Kamis, 30 Oktober 2008

By The River Piedra I Sat Down and Wept

Judul Buku : By the River Piedra I sat Down and Wept
(Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Menangis)
Penulis : Paulo Coelho
Isi : 222 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Hampir semua buku karya Paulo Coelho membuatku geleng-geleng kepala..."kereeen". Tidak banyak buku yang membuatku mengkerutkan kening, berpikir, mengulangi kalimatnya lagi atau pada akhirnya membuatku tersenyum. Dan salah satu alasan mengapa aku begitu jatuh cinta dengan karya Paulo Coelho adalah tulisannya mampu menjawab banyak pertanyaanku tentang esensi hidup. Aku pernah mengalaminya dengan karyanya yang terkenal, The Alkemist, dan begitupun dengan karya-karyanya yang lain. Dan juga dengan buku ini dimana tulisannya mengalir penuh kedalaman. Seperti juga sentuhannya dalam menciptakan tokoh Pilar, seorang wanita yang lahir di sebuah kota kecil di padang Soria. Pada mulanya ia seorang wanita yang selalu takut untuk mengambil resiko, ia memilih kehidupan yang mudah, aman, menghadapi kehidupan yang telah diperkirakan sebelumnya. Tapi kemudian pertemuannya kembali dengan teman yang merupakan cinta masa kecilnya saat ia menghadiri khotbah lelaki itu di Madrid, hidupnya berubah.
" Kau harus mengambil resiko. Kita hanya dapat memahami keajaiban hidup sepenuhnya jika kita mengizinkan hal-hal yang tak terduga untuk terjadi"
Aku tersadar, sering kita menutup pintu hingga tidak mengizinkan hal-hal yang tidak terduga untuk terjadi. Kadang rasa aman itu membahayakan karena ia terkadang membawa kita menjadi defensif dan pengecut.
"Kebahagiaan terkadang adalah berkat, namun lebih sering berupa penaklukan. Saat magis membantu kita berubah dan mengantar kita mencari mimpi-mimpi kita. Benar,kita akan menderita, kita akan menghadapi masa-masa sulit, dan kita akan mengalami banyak kekecewaan. Namun semua ini hanya sementara, tidak akan meninggalkan bekas yang kekal. Dan suatu hari kita menoleh, dan memandang perjalanan yang telah kita tempuh itu dengan penuh kebanggaan dan keyakinan. Betapa malangnya orang yang takut mengambil resiko. Mungkin orang ini takkan pernah kecewa, mungkin ia takkan menderita layaknya orang yang mengejar impiannya. Namun ketika orang ini menoleh ke belakang. Ia akan mendengar hatinya berkata " Apa yang kau lakukan dengan semua mujizat yang Tuhan berikan dalam hidupmu?"
Ahh...aku mengangguk setuju. Benar-benar mengacungkan jempol dengan apa yang disampaikan oleh buku ini.
Pilar pada akhirnya mengambil resiko, melakukan perjalanan bersama cinta masa kecilnya ke suatu daerah di Prancis. Dalam perjalanan itu, Pilar melakukan pertarungan dengan hatinya. Kembali ke Zaragoza tempat kehidupan yang lebih mudah menunggunya, atau mengambil resiko melanjutkan perjalanan menjelajahi daerah-daerah yang belum pernah ia tahu, bertemu dengan orang-orang yang belum pernah ia kenal, merasakan sebuah kehidupan yang spontan.
Perjalanan itu membawanya ke suatu pembelajaran yang dalam. Ia belajar untuk menyingkirkan "Yang Lain" dalam hidupnya. "Yang Lain" adalah bagian diri yang mengatakan siapa kau seharusnya, tapi bukan siapa engkau sesungguhnya.
Setiap manusia mempunyai "Yang Lain" dalam dirinya. Pernahkah kau bertanya apakah ia berkuasa dalam dirimu atau telah mengalahkannya dan membiarkannya hanya mengawasi kita di sudut?
Perjalanan itu pula yang membuat Pilar kembali percaya akan cinta, kembali percaya pada TuhanNya. Seperti halnya buku-buku Paulo Coelho yang lain, tetap sarat akan aroma spiritual religius sehingga kadang aku harus memilah bila ia mulai bertutur tentang Bunda Ilahi atau sisi feminisme Tuhan.
Namun ada baris yang membuatku tersenyum, sebagai penganut pluralisme ia berkata:

" Penganut Budhha benar, penganut Hindu benar, Penganut muslim juga benar. Setiap kai seseorang mengikuti jalan menuju iman, ia akan bersatu dengan Tuhan. Tuhan itu sama, meskipun ia memiliki ribuan nama, tergantung kita memilihkan nama untuk diriNya".

Tulisan yang penuh kedalaman dari Paulo Coelho selalu membuatku angkat topi. Ia mampu mengajak pembaca menyelami diri sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan esensi yang sering dilupakan manusia sehingga manusia sering tidak mampu melihat keajaiban yang terjadi setiap hari. Kisah yang dibawakannya selalu sederhana, tanpa kisah yang dibuat terlalu rumit dan berbelit. Tapi sederhana, dalam,dan sarat makna, begitulah ciri khas tulisan Paulo Coelho menurutku. Tulisannya yang sederhana itu terasa jauh lebih bermakna daripada membaca kisah yang penuh romantika, mencipta alur dan adegan yang terkadang tidak perlu dan aku hanya menemukan akhir yang penuh dengan kekosongan. Aku terpikat dengan kepiawaiannya dalam bertutur dan membungkusnya dalam suatu cerita yang menyentil-nyentil esensi kita sebagai manusia. Mungkin karena aku banyak membaca karya-karyanya hingga seorang sahabat berkomentar.
" erggghh...makin hari kau semakin seperti filusuf saja" hehe..aku hanya mencoba untuk hidup dengan esensi, bukan menjalani hidup yang mengalir dengan kekosongan.
Bukankah manusia harus terus belajar dan melangkah?
take a risk..take a chance..Make a change..
And break away!!!
hehe..yup..lagunya Kelly Clarkson!!

Previous Post
Next Post

0 Comments: