Jumat, 30 Desember 2011

Aku Kaya Karenamu-Sebuah Catatan di Penghujung Tahun 2011



will you remember our sweet moments
and cherished them the way i do
how we spent our special moment together
how we used to share it all
will you remember me the way
i remember you, will you be the same
the last time i saw you, you are the sweetest
every moment with you is the sweetest one
            (Remember Sweet Moment, Unknown) 


Tulisan ini untukmu, mungkin harus kukatakan begitu dari awal. Karena begitulah, polosmu, pragmatis dan logismu adalah bumi dan langit dengan bahasaku yang mungkin berputar-putar. Sampai tulisanku, yang ada dalam satu buku, buku yang kautimang-timang, buku yang belum sempat kupegang, yang menghidupkanmu dengan nama lain, masih saja kau tanya,
            Kok kayaknya nggak asing dengan dialognya ya? “ tanyamu, masih tetap dengan muka polosmu itu.
Tulisan ini untukmu, karena catatan akhir tahun ini sepertinya penuh olehmu. 12 bulan, 12 kali 30 hari, 12x30x24 jam..cukup, kau tahu aku tak suka matematika. Akhir tahun, sudah akhir tahun, singkat tapi juga lama. 
Akan segera sampai juga
Akhir tahun lalu, resolusiku sederhana saja sebenarnya, resolusi yang kau tebak dengan –sayangnya--benar. Akhir tahun lalu, masih bersamamu bercerita tentang rencana ke depan. Dan kini, akhir tahun ini, ajaibnya, akan kulewatkan malam tahun baru di kota itu. Kota yang dulu kusebut, selalu saja kusebut. Ajaib ya, hidup. Tentu karena upayaku, dukunganmu, dan restu Tuhan. Bagaimana tanpa dukunganmu? yang selalu rajin mereweliku sinau IELTS demi skor yang distandarkan universitas itu, lalu jurnal-jurnal untuk proposal risetku, kau yang unduhkan dari situs kampusmu yang menjadi tak berbayar, software skype untuk chat dengan calon supervisorkupun kau yang kirimkan, dan laptop yang bersamaku kini, dimana aku menulis kalimat ini, yang telah dan akan menghasilkan karya-karya tulisanku, dan juga disertasiku, pun kubeli bersamamu. Lalu bisa kau bayangkan, betapa sulitnya bila aku harus mengepak sejarah, sejarah-sejarahmu?sejarah kita. Makanya tak perlu, tak perlu aku mengepaknya, cukup kusimpan saja. Iya, makanya kubilang, aku sangat kaya, kaya karenamu. Karena aku kaya cerita, kisah, dan pembelajaran.
Dan ternyata, aku bisa berpijar-pijar seperti kembang api menjelang tahun baru bila bersamamu, lalu berubah menjadi langit mendung bila hilangmu, menjadi daun-daun yang rindu rinai hujan bila rindu akanmu, tapi juga menjadi angin yang membebaskanmu tumbuh, berusaha menjadi spasi dalam kalimatmu yang terburu-buru. 
Cukup itu, mungkin memang cukup itu, karena Tuhan mungkin memang telah menjatahkan sebuah porsi untuk kita. Kita cukupkan porsinya. Kau lihat, betapa aku sangat kaya. Karena kau tunjukkan warna pelangi walau tetap disertai hujan, guruh dan petir. Kau, pengacau paling menyenangkan, dengan ketiba-tibaan-mu, selalu. Tiba-tiba berdiri sore itu di depan kosku dengan sebungkus roti untuk sarapan, tiba-tiba muncul di suatu kota yang kukunjungi dengan tahu bakso ditangan, dengan kalimat “ coba buka deh jendelamu”. Atau tiba-tiba menelpon saat perjalanananmu hampir sampai ke kotaku, “ jemput aku ya di terminal”, Atau sebungkus kado yang datang tak kusangka. Kau ini makhluk apa sebenarnya? Seenakmu saja, mengacaukan ritmeku. Selalu, selalu saja begitu. Selalu kupikir, kau kebanyakan nonton sinetron atau film indonesia, terlalu keju dan madu.
Akhir tahun ini, tulisan ini bukan hendak mengusik usik sejarah, hanya bersyukur bahwa karenamu aku kaya. Semua katalog rasa sudah kucobai rasanya. Aku cemas, sedih, bahagia, senang, marah (pernah nggak ya?), cemburu, galau, hampa, dilema. Pernah tersesat, pernah menemukan jalan pulang, pernah merasa menjadi baru, pernah menjadi setan, ataupun malaikat, tapi yang paling sering, dan tak setiap orang bisa lakukan, menjadikanku manusia, manusia saja. Kau lihat, aku kaya bukan?
Terima kasih, atas semua cerita, semua ilmu, semua pembelajaran. Denganmu. Dan memberikanku kesempatan untuk belajar ilmu menerima jatah. Jatah kita. Kita cukupkan jatah kita. Aku akan terus tumbuh dan berjalan, kau juga, beriringan, walau berbeda jalan. Aku, tetap dengan impian-impianku, dan kau tetap dengan impian-impianmu, mari saling wujudkan, dengan saling dukung dan menguatkan, walau impian kita berbeda. Aku, masih dengan pencarianku, dan engkau tetap dengan pelabuhanmu, dan semoga masih tetap berbagi cerita.
Akhir tahun ini, mari belajar ..saling melepaskan untuk terus bersama sesuai jatah kita.
Selamat akhir tahun yang penuh warna ini, dan selamat menyongsong tahun depan yang kita upayakan untuk lebih baik, karena kita bersama untuk sebuah alasan yang baik.

*Kau, yang suatu saat akan membacai tulisan ini. Dan kutebak akan berkomentar “ Wah keren, kau kaya...berarti selain sisa jatah 600 rebu dulu, masih banyak lagi dong jatahku ya..” Glek, itulah kamu. Karena kau yang begitulah yang membuatku rindu.


Selamat Tahun Baru, mari menjemput dan menghidupi impian masing-masing, dunia menanti karya dan kontribusi kita...


Previous Post
Next Post

0 Comments: