Bila suatu saat kau akan pindah dari Milan, toh aku sudah ada dalam kontrak “perjanjian” untuk nggak boleh protes lagi ehehe..U know why exactly the reason behind that things
(arsip MarsDreams.blogspot.com-21 januari 2009)
Tapi ternyata saat detik itu tiba, tetap saja menyesakkan. Tapi bisa dipungkiri kesenyapan menyeruak dan duniaku seketika menggelap. Dengan alasan yang tidak pernah kupaksakan untuk dimengerti semua orang. Kecuali orang-orang di lingkaran dalam yang rela kusms, kutelpon, yang berchat hanya sekedar memperbaiki suasana hatiku. Dan sahabat yang pagi-pagi mengirimkan berita super buruk itupun kemaren berusaha keras untuk menyembuhkan mood-ku yang seketika berubah. Thanks a lot..
Fiuhh..Baiklah, harus bicara apa lagi? Kenyataannya memang kaka sudah menandatangani kontrak dengan Madrid untuk enam musim ke depan. Apapun alasan di balik kepindahan kaka ke Madrid, keputusan sudah diambil dan terpaksa harus diterima dengan kerelaan. Walau satu hal yang menyesakkan, setting drama kepindahan kaka ke Madrid yang bermotifkan menyelamatkan Milan dari krisis finansial. Galliani, Berlusconi, para petinggi Milan itu pulalah yang pada akhirnya menetapkan ”properti”nya harus dijual guna memperbaiki kondisi keuangan klub.
Dan kaka harus dijual!
Begitulah mirisnya bisnis sepakbola di balik gilang gemilangnya prestasi di lapangan, sebanyak apapun gelar yang telah diraih dan betapa sentimentalnya perasaan yang telah tertambatkan, bisnis dan uang mengalahkan segalanya. Pedih!
Siapa yang mau bertahan bila manajemen Milan tak menghendaki? atau kaka sekarang berubah menjadi pahlawan nan memilukan yang harus berkorban ”menjual dirinya” demi cintanya pada Milan, menyelamatkan klub yang dicintainya itu dari krisis finansial ufff..tidak adil!
Sebenarnya separah apa kondisi keuangan Milan?toh belum akan bangkrut.
"Keinginanku adalah bertahan di Milan. Tetapi, krisis finansial dunia telah memengaruhi banyak klub, khususnya Milan, Aku bicara kepada dewan direksi Milan dan kami menyimpulkan bahwa hal terbaik bagi setiap orang adalah menjualku," Ujar kaka.
Lupakan subjektivitasku pada kaka, tapi bila melihat secara umum sebagai penikmat sepakbola, menurutku kaka adalah salah satu pemain bola yang punya “hati”. Lihatlah para pemain yang memburu gaji tertinggi, pergi ke klub yang berpundi-pundi kekayaannya. Tapi tidak dengannya. Bagaimana ia menolak tawaran gila Manchester City januari lalu yang akan memboyongnya dengan harga 107 juta pounds (nilai yang jauh lebih besar daripada nilai kontraknya dengan Mardid). Kita tidak sekedar melihat sepakbola sebuah sebuah permainan, industri, bisnis, tapi juga pelajaran kehidupan. Dan pada saat-saat inilah aku harus banyak belajar.
”sepakbola adalah bisnis, disini uang yang berbicara. Begitu cara berpikirnya dong non!”
Seorang anggota friend di facebookku (yang sebenarnya aku tak mengenalnya) mengomentari status facebookku yang kemaren berstatus :
*** Duniaku menggelap seketika..hiks, kaka dicopet dari Milan.
Dari sekian banyak yang mengomentari, aku paling tertohok dengan pernyataannya, seakan mengajariku tentang dunia bola yang dikiranya baru setahun atau dua tahun kuselami. Fiuhhh...
Ah, baiklah. Untuk apa bersitegang, toh ia memang tidak mengenalku. Bukankah kita tidak bisa memaksakan semua orang untuk mengerti kita. Dan sudahlah, pagi ini dengan tabung energi yang berkedip-kedip bertanda low!..low!..akhirnya mengingat perjanjian yang pernah kubuat. Asal dia bertahan di Milan sampai aku bisa berdiri di stadion San Siro untuk melihatnya. Begitulah gilanya sepakbola sampai membawaku ke sana hihi..
Dan tuntas sudah, tidak boleh protes lagi, bukan?. Musim depan setiap kali melihat Madrid bermain, aku akan melihat 10 pemain madrid, dan seorang pemain Milan.
I can officially say I’m a Real Madrid player. My professional link with AC Milan finishes now, but my sentimental link will never end,” he said.
Banyak teman bertanya tentang dampak kepindahan kaka terhadap dukunganku.
“akan berganti mendukung Madrid?”, pun ada juga yang berkomentar :
“ halah, gampang.tinggal ganti klub aja kok repot”
Tersenyum sekilas, dengan perih tentu saja. Perjalanan panjangku menikmati permainan 2 x 45 menit itu mengajariku tidak pernah berpikir sedangkal itu. Engkau tahu pasti jawabannya. Ini bukan pertama kalinya hal ini terjadi padaku, walaupun klub yang menyerobot pemainku adalah klub yang sama, sekali lagi, Madrid!. Nasib MU di hati akan sama seperti posisi Milan nantinya. Grazie kaka e Arriverderci!