Tentang Pulang


Malam yang lumayan brrr...dingin, pasti suhunya minus lagi, ditambah dengan kabut yang terus turun di luar jendela. Entahlah, anomali rasanya, bila kota-kota lain membeku dengan turunnya salju, di Glasgow malah sejak dini hari tadi turun kabut. Jadi berasa bagaimanaaa begitu, bangunan-bangunan terselimuti kabut, dan jarak pandang menjadi terbatas, terasa misterius. Tapi beginilah, kunikmati saja. Karena sebentar lagi mungkin aku merindui kabutnya, merindui dinginnya, merindui badainya. Ah..ya karena tak terasa, hanya dalam hitungan hari lagi saya akan pulang, pulang..walau memang hanya beberapa bulan saja, tapi setidaknya saya pulang. 
Seperti biasa, saya selalu “nggak sadar diri” bahwa akan pulang, seperti halnya dulu “nggak sadar diri” kalau akan segera berangkat. Ternyata sudah lebih dari empat bulan saya menjejakkan kaki di negeri antah berantah ini, di kota yang berbelok 51.3 mil dari kota tujuan saya, Edinburgh. Kesadaran seseorang memang kadang kala mengenal kata terlambat, mungkin memang keterlambatan itulah yang justru menghadirkan ruang-ruang kesadaran. Bila semuanya berjalan baik-baik saja, tepat waktu, mulus tanpa onak duri, tak terbayangkan betapa hambarnya rasa hidup. Mungkin begitulah polanya, keterlambatanpun bisa menjadi loncatan kesadaran. Sadar bahwa mungkin selama ini saya belum “benar-benar hidup” di sini.
 Masih banyak tarikan-tarikan lain yang menyebabkan saya “membuta” ehehe. Mungkin karena fokus mikirin riset (haiiih cari alasan ilmiah) jadinya nafsu jalan-jalan dan menjelajahnya rada berkurang. Saya belum benar-benar mengenal Glasgow, kota yang saya tempati ini dengan baik. Seperti hanya numpang hidup, celakanya itupun cuma siang doang. Karena kebanyakan setelah pulang dari lab, dan pulang ke Flat, hidup saya rasanya di Indonesia saja. Dengan nonton tivi Indonesia dengan mivo tv, lalu dilanjut nulis atau melakukan hal lain sambil mendengarkan radio Swaragama lewat Jogya streamer. Belum lagi ditambah chat dengan sahabat-sahabat di Indonesia, rasanya di luar Glasgow, tapi di dalamnya Jogya..ahaha. Begitulah kawan, ritme hidup selama beberapa bulan ini. Sebenarnya tak masalah, hanya saja aku ingin mengenali tempat yang kutinggali ini dengan lebih pribadi lagi.
Mungkin karena saya tidak terlalu excited dengan tempat ini, itu awalnya yang membuat saya sok “angkuh” enggan melirik seperti apa sebenarnya Glasgow. Berbeda saat saya datang ke Itali, sepertinya tak sesuatupun ingin terlewatkan dari pengamatan saya. Walau hanya tinggal selama 3 bulan di sana, namun rasanya hampir semua tentang Itali dapat tertangkap melalui mata, telinga dan rasa. Tapi Glasgow benar-benar masih terasa asing di hati saya, walaupun setidaknya saya merasa nyaman tinggal di sini. Tipe-tipe kawasan yang tak terlalu modern, nggak terlalu ramai, udara masih bersih dan segar, everything seems okay. Tapi bila ditanya, makanan khasnya Glasgow apaan? Budayanya orang situ yang unik apa? Oh..memalukan, saya tidak tahu, belum tahu. Nggak kepikiran..ehehe..
Duuh benar-benar payah saya.
Padahal beberapa saat lalu, dosen saya di UGM dulu tiba-tiba mengirimkan pesan lewat inbox FB :
hebat ya..bagus deh foto-fotonya, jadi kangen kuliah lagi. jangan lupa pelajari heritage-nya
Begitu kira-kira isi pesan beliau yang dulu pernah kuliah di Liverpool School of Tropical Medicine.
Ah, begitulah. Makanya kemarin saya sempatkan untuk mengunjungi Edinburgh, jadi paling tidak sudah menjelajahinya. Oh, saya belum kemana-manaaaa...ahaha...parah. Saya juga tidak tahu lari kemana daya penjelajahan saya, atau sekarang merasa “sensasi jalan-jalan” sudah tak semenggairahkan dulu lagi. Ahaha entahlah...
Pulang ini juga membukakan kesadaran, bahwa Tuhan sudah memberikan saya kesempatan berharga yang tak semua orang bisa dapatkan untuk melihat, merasai kehidupan lain, dan seharusnya bisa belajar dari itu. Sudah sih sebenarnya, tapi belum-belum total rasanya ehehe..Jadinya, akhir-akhir ini bila saya sedang jalan-jalan sendiri menyusuri kota, saya benar-benar menikmatinya. Ternyata ada banyak hal yang selama ini tak terlihat oleh saya. Lambang kota ini yang lucu, yang hampir ada di setiap jalan, tentang keramahan penduduknya, tentang cuacanya yang unik, apalagi tentang akses bahasa inggris orang sini yang..hadeeeh..berasa nggak pernah belajar bahasa inggris deh, aksen Glaswegian memang terkenal bahasa planet, orang Inggris saja nggak ngerti mereka ngomong apa. Tapi bagaimanapun, saya yakin Glasgow pastilah mempesona, karena tempat ini yang dipilihkan Tuhan untuk saya.
Selalu saja begitu, kepergian, terkadang membukakan kesadaran betapa berartinya apa yang kita tinggalkan. Seperti Indonesiaku, yang saya tinggalkan, kini aku melihat Indonesia, keluarga, pekerjaan, anak-anakku, orang-orang yang kusayang, serta banyak hal dengan sebuah pemahaman baru, dengan sudut pandang yang baru, dengan rasa yang baru. Hal itu mungkin tak bisa kudapat bila aku tidak “pergi”. Pergi, meninggalkan, mungkin justru adalah saat memberikan ruang untuk menghargai sesuatu, seseorang, apapun. Saya akan pulang dengan rasa “baru” pada Indonesiaku, dan semoga saat saya balik lagi ke sini, saya juga datang dengan rasa “baru pada Glasgow. Mungkin itulah peran kata “pergi”, untuk menjadikan pulang terasa indah..

Banyak ijazah hidup, memang kadang bisa dibentuk oleh pergi. Di dalam pulang, manusia memperoleh arti-artinya yang baru, bobot hidupnya yang baru..(Prie GS)


**Glasgow masih saja sepi, sementara adzan subuhmu baru saja berkumandang di Swaragama, saya baru saja shalat isya dan menyantap dessert saya yang sebentar lagi aku saya rindukan, Strawberry Trifle, semacam puding strawberry dengan tiga lapis dan atasnya dilapisi whipped cream, rasanya jangan ditanya, selalu menggoda lidah, apalagi harganya, bikin tak usah pikir panjang membelinya, cuman 98 pence, nggak ada 1 pounds, sepertinya di Indo saja nggak dapet si penggoda lidah ini dengan harga segitu. Beginilah, saya sedang mengalami sindrom doyan makan tingkat tinggi, rasanya belum pernah saya serakus ini. Bila ditanya berapa kali kamu makan hari ini? Hihi lima kali..ekekek..setelah bangun pagi, sebelum berangkat ke lab, pas makan siang di lab, lalu setelah pulang lab, dan kemudian makan malam sesi kedua, plus diakhiri dengan si strawberry trifle ini..
Salahkan cuaca yang minus-minus itu, pastilah karenanya saya doyan makan ;p;p
 Selamat menyambut hari barumu kawan, sementara kasur dan duvet itu rasanya sudah memanggil-manggil saya untuk segera zzzz....enjoy ur life..


Glasgow, 6 Feb 2012, 9.45 pm.

2 Komentar