Kamis, 23 Februari 2012

Kembali


“Keber-ada-an itu ternyata lebih masuk ranah rasa, dibandingkan soal kehadiran wujud”
                                                                                                         (Siwi Mars, Februari, 2012)


Pulang, mungkin tentang “meninggalkan” dan soal “kembali”. Aku meninggalkan Glasgow dengan suhunya yang masih minus, dengan dialek Glaswegian supir taksi yang mengantarkanku ke Bandara, dengan tanpa ketergesa-gesaan. Aku tak ingin terburu-buru, beberapa saat ini aku ingin belajar untuk membaiki penyakit “terburu-buru dan ketergesaan”ku, dan sejauh ini lumayan berhasil. Ketergesaan terkadang memporakporandakan rasa, bercampur-campur, mondar mandir hingga hidup menjadi chaotic. Mungkin aku sudah terlalu “tua” untuk sering-sering mengalami situasi mondar mandir tak jelas itu. Hingga ingin kutempatkan pikirku tetap di tempatnya, itu saja.

12 Feb 2012. 2.30. Glasgow Airport.


Glasgow Airport
Gate 27 C masih lengang, hanya aku yang duduk menungu waktu boarding yang masih lumayan lama itu. Sebelumnya saat masih di flat, aku sudah check in online, sehingga saat di bandara prosesnya sangat singkat. Bagasiku lolos dengan tanpa masalah,

          Rayulah Tuhan agar semuanya di perjalanan lancar. Biar nggak over bagasi, dan tidak ada masalah administrasi di bandara” Kata Pak Ustadz Nanung saat menitip oleh-oleh untuk keluarganya di Jogya.
Aku terhenyak sejenak, hampir saja tergelak sebenarnya. Karena semenjak lama bentuk hubunganku dengan Tuhan sering kali berbentuk protes, ngeyel, baik-baik saja, keterdiaman, penghambaan, ke-berserahan, tapi belum pernah dalam sebentuk “rayuan” seperti kata Pak Ustadz. Bukankah berdoa dengan menyebutkan nama-nama kebesaran Tuhan dengan Asmaul Husna-nya pun salah satu bentuk “rayuan” kita padaNya? Ataupun bisa dengan meminta dengan bahasa yang “manis-manis” hihi, Tuhan suka dirayu-rayu, begitu lanjut pak ustadz.
Heuu, selama ini bila tengah berbincang denganNya, aku selama merasa bahwa aku dan Dia sudah tahu sama tahu, bahwa Ia-lah Maha Besar, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun, dan segala Ke-Mahaan-nya yang lain. Tapi karena rasa tahu sama tahu-itulah yang membuat jarang merayuNya.
Padahal pada orang yang kita sayang, biasanya kita memanggil dengan panggilan sayang, walau terkadang hanya berupa penegasan-penegasan remeh yang berefek besar. Ehehe, mungkin harus mulai belajar merayu Tuhan.
          Hasil merayu sedikit (masih belajaran ;p) Tuhan, bagasiku pas ditimbang hanya 22 kg, dari jatah 23 kg. Dan hand luggage-ku enggak ditimbang hihi..plus si pacarku-tas export yang berisi laptop dan buku pun tanpa dilihat lolos dengan mulus. Lalu menunggulah aku di Gate 27 C dengan membacai buku Pinnochio, kepergianku ternyata tenang, walau di taksi sempat ditelpon suzana (rekan labku) menanyakan sudah sampai mana, dan sebagainya. Aku tahu pasti, hanya sedikit orang-orang yang kehilanganku saat aku meninggalkan Glasgow. Karena aku dan Glasgow, selama ini hubunganku hanya berupa masalah menjejakkan kaki, belum menjejakkan hati.

19.30. Amsterdam Airport
Dengan langkah bergegas kubawa hand luggage-ku yang lumayan berat untuk berpindah Gate di Amsterdam airport. Heuu tadinya kupikir waktu transit sekitar 2 jam, tapi melupa kalau beda waktu UK dan Belanda selisih 1 jam, sedangkan penerbangan dari Glasgow terlambat 20 menit. Ah ternyata, sudah direncanakan agar tidak tergesapun ada saja hal tak terduga yang membuat ketergesaan. Hingga tak sempat melihat-lihat seperti apa rupa Amsterdam airport, karena hanya berjalan berganti dari gate E3 ke Gate 20 karena sudah masuk waktu boarding menuju Jakarta.

13 Feb 2012. 4.20 KL Airport
Aura yang terasa di KL airport sudah membuatku merasa hidup di dunia yang berbeda. Wajah-wajah melayu, bahasanya, perilakunya sudah membuatku terlempar lagi dunia yang berbeda dari kehidupan yang kujalani sekitar 15 jam yang lalu. Coat pendek dan syal sudah kulepas, karena suhunya sudah cukup membuatku merasa kebakaran. Panaaaas....
Mahkluk di sebelah duduk di pesawat selama 18 jam lebih itu, ternyata seorang anggota LSM dari Belgia yang concern di bidang pelanggaran HAM di bidang pertambangan. Perbincangan kami hanya sekedar saling menyapa, dan ternyata pada saat kutanya, so you can speak Indonesian languange?
dijawabnya : sedikit..sedikit..ahaha, mungkin dia telah lebih banyak menjejalahi daratan-daratan Indonesia, dibandingkan aku..heuu

6.30. Bandara Soetta.
Akhirnya pesawat KLM mendarat dengan selamat di Bandara Soetta. Perasaanku?entahlah..akhir-akhir ini rasa tak bisa terdefinisi dengan baik. Setelah mengambil bagasi, pemeriksaan melalui jalur khusus (diplomatik) yang lebih cepat dibandingkan jalur biasa, semuanya mulus dan lancar. Dua misscall ada di Hpku, satu dari bapak dan satu dari Mba Sur, sahabat yang selama ini baru ber-dunia maya saja. Dan saat kulangkahkan kaki keluar, sudah berderet menyambutku, bapak, ibu, adekku, dan mba sur. Aku kembali. Lagi. Paduan rasa, antara senang, lega, lelah, panas..mondar mandir tak pasti.



Ketemu pertama kali secara "nyata" dengan Mba Sur

** 23 Feb 2012..beberapa hari setelah aku pulang, aku masih saja mencari pulang, ingin menemukan rasa pulang. Dan mungkin soal rasa keber-ada-aan itu telah masuk ranah rasa, bukan lagi hanya sekedar wujud saya yang pulang. Dan kini aku menyadari bahwa bisa kembali pulang kapan saja. Mungkin aku sudah kembali, jauh sebelum saya pulang. Mungkin.




Previous Post
Next Post

3 komentar:

  1. Wajahku ikut nongol disini hihihi...:D
    Harusnya kita pakai ungu-ungu...lucu kali ya?

    BalasHapus
  2. Welcome home dear
    Sudah selesai kuliahnya, ya?

    BalasHapus
  3. @fardelynhacky : yuhuuu....belooon, baru mau mulai riset nih :)
    @suryati arifatul laili : ahahaha...ayoook ketemuan lagi pake ungu2, aku baru saja beli gamis unguuuuu...;p

    BalasHapus