Jumat, 09 Mei 2014

Lelaki Penerjang Badai itu





Rasanya badai makin kencang, sayang
Iyah, tapi bukan berarti tak ada jalan terang,
Langkahku kadang mulai lelah
Istirahatlah sejenak, lalu mari bersama kita kembali melangkah
Jalan makin terjal,
Tak apa, karena itulah kita harus makin pejal
Maafkan, bila terkadang aku mulai merapuh
Tak perlu, bukankah kita berdua bersama untuk saling memberi suluh?

Ah lelaki penerjang badai itu,
Lelakiku,


Previous Post
Next Post

1 komentar:

  1. Lelah

    Engkau tahu, yang paling menyebalkan ketika badai itu datang?
    Pikiranku selalu berjalan sendiri tanpa ku suruh
    Ketika tersadar, lebih sering aku telah tersesat dalam
    Sayang, pada siapakah aku bertanya?

    Pengetahuan tanpa kasih Tuhan,
    Hanya akan menjadi pembatas kebijaksanaan
    Takut melangkah, ragu mengambil keputusan
    Menambah kegelapan pikiranku menuju jalan buntu

    Engkau bilang : Keterpurukan bukanlah suatu keburukan, sayang
    Dan kau tak akan menjadi buruk karena itu
    Apakah aku terlalu kecil untuk mimpi-mimpimu?
    Kau bilang : Maka, besarkanlah jiwamu agar aku,
    Dan orang-orang yang kau jaga,
    Mampu bersandar bersama di balik punggungmu

    Rasanya begitu lelah
    Menanti pertolongan sang Tuhan
    Ketika penantian itu tak kunjung datang,
    Pikiranku mulai berjalan mabuk sendirian

    Ia menggumam : Jika Tuhan tak menolongmu, maka tenangkan dirimu
    Jangan berpikir, lalu,
    Pelang-pelan kita tolong diri kita sendiri
    Karena selalu,
    Yang mampu kau lakukan adalah mengendalikan dirimu sendiri
    Bukan dunia
    Bukan kehidupan
    Bahkan rasa lelah yang datang tanpa diundang

    BalasHapus