengusung misi yang sama, ketemu dengan anak-anak muda yang “keren” karena sudah berpikir tentang kontribusi sosial pada sesama. Beberapa kejadian membuatku yakin, Indonesia punya banyak orang-orang hebat. Andaikan setiap orang punya passion, misi dan mau untuk menghidupi misinya itu untuk sesama, mau berkontribusi, bisa dibayangkan betapa hebatnya negeri ini.
Stand up for something in life. And that will be your biggest contribution throughout your lifetime (Rene Suhardono)
Ok kita sukses, congrats for your achievement! Now, what's your IMPACT? Entahlah, kenapa akhir-akhir ini aku semakin peduli dan terusik dengan pernyataan itu. Aku, berasal dari desa yang sampai sekarang jalannya masih belum beraspal, aku mungkin satu-satunya yang menempuh pendidikan tinggi ke negeri antah berantah, sementara anak-anak lain di desaku rata-rata paling pool berpendidikan SLTA, karena apa? Karena orang tua mereka berpikir, dengan ijazah itulah anak-anak mereka bisa bekerja di pabrik-pabrik di Jakarta. Begitulah yang kulihat siklus anak beranak dengan pola pikir yang tidak pernah berubah. Lalu kapan ada percepatan perbaikan kualitas hidup?bagaimana mikiran kontribusi kalau kebutuhan basic needs saja masih compang camping? bagaimana mungkin aku tidak merasa terpanggil untuk  memberi “warna perubahan?
            “ Mba, kemaren saya ke London, lihat Big Ben. Saya ingat dulu waktu kecil ibu memberiku buku yang ada gambarnya Big Ben London. Makanya saya punya mimpi. Dan saya berpikir, andai 100 buku saja saya bagikan ke anak-anak, mereka juga bisa punya mimpi. Buku itu bukan hanya jendela dunia, buku itu masa depanKata wina, seorang sahabat yang juga secara “kebetulan yang diatur Tuhan” seperlintasan hidup denganku saat berkunjung ke Glasgow beberapa hari lalu. Jadilah kami, layaknya kembang api yang berpijar-pijar, saling memancarkan energi. Jujur, selama ngobrol dengannya, itulah pembicaraan paling “hidup” dengan orang-orang “nyata” yang kutemui selama di sini.
Maka cukup, kataku. Cukup untuk pencapaian-pencapaian personalku, kini saatnya mengembalikan, memberi sebanyak yang aku mampu. Ada rasa itu, kebutuhan itu, yang semakin lama mendesak desak dadaku. Ada beberapa rencana ke depan yang ingin kurealisasikan, sudah nyicil dengan group PENAMAS (Penulis Muda Banyumas) yang terus berkarya melestarikan budaya Banyumas, dan mencoba membangkitkan lagi budaya menulis anak-anak daerah. Ada rencana membuat perpustakan, atau setidaknya memberikan buku-buku ke perpustakaan SDku. Dulu sering terbentur pikiran bahwa, kontribusi itu harus dari yang “gedhe-gedhe” biar berarti. Rasanya sekarang tidak lagi begitu, contohnya upaya Swaragama dengan program sumbangan 2000/hari untuk memberikan beasiswa dan membeli ambulans (efek keseringan dengerin swaragama kala malam hari). Lihat? Kita bisa berbuat banyak, apa saja. Mari kita mulai, Great Impact through small wins, yang kata Rene -Small Wins = Making a difference whenever you can
Yeap, aku ingin memulai semakin kuat memberikan resonansi, salah satunya melalui tulisan. Dan bersyukur sampai detik ini, resonansi itu  terus berjalan..
Hingga beberapa hari lalu, seorang teman di FB yang tak begitu saya kenal, nun jauh Di Glasgow (UK) sana, meresonansikan semangatnya bahwa tulisan saya layak baca.  Dia, yang sebelumnya bukan siapa-siapa, menyeruak tiba-tiba, untuk meyakinkan bahwa keinginan’ menerbitkan buku’ ini sangat mudah diwujudkan. (Thanks Mbak Siwi buat tantangannya. hehehe) (Riska Widya Winarti)
Riska ini ku”kompori” untuk terus menulis dan menerbitkan buku, bukan saja karena tulisannya yang oke, tapi karena isi tulisannya yang mampu memberikan resonansi yang baik bagi orang lain. Sayang bila tulisannya kesepian, tidak dibacai banyak orang. 
aku punya blog ini terinspirasi oleh "seseorang" *dosen ku yg jauh di negeri orang ^o^* yang selalu bisa bercerita, aku suka baca cerita2nya aku bisa menikmati cerita2nya, walaupun aku ga mengalaminya sendiri.pokoknya aku suka blog ibu, setiap kisah, cerita yang ada di blog ibu deh. *senyum2 pasti klo orang nya baca. hehe. Ibu telah menginspirasi sayaaa, walaupun aku ga pernah berkenalan secara dekat dengan ibu di kampusss tapi aku senenggggg deh pokokknya *lohhhlohh :)(Rebecca Sihombing)

Lalu beberapa kutipan kalimat tulisanku yang ternyata berarti bagi orang lain,
Karena kasih tak pernah berbatas, maka limpahkanlah pada dirimu, pada orang-orang terkasihmu atau juga orang-orang yang bahkan tak kau kenal…dan juga karena kasih adalah memberi bukan menuntut... (Siwi Mars Wijayanti) yg nulis boleh lupa, tp yg baca gak mungkin lupa. akan slalu membekas dihati :) *aku tidak lebay ;)—Rela Febriani Lupitasari
 Karena perjalanan meraih impian haruslah menyenangkan, maka melangkahlah dengan ringan, hadapi tantangan, anggap saja seperti sebuah permainan...
 apapun yg terjadi, mari kita nikmati perjalanan ini (Siwi Mars Wijayanti)—(Quote yang menginspirasi Amaliyah Agustin)
 “Lalu kau dimana? Kemana engkau akan “pulang”?” saya mencecar seseorang dengan pertanyaan.      Dia tersenyum, lalu menjawab pertanyaanku,
 “Aku, bersama peran dan tanggung jawab-tanggung jawabku. Karena di sanalah aku dibutuhkan” --   MarsDreams: Rumah
 Cc: Ibu Siwi Mars Wijayanti (Note Dian Herlijansari)
Kuposting di sini bukan untuk gaya-gaya-an, apalagi pamer. Aku hanya bersyukur, bahwa tulisanku paling tidak telah berarti untuk orang lain. Itu rasanya luar biasaaaaa, berasa terbang ke langit ke tujuh ehehe. Karena apa? Aku menjadi penulis bukan karena profesi penulis itu keren, atau bisa menghasilkan duit, tapi lebih karena aku menikmati proses menulis itu sendiri, serta aku ingin berkontribusi melalui tulisan.  Itulah mengapa tema tulisan-tulisanku dari dulu sepertinya konsisten, bila ada curhatan nggak jelas, puisi-puisi galau, rindu-rindu, itu hanya membuktikan aku ini manusia ahaha.

The New-Old (Me)
Writing is never about knowing - it is about sharing & caring. Tempo hari saya berkesempatan bertemu dengan para penulis muda @onlyricky, @bungamega, @marrywhoanna, @anitacynthia untuk bertukar pikiran soal seluk-beluk menjadi penulis. Ada satu kesamaan di antara para perangkai kata, yaitu keinginan untuk berbagi dan kepedulian untuk berkontribusi melalui tulisan. Writing is about leaving our footprints in life -it's  about  our legacy. (Rene Suhardono)
Kukatakan, itu sangat benar, keinginan untuk berbagi dan kepedulian untuk berkontribusi melalui tulisan. Aku mantap bergerak dengan cara ini, selain dengan cara-cara lain, apapun untuk sebentuk kontribusi untuk sesama. Karena begitulah, aku merasa benar-benar “hidup”.So. Welcome the New (Me)..yang ingin lebih banyak berkontribusi, mari!!

**Semoga tulisan ini suatu saat bisa kubacai lagi, dan mampu memberikan energi dan konsistensi...selamat berkontribusi, kawan! (Glasgow, 7 Januari 2012. 9.30 pm)

Previous Post
Next Post

2 komentar:

  1. dan ditengah semangaaattt saya yg membuncah, si lappy mendadak sakit. mungkin dia memang harus opname dulu. keluar langsung greng! hahah

    BalasHapus
  2. hoooh...kalo si lappy sakit diriku bisa "nggak jelas" karena penyakit kecanduan pada laptop..seperti pacar kedua..atau pertama ya *jadi mikir hihi....
    semoga cepat sehat, kuat dan bersemangat laptopnya..biar segera mengimbangi si pemiliknya :)

    BalasHapus