Rabu, 17 November 2010

Tuhanku, Yang Kukenal Hari Ini


Alloohu Akbar, Alloohu Akbar, Laa ilaaha illalloohu walloohu Akbar Alloohu Akbar wa lillaahil-hamdu). Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar dan kepunyaan Allah-lah segala pujian.

Gema takbir sedari kemarin sore berkumandang hikmat di surau dan masjid, pertanda hari Raya Idul Adha akan menjelang. Seruan itu…takbir yang mengagungkan namaMu itu..mengingatkanku akan Engkau yang kukenal…

Kalian mengenal Tuhan seperti apa? Apakah ada perbedaan perkenalanmu denganNya dari waktu ke waktu?

Saat kecil dulu, Tuhan kukenal sebagai “Si Penentu Dosa dan Pahala” atau “Hakim Agung” yang nantinya akan memutuskan manusia akan masuk surga atau neraka. Tuhan menyuruhku menjalankan salat lima waktu, puasa ramadhan, dan rukun-rukun iman dan islam lainnya. Kemudian dipagari dengan wejangan “ kalau bertindak begini dosa, kalau engkau puasa di hari “ini” pahalanya akan berlipat “sekian” kali dan sebagainya”

Begitulah dulu aku mengenalNya, seperti yang dikatakan kyai di surau tempatku mengaji, atau kata orang-orang yang sudah tua. Mungkin orang-orang tua sudah mengenal Tuhan dengan lebih baik karena mereka telah hidup lebih lama dariku, begitu pikirku dulu.

Lalu kehidupan berjalan, sampai pada di titik ini, hatiku terusik untuk kembali mempertanyakan, siapa Tuhan yang kukenal hari ini?

Tuhan yang kukenal saat ini, adalah Tuhan yang menciptakan sepotong senja yang ranum, ataupun hujan gerimis yang menyempurnakan saat-saat aku menyesap secangkir kopi. Tuhan yang meniupkan kerlip bintang-bintang di langit tua, yang sejak dulu kupandangi dengan takjub, kurangkai-rangkai dengan berpandu peta langit dan lampu senter di halaman rumah. Tuhan yang menciptakan orang-orang yang kemudian berpapasan jalur hidup denganku, dengan memberikan senyuman, cinta, hidup yang lebih berwarna, ataupun bahkan memberikan “soal ujian hidup”.

Tuhan yang menganugerahkan tempat-tempat di bumi yang begitu menarik, yang selalu ingin kujejaki. Yang membuatku menjatuhkan cinta pada tempat-tempat atau pada orang-orang yang terkadang tak terduga.

Tuhan yang diam dan tersenyum saat melihatku menarik-narik tanganNya, memaksaNya menuruti mauku, lalu menuntunku untuk akhirnya mengerti akan jalur-jalur takdir yang dijatuhkan. Tuhan yang selalu saja Maha Misterius yang tiba-tiba memberikan kejutan pada rencana-rencana hidup yang kususun rapi.

Tuhanku yang memberikanku kesedihan, saat-saat jatuh, serta kenestapaaan dengan maksud membuatku lebih kuat, tegar dan semakin luas mampu menerima kebahagiaan. Karena segala sesuatu terjadi untuk sebuah tujuan yang baik, aku ingin selalu percaya itu. Tuhanku, yang mewujudkan impian-impianku dengan caranya yang luar biasa unik, dan menjawab “pertanyaan-pertanyaan nakalku akan hidup” dengan caraNya yang ajaib.

Tuhanku yang kukenal hari ini, aku ingin belajar berbuat baik bukan karena embel-embel pahala atau surga. Rasanya sudah rikuh untuk menghitung pahala ataupun mengharapkannya. Beragama bukan jual beli, yang mengharapkan untung. Sudah sungkan pula meminta-minta surgaMu, serasa menjadi manusia yang mempunyai maksud tersembunyi dalam berbuat kebajikan.

Sungguh setuju aku dengan perkataan seorang sufi, Rabi’ah al-Adawiyah Seandainya aku beribadah hanya karena ingin masuk ke dalam surgaMu maka jangan Engkau masukkan aku ke dalam surgaMu. Begitu juga seandainya aku menjauhi maksiat, dosa, hanya karena takut dengan nerakaMu, maka masukkan aku ke nerakaMu

Bukankah dengan berbuat baik kita merasa menjadi manusia yang lebih baik, merasakan energi positif, dan merasakan cinta dari kebahagiaan diri sendiri dan orang lain. Berbuat baik bukankah ternyata bukan untuk siapa-siapa kecuali untuk kita sendiri? Bila sudah seperti itu, rasanya pahala sudah tidak terlalu menggiurkan lagi, karena justru ada rasa “surga” yang tercipta pada perbuatan kebaikan itu sendiri.

Tuhanku, yang kukenal hari ini…yang membiarkanku sebebas udara, karena Dia membuatku berkata “ Aku ingin menjadi diriku sendiri, dalam versi yang terbaik”, menjadi aku yang mengetahui makna bahagia, ukuran sukses dan ukuran “hidup” versiku sendiri. Dan mengenalMu menurut versiku sendiri…

Aku ingin mengenalMu secara pribadi, bukan berdasarkan apa kata orang lain. Karena untuk mengenalMu, mencintaiMu..seperti juga rasa cinta pada manusia, bukankah harus kukenal secara pribadi? Tiada yang lebih pribadi dari mencoba untuk mengenalMu dengan menjalani setiap lajur peristiwa dalam hidupku, dan menyadari hadirMu di situ.

Perkenalanku denganMu mungkin akan terus berubah seiring waktu, seiring peristiwa hidup yang terlalui, seiring sejauh mana perjalanan ke dalam diri yang kulakukan. Tapi satu hal yang selalu ingin kukatakan,

Tuhanku, “Aku suka menjadi manusiaMu

Previous Post
Next Post

2 komentar:

  1. :) nice mbah...
    I'm sure, later your opinion about Him won't be changed again.. just developed...

    BalasHapus
  2. Thanks Ta :)Hope so..
    masih terus belajar "hidup" dengan menyadari hadirNya dalam setiap lakuku...

    BalasHapus